Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

News

Sering Ada Pemberitaan Obat Covid-19 Palsu, Indonesia Jadi Sorotan Media Asing

Di dalam negeri Indonesia memang marak dengan pemberitaan soal pengobatan alternatif, mulai dari tanaman eucalyptus dll.

Editor: Rizali Posumah
DOk Kementan RI
Ilustrasi - Indonesia menjadi sorotan media asing lantaran maraknya pembritaan soal obat alternatif covid-19 palsu. 

TRIBUNMANADO.O.ID, JAKARTA -- Maraknya pemberitaan soal pengobatan alternatif yang diklaim bisa menyembuhkan virus corona, membuat Indonesia disorot media asing di Amerika.

Di dalam negeri Indonesia memang marak dengan pemberitaan soal pengobatan alternatif, mulai dari tanaman eucalyptus, arak hingga yang terbaru Hadi Pranoto yang mengaku peneliti herbal untuk menyembuhkan Covid-19.

Sebagaimana yang diberitakan di nytimes.com, media tersebut menuliskan judul : Di Indonesia, Pengobatan Virus Palsu Didorong oleh Mereka yang Seharusnya Tahu Lebih Baik

Dengan tidak adanya pesan terpadu dari pemerintah nasional, pejabat lokal dan oportunis telah mengisi kesenjangan dengan informasi yang salah dan obat herbal dari dukun, begitu tulis jurnalis dari Newyorktimes.com, Jumat (31/7) yang dikutip Wartakotalive.com pada Senin (3/8/2020).

Pertama, menteri pertanian Indonesia mempromosikan memakai kalung yang berisi ramuan kayu putih (eucalyptus) untuk menyembuhkan virus corona.

Tidak mau kalah, gubernur Bali, sebuah pulau resor yang populer, mendorong obatnya sendiri: menghirup uap dari arak rebus, alkohol tradisional yang terbuat dari kelapa.

Apa yang disebut influencer dan pakar gadungan juga telah mendorong penyembuhan dukun mereka sendiri dan informasi yang salah di media sosial Indonesia, termasuk rumor yang tersebar luas bahwa senjata termometer inframerah populer menyebabkan kerusakan otak.

Karena Indonesia terus kehilangan pandemi, pemerintah mengalami kesulitan untuk menyampaikan pesan berbasis ilmu pengetahuan yang konsisten tentang virus corona dan penyakit yang ditimbulkannya, Covid-19.

Namun bahkan di provinsi-provinsi yang dilanda bencana, sebanyak 70 persen orang pergi tanpa topeng dan mengabaikan persyaratan jarak sosial, menurut pemerintah, sering berkerumun di toko-toko dan pasar dan nongkrong di kafe dan restoran yang sibuk.

Indonesia bukan satu-satunya negara yang memerangi informasi yang salah atau yang para pemimpinnya telah mempromosikan pengobatan dukun.

Organisasi Kesehatan Dunia telah menyebut di mana-mana informasi palsu yang berbahaya sebagai "infodemik".

Di Kenya, gubernur Nairobi telah mendorong cognac sebagai obat ajaib.

Presiden Trump terus mempromosikan hydroxychloroquine, obat yang digunakan untuk mengobati malaria, sebagai obat coronavirus meskipun ada bukti medis yang bertentangan.

Dia bahkan menyarankan bahwa suntikan di dalam tubuh manusia dengan desinfektan seperti pemutih dapat membantu memerangi virus.

Tetapi Indonesia unik karena populasinya yang besar, geografi yang luas di ribuan pulau dan campuran identitas budaya.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved