Tambang Ratatotok
Kronologi Pertikaian di Tambang Ratatotok Minahasa Tenggara, Hasil Tambang Dirampas
Kepada Kepala UPTD Kebun Raya Megawati Soekarnoputri Ratatotok Arnold Tambuwun mangakui situasi yang ada saat ini memang sementara memanas
Penulis: Giolano Setiay | Editor: Aldi Ponge
TRIBUNMANADO.CO.ID -- Situasi pertambangan Ilegal Ratatotok Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra) Sulawesi Utara (Sulut) memanas.
Dalam video tampak aksi brutal sejumlah warga.
Mereka menggunakan sepeda motor memadati salah satu ruas Jalan wilayah Ratatotok dengan mengangkat parang.
Kepada Kepala UPTD Kebun Raya Megawati Soekarnoputri Ratatotok, Arnold Tambuwun mangakui situasi yang ada saat ini memang sementara memanas pada Minggu (14/6/2020).
"Kita memang belum dapat melaporkan secara detail situasi saat ini. Posisi kita juga sekarang, sudah bergeser karena melihat situasi yang sudah memanas dari dua kelompok penambang yang belum tau pasti apa akar pertikaian tersebut," terang Tambuwun.
Pihak pemangku kewenangan belum bisa memberikan kepastian akibat terus memanas situasi sekarang.
"Namun saat ini, sudah ada pihak aparat gabungan dari kepolisian, TNI dan aparat desa yang berjaga di tengah situasi ini," terang Kepala UPTD.
Kepala UPTD mengatakan, dengan personil seadanya saat ini, bisa dikerahkan untuk berjaga mengamankan suasana yang terus memanas.
"Personel yang ada, masih bisa memadai saat ini. Kita berjaga, bilamana adanya pertikaian hebat yang bisa memicu suasana. Untuk itu, akses masuk dijaga ketat dari amukan kedua kelompok yang bertikai masalah tambang," tandasnya.
Tambuwun mengatakan, besok Senin (15/6/2020), akses masuk kebun raya bakal ditutup.
"Besok kita tutup total akses masuk wilayah kebun raya. Memang ada perbaikan jalan diruas masuk wilayah ini. Mereka sangat terganggu dengan aktivitas penambang selama pengerjaan yang brutal oleh para penambang," ungkap Arnold.
Ia berharap, agar pemerintah bisa bersama-sama menyelesaikan permasalahan yang terjadi di wilayah kebun raya saat ini.
"Memang kita butuh bantuan personel kepolisian lengkap dari Polda Sulut. Itu bila ingin melakukan penertiban betul-betul. Karena saat ini, aktivitas para penambang, masih ramai baik di dalam lokasi kebun raya dan luar kebun raya. Kami minta, hal ini bisa menjadi perhatian serius," pungkas Tambuwun.
Kepala Kepolisian (Kapolsek) Ratatotok IPTU Stanly Korua saat dikonfirmasi mengatakan, pihaknya sementara melakukan pengamanan.
"Sementara ini, kita lakukan pengaman bersama masyarakat. Nanti akan diinformasikan lagi," singkat Kapolsek Ratatotok.
Kronologi Pertikaian Ratatotok
Penambang asal Kabupaten Minahasa Selatan, melakukan rusuh dan menakut-nakuti para penambang asal Mitra dengan sejumlah barang tajam, seperti Tombak, samurai yang berukuran 1 meter dan sejumlah sajam lainnya pada Sabtu (13/06/2020) pukul 02:30 Wita.
Para pemilik lahan tambangan, yakni penambang asal Mitra dan para pengangkut meterial (istilah pengangkut matrial hasil tambang) diintimidasi dengan menyabotase lahan "Nibong".
Penambang asal Minsel yang berjumlah hampir 30-an orang itu terus mengambil alih daerah pertambangan yang disebut "Nibong".
Para oknum penambang pendatang mencuri material milik para penambang asal Mitra yang sudah dikeluarkan dari lubang tambang.
Jerry, penambang lokal mengeluhkan bahwa hasil material miliknya yang telah dikeluarkan dari lubang tambang, telah dirampas oleh para penambang asal Tompaso Baru ini.
"Kasian, saya sudah dua hari di lokasi "Nibong" dan baru mendapatkan kesempatan masuk yang hampir enam jam di dalam, untuk berjuang menghasilkan material emas. Saat dikeluarkan dari liang, langsung dirampas hasil kami oleh para penambang liar," katanya
"Mau dikata apa, tak bisa melawan karena saya punya keluarga di rumah yang menunggu hasil jerih paya menambang untuk kecukupan keseharian," ungkap Jerry selaku penambang.
Warga lainnya bernama Arnold yang berkerja sebagai pengangkut matrial di "Nibong" juga yang mengalami masalah yang hampir sama.
Mereka sudah dua hari ditekan oleh para penambang asal Minsel.
"Saya sudah dua hari, dua malam tersiksa dengan tingkah para penambang asal wilayah Tompaso.
Sekarang saya sebagai warga asli Kabupaten Mitra, tinggal jadi tamu saja dan tak diberi kesempatan oleh penambang luar tersebut, seakan saya mengemis di tanah sendiri.
Padahal, Pak Bupati Mitra James Sumendap, telah memberikan kesempatan kepada warga Mitra untuk mengais rezeki di wilayah tambang dengan cara tradisional lewat koperasi yang dikelola aliansi masyarakat Ratatotok yang ada," keluhnya.
Dia berharap pemerintah turun tangan menetibkan situasi tersebut agar tambang bisa dinikmati sendiri warga Mitra.