Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Soekarno

Cara Soekarno Komunikasi dengan Gerilyawan Saat Ditahan di Tepi Danau Toba

Menurut Mangasi, yang diceritakan kakeknya, selama hampir 2 bulan aktivitas dan kegiatan Presiden Soekarno dikawal ketat oleh tentara kolonial Belanda

Editor: Rizali Posumah
net
Soekarno, bapak proklamator, presiden pertama Republik Indonesia. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Bapak Proklamator RI, Soekarno atau Bung Karno pernah menjalani pengasingan di Parapat mulai 4 Januari 1949.

Bung Karno, bersama dua rekan seperjuangannya, Sutan Sjahrir (Perdana Menteri RI) dan Haji Agus Salim, lebih dulu dibuang ke Berastagi, Kabupaten Karo. Di sana, mereka ditahan sekitar 10 hari.

Ketiganya kemudian diasingkan lagi ke kawasan tepi Danau Toba, tepatnya Parapat.

Rumah pengasingan itu dibangun oleh Belanda pada tahun 1820. Rumah berukuran 10 x 20 meter dengan arsitektur bergaya Eropa tersebut berdiri kokoh di atas lahan seluas dua hektare.

Ada dua pegawai yang selalu setia melayani Sang Proklamator RI di rumah pengasingan itu. Keduanya adalah Buka Sinaga dan Sitindaon.

Dua orang itu menjadi perantara pesan rahasia Bung Karno kepada para pejuang gerilyawan.

Keberadaan Bung Karno di pengasingan ini diceritakan oleh Mangasi Sinaga (52), saat ditemui Tribun Medan, Sabtu (6/6/2020) di Pesanggrahan Bung Karno di Parapat.

Soekarno bersama Haji Agus Salim. Keduanya sama-sama berada di pengasingan di Parapat, tepi Danau Toba. Kala itu presiden pertama RI ini terus menjalin berkomuniasi dengan para gerilyawan Republik.
Soekarno bersama Haji Agus Salim. Keduanya sama-sama berada di pengasingan di Parapat, tepi Danau Toba. Kala itu presiden pertama RI ini terus menjalin berkomuniasi dengan para gerilyawan Republik. (Twitter @potretlawas)

Mangasi Sinaga merupakan generasi ketiga dari Buka Sinaga, satu dari sekian pegawai Presiden Soekarno yang bisa bertatap muka dengan Sang Proklamator saat di rumah pengasingan Parapat.

Mangasi mengaku mendapat cerita langsung dari kakeknya, Buka Sinaga, tentang keseharian Bung Karno selama di rumah pengasingan Parapat.

"Ketika Presiden Soekarno dibawa ke Parapat, kakek saya Buka Sinaga dan Oppung Tindaon, dua di antara pegawai Presiden Soekarno yang berada di sisinya," ujar Mangasi Sinaga.

Sebelum bercerita tentang kesan dan pengalamannya menjaga Pesanggrahan Bung Karno, Mangasi menceritakan terlebih dahulu kisah kakeknya yang menemani Soekarno di Parapat.

Pengakuan Buka Sinaga, cerita Mangasi, Presiden Soekarno mendapat pengawasan sangat ketat dari tentara Belanda.

Pengawasan itu melekat pula bagi pegawainya. Karena itulah, Buka Sinaga terus menerus merasakan tekanan dan ketakutan lantaran bekerja sebagai pegawai Soekarno.

Apalagi, ketika itu suara dentuman meriam dan letusan senjata baik dari Danau Toba atau pun dari sebelah daratan Danau Toba, selalu menghantui hari demi hari

Buka Sinaga bukannya tak menyadari ancaman tersebut.

Halaman
1234
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved