Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Virus Corona

Orang-orang di Empat Lokasi Ini Tidak Tahu Info Adanya Covid-19 Sedang Merebak di Dunia

Tetapi ada sejumlah kelompok orang yang tak tahu adanya pandemi corona, meski mereka sendiri sangat rentan tertular.

Editor: Frandi Piring
AP/HAMZA OSMAN
Tempat orang-orang tak tahu keberadaan virus corona yanf ada di dunia saat ini. Wanita penduduk migran di Somalia (kanan) saat menerima penyuluhan petugas tentang cara melindungi diri dari virus corona di kamp Weydow IDP, Mogadishu, Somalia. Foto diambil pada 10 Juni 2020. 

"Kenyataannya adalah sebagian dari masyarakat yang paling rentan di dunia, yang cenderung tertular penyakit yang mematikan ini, malah tidak mengetahui bahwa virus ini eksis. Ini mengerikan," katanya.

Tempat orang-orang tak tahu keberadaan virus corona sedan merebak di dunia - Penduduk migran Somalia mendapat penyuluhan untuk melindungi diri dari virus corona. Foto ini diambil di Bosaso, Somalia, pada 20 Mei 2020.
Tempat orang-orang tak tahu keberadaan virus corona sedan merebak di dunia - Penduduk migran Somalia mendapat penyuluhan untuk melindungi diri dari virus corona. Foto ini diambil di Bosaso, Somalia, pada 20 Mei 2020. (INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR MIGRATION (IOM) SOMALIA via AP)

2. Myanmar: warga "buta dan tuli" terhadap virus corona

Beberapa pekerja kemanusiaan mengatakan kepada Human Rights Watch (HRW) dan Amnesty International,

pemadaman internet terlama di dunia di sejumlah kawasan Myanmar telah memutus akses ke informasi penting, termasuk tentang virus corona.

Sembilan kota di negara bagian Rakhine dan Chin telah terputus dari akses seluler sehingga berdampak pada sekitar 1 juta orang yang tinggal di zona konflik.

"Myanmar telah mengalami pemadaman internet selama setahun. Beberapa warganya masih tidak tahu ada pandemi," kata wakil direktur HRW Asia, Phil Robertson di akun Twitter-nya.

Ia mengatakan kepada ABC, mustahil mengetahui berapa banyak orang di desa-desa di wilayah pemadaman internet itu yang tahu tentang virus corona,

tapi ia memperkirakan ada puluhan ribu orang berada di kamp-kamp pengungsian yang sering kali merupakan inkubator ideal untuk penyebaran cepat penyakit.

"Hanya beberapa orang saja di kamp pengungsian yang mengetahui tentang Covid-19 ini," kata seorang pekerja kepada Amnesty International yang mengestimasi hanya 5 persen saja yang tahu jika virus ini berbahaya.

Seorang warga dari Minbya menyampaikan kepada Amnesty International, bahwa mereka tahu tentang Covid-19 dari TV, koran,

dan siaran parabola ilegal, tetapi tidak memiliki akses yang termutakhir dari internet.

"Saya khawatir karena di saat perang kami masih dapat bersembunyi di hutan, tapi kami jelas tidak bisa lari dan bersembunyi dari virus," katanya.
"Rasanya kami seperti buta dan tuli, dan tidak ada seorang pun yang melaporkan apa yang terjadi di Minbya."

Phil Robertson mengatakan, pemadaman internet telah didesain untuk membuat orang-orang di Rakhine dan komunitas internasional buta informasi tentang konflik yang terjadi di sana.

"Pemerintah sudah berlaku tidak adil dengan memutus orang-orang ini dari informasi tentang wabah Covid-19."

Juru bicara pemerintah, Zaw Htay, mengatakan tidak bisa menerima pertanyaan dari media melalui sambungan telepon sebelum menutupnya.

Sumber: Kompas.com
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved