HUT RI
Kisah Veteran RI Mirip Film Behind Enemy Lines, Menyusup Ke Garis Belakang Pasukan Belanda di Papua
Di usianya yang sudah menginjak 79 tahun, veteran pejuang mempertahankan kemerdekaan RI ini masih punya semangat nasionalisme yang berkobar - kobar.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Rizali Posumah
TRIBUNMANADO.CO.ID - Old Soldier Never Die. Itulah Frans Pangkey.
Di usianya yang sudah menginjak 79 tahun, veteran pejuang mempertahankan kemerdekaan RI ini masih punya semangat nasionalisme yang berkobar - kobar.
Tribun menyambangi kediaman Frans di Kelurahan Malalayang Manado beberapa waktu lalu.
Sembari bercerita tentang pengalaman juangnya dulu, Frans menguliahi Tribun dengan pancasila dengan bertubi - tubi.
"Anak muda seperti kamu harus punya semangat juang membela negara," kata dia berulang ulang.
Saat mengucapkan itu, sekujur tubuhnya bergetar.
Riwayat juang Pangkey memang menggetarkan. Pangkey muda pernah terlibat dalam operasi Trikora merebut Irian Barat.
Bersama pasukan 500 Swat 1 pimpinan Yongki Kumontoy, ia bergerilya di belantara Papua.
Menikam pasukan belanda di belakang garis pertahanan mereka.
Dari Papua, Pangkey lantas ke istana. Menjadi anggota pasukan Cakrabirawa yang legendaris.
Disini ia nyaris menghantam Letkol Untung, komandan Cakrabirawa yang juga dikenal sebagai pemimpin G 30 S yang
menculik para jenderal.
Fisik Pangkey nampak sangat bugar untuk orang seusianya.
Badannya tegap. Langkah kakinya enteng.
Sebuah lagu Jepang ia nyanyikan dengan gaya berbaris.
Ingatannya pun jernih.Semua peristiwa ia ingat detailnya, termasuk tanggal dan jamnya.
"Anak muda harus punya semangat bela negara," kata
dia
lagi sebelum mulai berkisah. Di usia belasan tahun, Pangkey sudah memegang senapan. Ia dipercaya sebagai pengawal Alex Kawilarang.
Lepas dari Permesta, Pangkey dan kawan - kawan dikirim ke Papua untuk operasi Trikora.
"Kami baru saja menyelesaikan upacara perdamaian antara Permesta dengan pihak TNI yang dipimpin langsung Jendral Nasution dan Alex Kawilarang dari pihak Permesta Tahun 1961 di Tomohon. Selanjutnya dikirim pada operasi Trikora," kata dia.
Ini operasi khusus. Mereka harus menyusup di belakang garis musuh,
membentuk kantong perlawanan dan melakukan operasi gerilya.
Mirip Film Behind Enemy Lines. Operasi ini bak one way ticket.
Mereka bisa masuk tanpa jaminan akan kembali.
"Kami dilepas oleh Jenderal Ahmad Yani, LB Moerdani dan Yos Sudarso, saya ingat kata kata mereka bahwa ini misi yang penting dan kami mungkin tak akan pernah kembali," kata dia.
Sesungguhnya Pangkey nyaris tak berangkat. Usianya baru 17 tahun.
"Umur saya masih 17 tahun, pak Yani kagum sama keberanian saya, dia tambahkan umur saya sepuluh tahun dalam surat," kata dia.
Pangkey tergabung dalam pasukan pasukan 500 Swat 1.
Batalion ini berisi anak - anak Manado yang dikomandai oleh Kapten Yongki Kumontoy.
Semua punya ilmu kebal. Sudah kesohor.Publik menanti kiprah mereka.
"Barangkali karena itulah kami diterjunkan ke area yang paling mematikan, musuh bukan hanya tentara belanda tapi ganasnya alam," kata dia.
Dan ternyata memang bukan nama kosong. Batalion mereka berhasil menunaikan tugas.
Hebatnya tanpa kehilangan anak buah seorang pun.
"Banyak tentara belanda kami bunuh, garis belakang mereka kami porak porandakan, kami tak kehilangan satu anggota pasukan pun, rahasianya ilmu kebal," kata dia.
Dari belantara Papua, ia lantas bertugas di pulau Jawa. Di sana ia berkesempatan ikut tes cakrabirawa.
Pada tes itu, dirinya membuat kagum Sarwo Edhi, komandan RPKAD saat itu.
Hendak mengetes kemampuan lempar pisaunya, Sarwo minta seseorang maju ke depan.
Hanya Frans yang berani maju. Ia disuruh untuk berbalik untuk dijadikan sasaran lemparan pisau komando.
"Pisau menancap di sisi badan saya, satunya kena ke saya tapi saya tak luka," kata dia.
Sarwo kemudian memintanya membeli dua kaleng susu. Ia mengira bakal minum susu.
"Susu itu kemudian ia lempar ke atas dan ditembak dan kena dengan tepat," beber dia.
Di hadapan semua peserta Sarwo memujinya setinggi langit.
"Kalau prajurit harus berani seperti ini," kata dia.
Sayang peruntungan Pangkey sebagai cakrabirawa tipis.
Saat itu unsur komunis sudah menyusup ke tubuh pasukan ini.
Pangkey yang anti komunis jadi tak nyaman. Suatu ketika ia terlibat perseteruan dengan sesama pasukan cakrabirawa.
Dihina, ia naik pitam lantas memukul prajurit itu hingga patah gigi. Ternyata Pasukan Cakrabirawa yang dipukulnya, adalah teman sekampung dengan Letkol Untung.
Untung lantas memanggilnya. Dia diinterogasi. Untung mengancamnya. Dia balik mengancam.
"Anda boleh tembak saya, tapi kalau tak mempan maka anda yang saya hajar," kata dia pada Untung.
Ia kemudian dimutasi di Jawa Timur.
Menurut Pangkey, ia memang sudah diincar Untung karena dirinya mantan Permesta.
Dari kesatuan barunya, menurutnya ia melihat kekejaman PKI.
"Saya sangat benci PKI, sampai saya tua saya benci mereka," katanya.
"Bayangkan saja jika mereka yang berkuasa, kita semua pasti dibunuh mereka," kata dia. Kini Frans sudah tua. Ketenangan sudah ia peroleh dalam Yesus Kristus.
"Semua ilmu saya sudah saya buang, saya kini menggantungkan hidup pada Yesus Kristus," kata dia. Yang tak bisa diubah adalah rasa nasionalismenya. (art).
• CHORD Gitar dan Lirik Lagu Kau Cantik Hari Ini - Lobow, Lama Sudah Tak Kulihat
• Nagita Slavina Tampil Cantik Pakai Kemeja Branded Warna Biru, Penampilannya Jadi Sorotan
• BACAAN ALKITAB, Kemerdekaan Dalam Yesus Kristus, Jangan Mau Lagi jadi Hamba Dosa