Hari Kemerdekaan
Sejarah Paskibraka, Kisahnya Berawal dari Perintah Presiden Soekarno hingga Punya Pesan Pemersatu
Peringatan Hari Kemerdekaan RI selalu ditandai dengan pengibaran Sang Saka Merah Putih oleh Pasukan Pengibar Bendera Pusaka atau Paskibraka.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Berbicara mengenai Paskibraka, ada cerita sejarah panjang yang mengiringi perjalanannya hingga saat ini.
Tahun ini, perayaan HUT ke-75 RI berlangsung dalam suasana berbeda karena pandemi virus corona.
Pada tahun ini, pemerintah tidak melakukan seleksi Paskibraka karena mengantisipasi penyebaran virus corona.
• Uang Rp 75.000 Disorot, Satu dari 9 Pakaian Adat Dituding Sebagai Busana Asal China, Ini Faktanya
Peringatan Hari Kemerdekaan RI selalu ditandai dengan pengibaran Sang Saka Merah Putih oleh Pasukan Pengibar Bendera Pusaka atau Paskibraka.
Demikian pula dengan komposisi Paskibraka. Pada 17 Agustus 2020, pasukan hanya beranggotakan delapan orang, tidak seperti tahun sebelumnya yang berjumlah hingga 68 orang.
Bagaimana sejarah Paskibraka?
Awal dibentuk
Sejarah pembentukan Paskibraka dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora RI) Nomor 0065 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (2015).
Paskibraka dibentuk pada tahun 1946 atas perintah Presiden Soekarno kepada Mayor M. Husain Mutahar.
Awalnya, Soekarno ketika itu memanggil Mutahar yang tidak lain adalah ajudannya sendiri, untuk mempersiapkan upacara kenegaraan peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1946 di Halaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta.
Saat itu, Ibu Kota RI dipindah ke Yogyakarta untuk sementara waktu karena situasi di Jakarta yang genting sejak kedatangan Belanda tak lama setelah kemerdekaan.
Bendera Pusaka turut dibawa dan dimasukkan dalam koper pribadi Presiden Soekarno.
• Inilah 9 Istri Presiden Soekarno Beserta Kisah Cintanya, dari Wanita Jepang Hingga Janda Muda 5 Anak
Upaya menumbuhkan rasa persatuan bangsa

Mutahar sempat berpikir bagaimana caranya upacara tersebut dapat menumbuhkan rasa persatuan bangsa.
Akhirnya, Mutahar memutuskan, saat pengibaran bendera pusaka sebaiknya dilakukan oleh para pemuda Indonesia.
Mutahar akhirnya menunjuk lima orang pemuda yang terdiri atas tiga orang putri dan dua orang putra sebagai perwakilan daerah yang berada di Yogyakarta untuk melaksanakan pengibaran bendera pusaka.
Bukan tanpa alasan mengapa Mutahar hanya memilih lima pemuda dan pemudi.
Alasannya, angka tersebut melambangkan Pancasila atau lima sila sebagai dasar negara Indonesia.
Pada 1950, saat Jakarta kembali menjadi Ibu Kota, Mutahar tidak lagi menangani Paskibraka.
Mutahar kembali menangani soal pengibaran bendera pusaka ketika dipanggil oleh Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto, pada tahun 1967.
Mutahar mengembangkan Paskibraka menjadi tiga kelompok yang seirama dengan momen 17-8-45 atau tanggal 17 Agustus 1945, yaitu:
- Kelompok 17 sebagai Pengiring atau Pemandu
- Kelompok 8 sebagai Pembawa atau Inti
- Kelompok 45 sebagai Pengawal
Kala itu, dengan kondisi yang ada, Mutahar melibatkan putra daerah yang ada di Jakarta dan anggota Pandu/Pramuka untuk melaksanakan tugas pengibaran bendera pusaka.
• Cara Ampuh Atasi Ngantuk saat Mengemudi, Pakar Sebut Bukan Dengar Musik
Mulai tahun 1972, anggota Paskibraka merupakan siswa/siswi SMA utusan dari 26 provinsi di Indonesia.
Setiap provinsi diwakili oleh sepasang remaja yang dinamakan Pasukan Pengerek Bendera Pusaka.
Istilah Paskibraka sejatinya baru dicetuskan pada tahun 1973. Pencetusnya adalah Idik Sulaeman yang tidak lain adalah adik Husein Mutahar.
Adapun suku kata "pas" berasal dari kata Pasukan, paduan ucapan "kibra", berasal dari "pengibar bendera" dan suku kata "ka" dari kata pusaka.
Sejak itulah penyebutan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka dengan singkatan akronim, Paskibraka (PAS-KIB-RA-KA).

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kisah di Balik Sejarah Paskibraka, Berawal dari Perintah Presiden Soekarno