Hari Kemerdekaan RI ke 75
John Lie Tjeng Tjoan, Tokoh Pahlawan Nasional dari Manado, Dijuluki Hantu Selat Malaka Oleh Belanda
Jhon Lie lahir di Manado dengan nama John Lie Tjeng Tjoan pada 9 Maret 1911. Ia adalah Tionghoa peranakan dari Manado. Lahir dari pasangan Lie Kae Tae
TRIBUNMANADO.CO.ID - Bagi mereka yang sering berkendara dengan memasuki kawasan Megamas Manado, pasti tidak asing lagi dengan nama Jhon Lie.
Karena di pusat bisnis Sulawesi Utara itu, nama Jhon Lie dijadikan salah satu nama jalan, yakni Jl Laksda John Lie.
Lantas siapakah Jhon Lie itu?
Jhon Lie lahir di Manado dengan nama John Lie Tjeng Tjoan pada 9 Maret 1911.
Ia adalah Tionghoa peranakan dari Manado. Lahir dari pasangan Lie Kae Tae dan Oei Tjeng Nie Nio.

Leluhur Jhon Lie datang dari Fuzhou dan Xiamen, menetap di Minahasa sejak tahun 1790. Dia adalah generasi kelima dari leluhurnya.
Keluarga Jhon Lie kala itu termasuk orang berada. Ayahnya merupakan pemilik perusahaan pengangkutan Vetol.
Sejak usia belasan tahun, Jhon Lie sudah tertarik dengan dunia pelayaran.
Meski begitu, Jhon Lie sempat menamatkan pendidikannya di sekolah berbahasa Belanda, Hollands Chinese School (HCS), lalu Christelijke Lagere School.
Menginjak usia 17 tahun keinginannya menjadi pelaut semakin kuat.
Di usia itu ia memilih meninggalkan kota kelahirannya, Manado, demi mengejar mimpinya menjadi pelaut. Jhon Lie memutuskan pergi ke Batavia.
Di Batavia, Jhon Lie bekerja sebagai buruh. Disela-sela kesibukannya, Jhon Lie juga serius mengikuti kursus navigasi.
Atas ilmu yang dipelajarinya itu, sebuah perusahaan pelayaran Belanda menjadikan Jhon Lie sebagai klerk mualim III, kapal Koninklijk Paketvaart Maatschappij.
Pada tahun 1942 Jhon Lie ditugaskan ke suatu daerah bernama Koramshar, Iran, dan mendapat pendidikan militer di sana.
Setelah Perang Dunia II usai, Agustus 1945, Indonesia lewat Soekarno memproklamirkan kemerdekaan.
Jhon Lie yang kala itu masih berada di Koramshar mendengar berita kemerdekaan Indonesia.
Ia pun ingin pulang ke tanah air untuk memberikan pengetahuan dan pengalamannya demi mengisi kemerdekaan.
Pejuang Kemerdekaan
Setelah kembali ke tanah air, ia pun memutuskan bergabung dengan Kesatuan Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS) sebelum akhirnya diterima di Angkatan Laut RI.
Awalnya Jhon Lie bertugas di Cilacap, Jawa Tengah, dengan pangkat Kapten.
Di pelabuhan Cilacap selama beberapa bulan ia berhasil membersihkan ranjau yang ditanam Jepang untuk menghadapi pasukan Sekutu.
Keberhasilan Jhon Lie itu membuat pangkatnya dinaikkan menjadi Mayor.
Selanjutnya, Jhon Lie diberikan tugas yang amat berat. Sebuah misi sangat penting.
Yaitu menembus blokade Belanda guna menyelundupkan senjata, bahan pangan, dan lainnya.
Daerah operasinya meliputi Singapura, Penang, Bangkok, Rangoon, Manila, dan New Delhi.
Dikutip dari Tribunwiki, kala itu, ekspor sangat penting mengingat kas negara yang menipis.
Pada 1947, ia ditugaskan untuk mengawal kapal pembawa 800 ton karet.
Karet tersebut akan diserahkan ke perwakilan Indonesia di Singapura, Oetojo Ramelan.
