Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

News

Hewan Berhibernasi untuk Bertahan Hidup, Peneliti Beberkan Kemungkinan Diterapkan pada Manusia

Hibernasi dapat terjadi selama beberapa hari atau minggu, tergantung dari spesies, suhu sekitar, dan waktu.

(SHUTTERSTOCK/Jiri Fejkl)
Ilustrasi hibernasi beruang kutub. Hewan berhibernasi untuk menurunkan metabolisme sebagai upaya bertahan hidup. Penelitian mencoba melihat potensi dan manfaat hibernasi jika dilakukan manusia. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Hibernasi atau rahat adalah kondisi ketakaktifan dan penurunan metabolisme pada hewan yang ditandai dengan suhu tubuh yang lebih rendah, pernapasan yang lebih perlahan, serta kecepatan metabolisme yang lebih rendah.

Hibernasi atau periode tidur panjang adalah hal yang umum terjadi pada hewan, seperti tupai dan beruang kutub. Aktivitas ini membuat metabolisme mereka turun secara drastis.

Hewan yang melakukan hibernasi berusaha menghemat energi, terutama selama musim dingin sewaktu terjadi kelangkaan makanan, membakar cadangan energi, lemak tubuh, dengan perlahan.

Besaran Gaji Polisi, Tamtama Mulai Rp 1,6 Juta hingga Jenderal Rp 5,9 Juta

Hibernasi dapat terjadi selama beberapa hari atau minggu, tergantung dari spesies, suhu sekitar, dan waktu.

Hewan yang terkenal suka melakukan hibernasi adalah Beruang.

Tujuannya, untuk menghemat energi tubuh dan bertahan hidup selama musim dingin ketika makanan langka.

Akan tetapi, apakah mungkin manusia melakukan hibernasi dan apa manfaatnya?

Melansir South China Morning Post, Senin (15/6/2020), peneliti dari Universitas Tsukuba di Jepang melakukan studi mengenai kemungkinan hibernasi pada makhluk hidup yang tidak memiliki kebiasaan tersebut.

Penelitian yang telah dipublikasikan dalam jurnal Nature tersebut, dilakukan pada tikus yang tidak memiliki kebiasaan hibernasi, tapi kondisi mereka diciptakan seperti mirip hibernasi.

Studi sebelumnya menunjukkan sistem saraf pusat terlibat dalam termoregulasi, proses yang menjaga keseimbangan antara pembentukan panas dan kehilangan panas pada tubuh.

Tapi belum jelas bagaimana mekanismenya bekerja.

Pada penelitian kali ini, tim memodifikasi tikus secara genetika, di mana mereka mengaktifkan sel saraf (neuron) tikus yang disebut Q neurons, yang terletak di bagian otak hipotalamus.

Modifikasi dilakukan dengan menggunakan bahan kimia atau cahaya.

RINCIAN Jumlah Kasus Positif Covid-19 di Seluruh Indonesia, Senin 15 Juni 2020, Jakarta hingga Sulut

Tikus pun berubah menjadi kurang aktif, suhu tubuhnya turun 10-30 derajat celsius, nadi melambat, laju metabolisme berkurang, dan pernapasannya menjadi melambat.

Kondisi yang terlihat mirip dengan mati suri atau hibernasi tersebut berlangsung selama lebih dari 48 jam. Setelah itu, perilaku tikus kembali normal tanpa ada tanda-tanda kerusakan fisik.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved