Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Konflik AS dan Iran

Ketegangan Antara AS-Iran Meningkat Dalam Beberapa Bulan, Khawatir Perang Dunia III Bakal Pecah

Para pejabat Pemerintah Irak mengatakan para pejabat keamanan menyerbu markas milisi yang didukung Iran di Baghdad selatan.

Editor: Rizali Posumah
IRANIAN ARMY via AP
Foto tertanggal 18 Juni 2020 yang diunggah militer Iran menunjukkan, sebuah rudal sedang diluncurkan dalam uji coba. Media pemerintah Iran IRNA melaporkan, uji coba dilakukan dalam latihan Angkatan Laut Iran di Teluk Oman dan utara Samudra Hindia. IRNA juga menyebut rudal ini dapat menempuh jarak 280 kilometer. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Beberapa serangan di dekat kedutaan AS di Baghdad dan instalasi AS lainnya telah terjadi dalam beberapa bulan terakhir.

Dalam serangan ini ada 20 pejuang yang ditahan. Roket disita dan tiga komandan ditangkap.

Mustafa al-Kadhimi, Perdana Menteri Irak telah menyatakan keinginannya untuk lebih keras terhadap kelompok-kelompok milisi yang menargetkan instalasi AS.

Melansir Express.co.uk, Jumat (26/6/2020), seorang juru bicara koalisi pimpinan-AS di Irak membantah para komandan diserahkan kepada militer AS, yang mereka klaim tidak berperan dalam serangan itu.

Ketegangan antara AS dan Iran telah tinggi dalam beberapa bulan terakhir, setelah kematian Qassem Soleimani.

Hal itu memicu kekhawatiran dunia akan terjadinya Perang Dunia III.

Pada bulan Januari, serangan yang dilakukan AS membunuh Jenderal Iran Qassem Soleimani di Irak.

Sementara itu, Kata'ib Hezbollah, salah satu milisi paling kuat di Irak telah menentang pencalonan Kadhimi sebagai Perdana Menteri Irak.

Dalam sebuah pernyataan, bulan lalu mereka mengatakan, ”Selama masa-masa sensitif yang kita alami, saudara-saudara dalam politik yang membawa Mustafa al-Kadhimi menjadi perdana menteri ditunjuk harus tahu sebelum terlambat bahwa pria itu tidak bertanggung jawab pada yang telah diberikan kepadanya dan dia masih dituduh melakukan kejahatan yang belum dibebaskan darinya.”

Kelompok itu menuduh Kadhimi memfasilitasi operasi yang mengakibatkan kematian Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis.

Menurut Guardian, Kadhimi telah mengatur pertemuan untuk meyakinkan kelompok itu bahwa dia tidak memainkan peran dalam operasi tersebut.

Tapi, telah diklaim Kadhimi membiarkan kemungkinan pejabat Dinas Intelijen Nasional Irak melakukan kontak dengan mata-mata AS.

Seorang pejabat mengklaim: "Perjanjian informal adalah bahwa mereka tidak akan menghentikannya dari mendapatkan tugas, tetapi akan terus berbicara menentangnya."

Kadhimi diperkirakan telah didukung oleh AS dan Arab Saudi untuk mendapatkan posisinya.

Sebelum Kadhimi dilantik oleh Majelis Nasional, Irak telah melalui enam bulan tanpa Perdana Menteri.

Halaman
12
Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved