Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Bulan Soekarno

21 Juni 1970 Soekarno Meninggal, Saat Hembusan Terakhir, Putra Sang Fajar Berbisik Lirih, 'Allaaah'

Soekarno meninggal 21 Juni 1970 di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta dengan status sebagai tahanan politik.

Editor: Rizali Posumah
net
Soekarno, sang proklamator kemerdekaan Republik Indonesia. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Menjadi seorang Proklamator yang berjasa besar bagi kemerdekaan Republik Indonesia bukan berarti membuat Soekarno mendapatkan perlakuan istimewa di akhir jabatannya.

Soekarno justru harus mengalami pengasingan di Wisma Yaso saat kekuasaannya mulai berkurang.

Bahkan, saat sudah sakit-sakitan Soekarno juga masih harus mendapatkan pengawasan ketat.

Tidak hanya itu, menurut buku "Soekarno Poenja Tjerita" yang diterbitkan tahun 2016, pihak keluarga juga dipersulit saat akan menjenguk Soekarno.

Sejumlah alat penyadap pun dipasang di setiap sudut rumah.

"Rupanya singa tua yang sakit-sakitan dalam sangkar berlapis ini masih menakutkan bagi Jenderal Soeharto," tulis buku itu.

Empat Mata dengan Soeharto

Suasana penyerahaan kekuasaan. Soeharto (kiri) dan Soekarno (kanan).
Suasana penyerahaan kekuasaan. Soeharto (kiri) dan Soekarno (kanan). (Dok. KOMPAS/Istimewa)

Ada satu momen di mana untuk sekedar mendapat makanan pun Soekarno harus kesulitan.

Dicuplik dari buku berjudul "Maulwi Saelan, Penjaga Terakhir Soekarno" terbitan Penerbit Buku Kompas 2014 dan ditulis oleh Asvi Warman Adam, Bonnie Triyana, Hendri F. Isnaeni, M.F. Mukti, disebutkan pada suatu pagi di Istana Merdeka, Soekarno minta sarapan roti bakar seperti biasanya.

Langsung dijawab oleh pelayan, “Tidak ada roti.” Soekarno menyahut, “Kalau tidak ada roti, saya minta pisang."

Dijawab, “Itu pun tidak ada.” Karena lapar, Soekarno meminta, “Nasi dengan kecap saja saya mau.”

Lagi-lagi pelayan menjawab, “Nasinya tidak ada.” Akhirnya, Soekarno berangkat ke Bogor untuk mendapatkan sarapan di sana.

Maulwi Saelan, mantan ajudan dan kepala protokol pengamanan presiden juga menceritakan penjelasan Soekarno bahwa dia tidak ingin melawan kesewenang-wenangan terhadap dirinya.

“Biarlah aku yang hancur asal bangsaku tetap bersatu,” kata Bung Karno.

 Di saat lain, setelah menjemput dan mengantar Mayjen Soeharto berbicara empat mata dengan Presiden Soekarno di Istana.

Halaman
123
Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved