Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kerusuhan di AS

Sikap Masa Bodoh & Rasisme, Donald Trump Disebut Coba Membuat Rakyat Saling Bentrok

Sikap dan pernyataan Trump itu bukan sekadar fantasi yang tak dapat diterima, akal sehat.

Editor:
Flickr
Donald Trump 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat ini jadi sorotan dan hangat diperbincangkan.

Menurut informasi yang ada, Donald Trump akan dicatat dalam sejarah AS.

Trump dicatat sebagai sosok presiden yang mendatangkan tragedi bagi negerinya sendiri.

Dikatakan “mendatangkan” tragedi karena “sifat membanggakan diri yang berlebihan (jumawa) atau percaya diri berlebihan” Trump telah  menyebabkan AS digulung tragedi Covid-19 dan rasisme.

Menurut catatan CNN, sejak Februari hingga minggu ketiga Mei (21 Mei), berkait dengan pandemi Covid-19, sudah 15 kali Trump mengatakan, “virus akan hilang”; Ia juga mengatakan, “Suatu hari virus itu akan hilang”; “Ini seperti mukjizat.” 

Sikap dan pernyataan Trump itu bukan sekadar fantasi yang tak dapat diterima, akal sehat.

Bagaimana mungkin virus itu akan hilang dengan sendirinya. Trump benar-benar masuk dalam alam khayalan yang berbahaya; yang membahayakan bangsanya.

Presiden AS, Donald Trump
Presiden AS, Donald Trump (Kompas.com)

Oleh karena sikap “masa bodoh” seperti itu, menurut data Worldometer (8/6/2020), korban Covid-19 sudah sebanyak 2.010.643 orang, dan 112.576 orang meninggal.

AS, negara paling digdaya di dunia dalam segala hal, menjadi negara terparah karena Covid-19.

Akibatnya, bukan hanya sudah lebih dari 100.000 orang meninggal dunia, tetapi hingga minggu ketiga bulan Mei, pengangguran di AS sudah naik menjadi 40 juta selama dua bulan.

Dan diperkirakan puncak pengangguran Mei-Juni naik 20 persen hingga 25 persen. Angka pengangguran demikian tinggi ini tidak pernah terjadi sejak zaman malaise, tahun 1930-an.

Sikap “masa bodoh” Trump itu sudah dicatat Francis Fukuyama dalam Identity (2018). Ia memberikan catatan menarik tentang karakter Trump, yang dianggap tidak cocok menjadi presiden.

Menurut Fukuyama, nilai-nilai keutamaan yang dibutuhkan seorang pemimpin—misalnya, kejujuran, reliabilitas (hal dapat dipercaya), jiwa pengabdian dengan mengutamakan kepentingan publik, moralitas, kemampuan memberikan penilaian yang jujur—tidak ada.

Trump adalah sosok yang lebih mempromosikan dirinya sendiri dan sangat senang menghalalkan segala cara demi tercapainya tujuan.

Karena itu, ketika demonstrasi dan kekerasan brutal disertai penjarahan sebagai akibat tewasnya George Floyd, seorang lelaki kulit hitam, karena tindakan Derek Chauvin, seorang polisi, Trump justru pergi ke Gereja St John yang terletak di Lafayette Park, depan Gedung Putih.

Sumber: Warta Kota
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved