Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Obat Covid 19

Hasil Penelitian: Antibodi Hewan Llama Bantu Obati Covid-19

Hewan Llama dan alpaca memiliki antibodi khusus yang direkayasa para ilmuwan di laboratorium.

Editor: Rizali Posumah
BBC Indonesia
Diketahui berdasarkan hasil penelitian para ilmuan, saat Fifi si llama asyik mengunyah rumput di sebuah padang di Reading, Inggris, sistem kekebalan tubuhnya menyediakan templat untuk terobosan dalam pengobatan virus corona. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Hewan Llama dan alpaca memiliki antibodi khusus yang direkayasa para ilmuwan di laboratorium.

Diketahui berdasarkan hasil penelitian para ilmuan, saat Fifi si llama asyik mengunyah rumput di sebuah padang di Reading, Inggris, sistem kekebalan tubuhnya menyediakan templat untuk terobosan dalam pengobatan virus corona.

Antibodi khusus dari tubuh Fifi ini digunakan para ilmuan dari Rosalind Institute di Inggris untuk membuat terapi pendorong kekebalan tubuh.

"Koktail antibodi" berbasis-llama yang dihasilkan bisa masuk tahap uji klinis dalam beberapa bulan ke depan.

Perkembangan ini diterbitkan dalam jurnal ilmiah Nature Structural and Molecular Biology.

Pengobatan ini menggunakan antibodi llama "yang direkayasa", yang ukurannya relatif kecil, dan jauh lebih terstruktur daripada antibodi dalam darah kita sendiri. Ukuran dan struktur itu berarti mereka dapat "didesain ulang" di lab.

'Mencari kunci' untuk virus corona

Profesor James Naismith, direktur Rosalind Franklin Institute - dan peneliti utama dalam studi ini - mengibaratkan teknik ini seperti memotong anak kunci yang cocok dengan 'lubang kunci' virus corona.

"Dengan antibodi llama, kami punya anak kunci yang tidak begitu pas - mereka akan masuk ke lubang kunci tapi tidak bisa diputar," ujarnya.

"Jadi kami mengambil kunci itu dan menggunakan biologi molekuler untuk memolesnya, sampai kami mendapatkan anak kunci yang cocok."

Antibodi adalah bagian dari hal yang dikenal sebagai sistem imun adaptif; mereka adalah molekul yang, pada dasarnya, berubah bentuk untuk merespons virus atau bakteri yang menyerang.

"Lalu jika Anda terinfeksi kembali," Prof. Naismith menjelaskan, "tubuh Anda mencari [partikel virus] dengan antibodi yang menempel di sekitarnya dan menghancurkannya."

Jenis terapi imun ini pada dasarnya meningkatkan sistem kekebalan tubuh orang sakit dengan antibodi yang telah beradaptasi dengan virus.

Sudah ada bukti bahwa darah yang kaya antibodi, diambil dari orang yang baru saja pulih dari virus corona, dapat digunakan sebagai pengobatan.

Tapi trik utama dengan terapi antibodi yang didapatkan dari llama ini ialah para ilmuwan bisa memproduksi antibodi yang khusus untuk virus corona dengan mudah dan cepat.

Bagian kecil yang direkayasa ulang dari antibodi llama juga dikenal sebagai nanobodi, kata Prof Naismith.

"Di laboratorium, kita dapat membuat nanobodi yang membunuh virus hidup dengan sangat baik - lebih baik daripada hampir semua yang kita lihat," imbuhnya.

"Mereka sangat pandai membunuh virus dalam kultur sel."

Nanobodi membunuh virus dengan mengikat - atau mengunci - bagian yang dikenal sebagai "protein jangkar" pada kapsul virus; menonaktifkan jangkar itu membuatnya tidak bisa menempel ke sel manusia.

"Pada dasarnya, yang kami lakukan di laboratorium sama dengan yang dilakukan semua sistem kekebalan di dalam tubuh," Prof Naismith menjelaskan.

"Dan kami bisa melakukan ini dengan sangat cepat, jadi jika virusnya berubah tiba-tiba, atau kami mendapat virus baru, kami bisa merekayasa nanobodi baru di laboratorium."

Tim ilmuwan yang dipimpin Prof. Naismith menargetkan pengujian terapi prospektif yang mereka kembangkan pada hewan musim panas ini, dengan harapan memulai uji klinis pada akhir tahun.

Tes Kepribadian - Hewan Pertama yang Kamu Lihat Bisa Ungkap Sifatmu di Mata Orang Lain

Pemerintah Segera Cairkan Gaji Ke-13 PNS dan TNI-Polri Pertengahan Bulan Agustus

Terkait Kasus Djoko Tjandra, Kabareskrim Duga Ada yang Dag Dig Dug

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Temuan Baru, Antibodi Llama Bisa Bantu Obati Penderita Covid-19".

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved