China Tuding AS Jadi Provokator Konflik di Laut China Selatan: Sembrono Putar Balikkan Fakta
Pernyataan AS yang dibalas oleh China tersebut membuat hubungan antara dua negara ini semakin panas dalam beberapa bulan terakhir
TRIBUNMANADO.CO.ID - Perseteruan China dan Amerika Serikat karena konflik Laut China Selatan makin memanas.
China mengatakan respons AS terhadap klaim China atas Laut China Selatan tidak diperlukan dan justru meningkatkan tensi di perairan tersebut.
Wilayah perairan yang menjadi konflik ini sangat seksi karena kaya akan hasil laut, sumber energi yang melimpah, sekaligus sibuk karena menjadi jalur perdagangan internasional.

Bertepatan dengan perayaan hari kemerdekaan AS, 4 Juli, Angkatan Laut AS menggelar latihan militer di Laut China Selatan.
Sebelumnya, China juga menggelar latihan militer di perairan tersebut sejak 1 Juli hingga 5 Juli sebagaimana dilansir dari CNBC, Selasa (14/7/2020).
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, mengatakan bahwa AS memperjuangkan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka pada Senin (13/7/2020).
“Kami memperjelas bahwa klaim Beijing atas sumber daya lepas pantai di sebagian besar Laut China Selatan sepenuhnya melanggar hukum, seperti sebuah kampanye penindasan untuk mengendalikannya," kata Pompeo.
Kedutaan Besar ( Kedubes) China untuk AS mengatakan pernyataan yang dilontarkan AS pada Senin menentang upaya China dan negara-negara ASEAN dalam menjaga stabilitas dan perdamaian Laut Cina Selatan.
“AS secara sembrono memutarbalikkan fakta objektif yang relevan dari Laut Cina Selatan dan undang-undang seperti Konvensi PBB tentang Hukum Laut,” ujar pernyataan tersebut pada Selasa.
Kedubes China untuk AS menuduh pernyataan AS tersebut justru membuat situasi di Laut Cina Selatan menjadi tegang.
“AS memprovokasi hubungan China dengan negara-negara kawasan ini, dan menuduh China secara tidak masuk akal. China sangat menentang hal ini,” sambung pernyataan tersebut.
Laut China Selatan sendiri merupakan jalur perdagangan yang penting di dunia.
Menurut sebuah lembaga think-tank, Center for Strategic and International Studies ( CSIS), barang dagangan dengan total nilai 3,4 triliun dollar AS atau setara Rp 49,5 kuadriliun melewati perairan tersebut sepanjang 2016.
Pernyataan AS yang dibalas oleh China tersebut membuat hubungan antara dua negara ini semakin panas dalam beberapa bulan terakhir.
Masalah kedua negara ini sangat kompleks mulai dari masalah teknologi dan keamanan nasional hingga kendali China atas Hong Kong melalui Undang-undang Keamanan Nasional.
Para analis memperkirakan eskalasi kedua negara tersebut akan terus meningkat menjelang pemilihan presiden AS pada November.
Konsultan risiko geopolitik Eurasia Group melaporkan pernyataan Pompeo tersebut merupakan eskalasi sengketa AS-China di Laut Cina Selatan secara diplomatik.
"Tidak ada pihak yang gatal ingin mempertemukan militernya, karena China berpikir Laut Cina Selatan dapat dimenangkan secara damai melalui gesekan jangka panjang,” tulis laporan tersebut.
Laporan tersebut menambahkan Presiden AS, Donald Trump, telah menunjukkan sedikit gaya militernya dalam berkonfrontasi dengan China.
"Namun, ketegangan kebijakan luar negeri antara Washington dan Beijing telah meningkat secara signifikan tahun ini dan tidak ada pihak yang cenderung menurunkan suhu,” sambung laporan tersebut.
4 Negara Bersekutu Lawan China di Laut China Selatan, India dan Filipina Dibantu AS dan Inggris
Konflik di Laut China Selatan melibatkan sejumlah negara.
Termasuk Filipina dan India yang tak terima dengan klaim China atas wilayah tersebut.
Filipina dan India menilai klaim China atas Laut China Selatan sangat tidak masuk akal.

