Kesehatan
Mengenal Hipoksia: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
Berikut penjelasan apa itu hipoksia, gejala hipoksia, penyebab hipoksia, dan cara mengatasi hipoksia.
TRIBUNMANADO.CO.ID, KESEHATAN - Sebagian dari kita mungkin asing dengan istilah hipoksia. Ketika jaringan tubuh kekurangan oksigen, itulah yang disebut hipoksia.
Dilansir dari Web MD, kondisi ini bisa terjadi karena tubuh kekurangan oksigen dalam darah (hipoksemia).
Berikut penjelasan apa itu hipoksia, gejala hipoksia, penyebab hipoksia, dan cara mengatasi hipoksia.
Apa itu hipoksia?
Melansir Cleveland Clinic, hipoksia bisa muncul karena tubuh mengalami hipoksemia.
Hipoksemia adalah kondisi saat kadar oksigen dalam darah di bawah ambang batas normal.
Saat kadar oksigen dalam darah terlalu rendah, kinerja organ di dalam tubuh bisa ikut terganggu.
Sebagai informasi, darah mengalirkan oksigen ke setiap sel di dalam tubuh. Dengan asupan oksigen tersebut, organ di dalam tubuh bisa berfungsi optimal.
Dalam kondisi ringan, hipoksemia bisa menyebabkan sakit kepala dan sesak napas.
Tak hanya itu, hipoksemia juga bisa menyebabkan kadar oksigen di jaringan tubuh rendah atau hipoksia.
Dalam kasus yang parah, kekurangan oksigen ini bisa mengganggu fungsi jantung dan otak.
Gejala hipoksia
Penderita hipoksia bisa merasakan beragam gejala saat jaringan tubuhnya kekurangan oksigen. Beberapa gejala hipoksia yang umum di antaranya:
- Kulit jadi kebiruan atau kemerahan
- Bingung
- Batuk-batuk
- Detak jantung jadi cepat atau melambat
- Napas cepat
- Sesak napas
- Berkeringat
Penyebab hipoksia
Serangan asma yang parah dapat menyebabkan hipoksia pada orang dewasa dan anak-anak.
Selama serangan asma, saluran udara jadi menyempit. Sehingga, udara jadi sulit masuk sampai ke paru-paru.
Refleks batuk untuk membersihkan paru-paru dalam kondisi kekurangan oksigen justru membuat tubuh semakin boros oksigen.
Kondisi kekurangan oksigen ditambah batuk acapkali memperburuk gejala hipoksia. Selain asma, penyebab hipoksia lainnya antara lain:
- Penyakit paru-paru seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), emfisema, bronkitis, pneumonia, dan edema paru (terdapat cairan di paru-paru)
- Efek samping penggunaan obat keras dan obat yang bisa menahan pernapasan
- Penyakit jantung
- Anemia
- Keracunan sianida