Perjalanan itu tidak mudah karena ia harus menembus barisan blokade laut Belanda.
Sejak saat itu, ia rutin melakukan operasi untuk menembus blokade Belanda.
Hasil bumi yang dibawa ke Singapura ditukarkan dengan senjata.
Kemudian senjata itu akan diserahkan kepada pejabat yang ada di Sumatra untuk melawan Belanda.
Laksamana Muda TNI Jahja Daniel Dharma alias Jhon Lie bersama para awak kapal. (Dok Dispen TNI AL via Kompas.com)
Selain usaha menembus blokade Belanda, perjalanan juga sulit mengingat kapal yang digunakan terlalu kecil untuk ukuran gelombang samudera.
Kapal yang digunakan untuk operasi ini dinamai The Outlaw.
John Lie sempat tertangkap perwira Inggris ketika membawa 18 drum minyak sawit.
Setelah diadili di Singapura, John Lie dibebaskan karena tidak terbukti bersalah.
Setelah menyerahkan senjata pada Bupati Usman Effendi dan Abusamah, John Lie mendapat surat dari Syahbandar bahwa The Outlaw merupakan kapal Indonesia.
Kemudian kapal itu diberi nama resmi PPB 58 LB.
Seminggu setelah kejadian itu, John Lie kembali ke Port Swettenham di Malaya.
Ia turut mendirikan pangklaan Angkatan Laut yang menyuplai bahan bakar, makanan, dan senjata, untuk keperluan perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Aksi-aksinya selama perjuangan mempertahankan kemerdekaan membuat Belanda menjulukinya sebagai Hantu Selat Malaka.
Pada 1950, John Lie dipanggil oleh KASAL Laksamana TNI R Soebijakto.
Kemudian, ia ditugaskan sebagai Komandan Kapal Perang Rajawali.
Di masa berikutnya, John Lie aktif dalam penumpasan Republik Maluku Selatan dan PRRI/Semesta. (2)
Menikah
Karena terlalu sibuk menjalankan tugasnya di medan tempur, Jhon Lie menikah nanti pada usia 45 tahun.
Ia memilih seorang pendeta bernama Margaretha Dharma Angkuw sebagai pendamping hidupnya.
Pada 30 Agustus 1966 John Lie mengganti namanya dengan Jahja Daniel Dharma.
Jhon Lie menghembuskan nafas terakhirnya pada 27 Agustus 1988 karena stroke, dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Penghargaan

Atas segala jasa dan pengabdiannya, ia dianugerahi Bintang Mahaputera Utama oleh Presiden Soeharto pada 10 Nopember 1995, B
Tanggal 9 November 2019, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menganugerahi Jhon Lie dengan Bintang Mahaputera Adipradana, dan gelar pahlawan dengan SK no 058/TK/tahun 2009.
Gelar pahlawan berawal dari pengusulan yang dilakukan Yayasan Nabil. Pengusulan itu dilakukan atas pemikiran salah satu anggota dewan pakarnya, Dr Asvi Warman Adam, yang dirintis sejak tahun 2003.
Tahapan pengajuan dimulai dengan penulisan buku biografi John Lie Memenuhi Panggilan Ibu Pertiwi oleh M Nursam.
Selain itu juga dilakukan seminar tentang kepahlawanan John di Jakarta dan Manado pada awal 2009.
Tak cukup sampai disitu, pemerintah Indonesia juga meresmikan Kapal perang kelas korvet yang diberi nama KRI Jhon Lie 358.
KRI Jhon Lie 358 diresmikan di Pelabuhan Samudera Bitung bersama dengan Gubernur Sulawesi Utara DR. S.H. Sarundajang, pada tanggal 13 Desember 2014 melalui Kepala Staf TNI AL (KASAL) Laksamana TNI DR. Marsetio. (kompas.com/tribunnewswiki/tribunmanado.co.id/wikipedia)
• Zaskia & 7 Karateka Harumkan Nama Dispora dan Inkanas Kotamobagu, Bawa Emas dari Bogor Karate Open
• Adab Minum Air Ala Rasulullah Kaya Manfaat, dari Cara Pegang Gelas hingga Panduan Setiap Tegukan