Update Virus Corona Dunia
Penggunaan Plasma Darah Diizinkan FDA Amerika, Senjata Melawan Pandemi Sejak 1880-an
Pandemi Covid-19 telah membuat hampir 24 juta orang di dunia terinfeksi virus corona baru, SARS-CoV-2, dan menyebabkan 818.216 orang meninggal.
Setelah antitoksin von Behring didistribusikan ke seluruh dunia untuk mengobati wabah difteri di tahun 1895, para dokter bereksperimen dengan metode kekebalan pasif yang sama dalam menyembuhkan campak, gondongan, polio dan influenza.
Bahkan, selama pandemi flu Spanyol tahun 1918, tingkat kematian dapat diturunkan dengan menggunakan metode pengobatan plasma darah.
Seorang dokter di sekolah kedokteran di Pennsylvania pertama kalinya mencoba teknik unik untuk mencegah penyakit campak yang berpotensi mematikan.
Dr J. Roswell Gallagher, pada tahun 1934 mencoba mengambil serum darah dari seorang siswa yang baru saja sembuh dari infeksi campak yang parah.
Serum darah itu kemudian disuntikkan kepada 62 anak laki-laki lain yang berisiko tinggi tertular penyakit tersebut.
Namun, hanya tiga siswa yang akhirnya tertular campak dan semua kasusnya relatif ringan.
Meskipun metode tersebut relatif baru, namun bukan hal baru bagi sains. Kini, plasma konvalesen kembali menjadi terapi perawatan bagi pasien yang terinfeksi virus corona baru, SARS-CoV-19 yang mewabah sejak akhir 2019 lalu.
• Enam Anggota JAD Kelompok Azumar Ketahuan Densus 88, Bakal Bunuh Diri Bom Gereja, Rakit Peledak TATP
• 11 Cara Menghilangkan Bekas Gigitan Nyamuk, Cara ke-8 Bahannya Ada di Dapur Anda
• Gaya Via Vallen Saat Pose di Pantai Jadi Sorotan, Pakai Mini Dress Motif Bunga
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Penemuan yang Mengubah Dunia: Sebelum Vaksinasi, Plasma Darah Senjata Melawan Pandemi Sejak 1880-an"