AS, Inggris dan Kanada Ramai-ramai Tuding Rusia Berupaya Retas Data Vaksin Covid-19
Para peretas tersebut dilaporkan memiliki banyak julukan seperti APT29, the Dukes, atau Cozy Bear
Dia mengklaim melihat Iran dan Cina juga menargetkan perusahaan farmasi dan organisasi penelitian yang terlibat dalam pengembangan vaksin Covid-19.
“Ini adalah ancaman nyata bagi hampir setiap negara di bumi dan kita dapat berharap bahwa sumber daya yang luar biasa telah dialihkan dari tugas lain untuk fokus pada virus ini,” kata Hultquist.
Kelompok peretas APT29 sangat dikenal oleh para pakar dunia maya.
Para pejabat intelijen AS mengatakan mereka adalah bagian dari Dinas Intelijen Luar Negeri Rusia (SVR).
Mereka pernah meretas sistem email Gedung Putih dan Kementerian Luar Negeri pada 2014.
Kelompok itu juga menyusup ke server Komite Nasional Demokrat di musim panas 2015, beberapa bulan sebelum agen mata-mata militer Rusia, GRU, melakukannya.
GRU menyalurkan email yang diretas ke grup pembocor rahasia, WikiLeaks.
WikiLeaks lalu merilisnya secara daring.
Di sisi lain, Moskow membantah tuduhan saat dimintai tanggapan oleh wartawan.
Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada kantor berita negara TASS mengatakan pihaknya tidak memiliki informasi tentang siapa yang bisa meretas perusahaan farmasi dan pusat penelitian di Inggris.
"Kami hanya bisa mengatakan bahwa Rusia tidak ada hubungannya dengan upaya ini,” kata Peskov.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa 23 vaksin dari 160 vaksin yang dikembangkan telah memulai uji klinis pada manusia.
Wakil Perdana Menteri Rusia Tatyana Golikova mengatakan Rusia sedang mengembangkan 26 vaksin tetapi baru dua yang menjalani uji klinis.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "AS, Inggris, Kanada Ramai-ramai Tuduh Rusia Retas Data Vaksin Covid-19"