Oleh karenanya, Filipina dan India kemungkinan besar akan menjalin kerjasama untuk melawan sikap agresif China di Laut China Selatan.
Melansir The EurAsia Times, Menteri Pertahanan Filipina menyatakan bahwa India telah mengomunikasikan keinginannya untuk melakukan kegiatan navigasi di Laut China Selatan.
Seperti AS, Inggris, dan lainnya dengan tujuan untuk menjaga keseimbangan kekuatan di kawasan tersebut.
Bahkan Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana mengatakan navigasi di Laut China Selatan terbuka untuk semua negara.
“Kami tidak mencegah negara lain melewati atau melakukan hal-hal di sana di Laut China Selatan."
"Inggris memang melewati Laut China Selatan. Prancis, dan semua negara lain."
"Kami tidak mengundang mereka untuk datang,” katanya, seraya menambahkan India juga dapat hadir di daerah tersebut.
Lorenzana lebih lanjut menegaskan bahwa latihan angkatan laut China di Laut China Selatan adalah penyebab kekhawatiran sejumlah negara.
Sementara itu, menteri luar negeri Filipina sebelumnya telah memperingatkan China pada hari Jumat tentang "balasan terberat" jika latihan angkatan laut China yang sedang berlangsung di Laut China Selatan meluas ke wilayah Filipina.
Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin Jr mengatakan pasukan PLA China telah melakukan latihan rutin di Kepulauan Paracel dan para pejabat China telah memblokir semua kapal untuk melakukan navigasi di dalam area manuver.
Setelah memeriksa koordinat zona larangan masuk China yang dinyatakan sebagai tempat latihan dilakukan, Locsin mengatakan perairan di lepas pantai Paracels, yang juga diperebutkan oleh tetangganya Vietnam, tidak melanggar wilayah Filipina.
Meski demikian, hal itu masih memicu kecemasan.
Kekuatan militer India
Dengan PwrIndx sebanyak 0,0953, India menjadi negara dengan kekuatan militer ke empat di dunia. Tepat di bawah China.
Diketahui, India punya personel cadangan militer lebih banyak yakni sebanyak 2,1 juta orang.
Anggaran militer India hanya seperempatnya yakni 61 miliar US Dollar per tahun.

Pesawat udara milik Angkatan Udara India sebanyak 2.123 unit pesawat dan untuk pesawat yang mengangkut pasukan, India punyasebanyak 250 unit.
Tercatat Angkatan Darat China India memiliki combat tank sebanyak 4.292 unit, armored fighting vehicle 8.686 unit, dan persenjataan sebanyak 3.600 buah.
Soal kapal induk, India punya 1 unit dan 295 kapal perang.
Kekuatan militer Filipina
Dibanding China dan India, kekuatan militer Filipina mungkin cukup jauh tertinggal.
Di mana kekuatan militer Filipina berada di ranking 48 dari 138 untuk tahun 2020.
Disebutkan bahwa Filipina sangat mengandalkan jet tempur kelas ringan FA-50 Fighting Eagle buatan Negara Korea Selatan.
Selain itu, mereka juga punya 12 pesawat tempur yang juga berfungsi sebagai pemantau.
Filipina masih mengoperasikan 124 unit helikopter berbagai jenis.
Walau begitu, pertumbuhan teknologi militer Filipina tergolong pesat. Apalagi mereka bersekutu dengan Amerika Serikat, Italia, dan Jepang.
Bahkan pemerintah Filipina juga mengakuisisi kapal perang buatan PT. PAL Indonesia yang berjenis Strategic Sealift Vessel (SSV).
Artikel ini sudah tayang di kontan.co.id dengan judul "India dan Filipina siap lawan sikap agresif Tiongkok di Laut China Selatan"
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Memanas, China Tuding AS Lakukan Provokasi di Laut China Selatan"