Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sulut

Alfons: Peluang Satu Calon Gubernur Bisa Terjadi, Kursi di DPRD Sulut Masih Cukup Berkoalisi

Pilkada Gubernur Sulut dimotori tiga poros kekuatan utama yakni PDIP, Nasdem dan Golkar.

Penulis: Ryo_Noor | Editor:
Istimewa
Alfons Kimbal Pengamat Politik Unsrat 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO -Pilkada Gubernur Sulut dimotori tiga poros kekuatan utama yakni PDIP, Nasdem dan Golkar.

Tiga poros utama ini jadi motor mengusung pasangan calon gubernur dan wakil gubernur.

Sebelum mengusung calon, partai harus punya tiket yakni berupa perolehan kursi DPRD Sulut hasil Pemilu 2019.

Di Pilgub Sulut, tiket mengusung calon bisa diperoleh jika partai atau koalisi partai memiliki minimal sembilan dari 45 kursi, atau 20 persen dari total kursi di DPRD.

PDIP dan Nasdem sudah punya tiket otomatis meski tanpa koalisi.

PDIP memiliki 18 kursi, dan Nasdem sembilan kursi. Golkar punya tujuh kursi masih butuh koalisi untuk tambahan minimal dua kursi lagi.

Tiga poros utama sudah punya calon masing-masing.

PDIP mengusung psangan petahana Olly Dondokambey dan Steven Kandouw.

Nasdem mengusung Vonny Anneke Panambunan (VAP).

Sementara jagoan Golkar, Christiany Eugenia Paruntu (CEP).

Jika dihitung secara matematis, ada satu poros lagi bisa terbentuk di luar 3 poros yang ada.

Di DPRD masih menyisakan 11 kursi milik Demokrat (4 kursi), PAN (2), Gerindra (2), PKB (1), PKS (1), PSI (1).

Poros ini bisa mengakomodir figur Elly Englebert Lasut (E2L) yang cukup agresif mencari tiket ke Pilgub.

Sejauh ini, E2L sudah mengantongi surat tugas dari Demokrat untuk membentuk koalisi.

E2L punya alternatif membentuk koalisi agar bisa mendapat posisi papan 1, atau melunak bergabung mendampingi VAP (Nasdem)atau CEP (Golkar) sebagai papan 2.

Secara matematis memang 4 calon memungkinkan diusung jika dilihat dari komposisi persebaran kursi parpol, namun secara politik diprediksi sulit hal itu terwujud, Pilgub akan diikuti maksimal 3 pasang calon.

Meski bukan hal mustahil 4 calon karena politik selalu dinamis.

Persoalanya, poros baru sulit terwujud, karena partai besar kemungkinan masih bisa menarik dukungan partai kecil.

Golkar misalnya, akan berupaya menarik dukungan koalisi partai agar bisa mengusung calon. Memang cukup alot, Golkar belum kunjung menarik koalisi, walau sempat diisukan diawal bersama PAN.

PDIP tetap jadi magnet bagi partai kecil untuk merapat mendukung OD-SK.

Begitu pun Nasdem dengan VAP, bak gula bisa menarik semut.

Sebenarnya peran poros baru bisa dimainkan partai medioker seperti Demokrat, namun gerakan Demokrat cenderung pasif, partai ini masih 'wait and see', apa embentuk poros baru, atau mendukung poros yang sudah ada.

Politik itu dinamis, hingga injury time segalanya masih bisa berubah.

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved