Diskusi Online AGENN
Dr Theo: Belum Ada New Normal, Ingatkan Jangan Dulu Ibadah di Gereja, Begini Kata Prof Grace Kandouw
Menyambut sosialisasi new normal yang mulai diwacanakan oleh pemerintah, maka Aktivis Gerakan New Normal (AGENN) menggelar
Penulis: Fistel Mukuan | Editor: Aswin_Lumintang
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO – Menyambut sosialisasi new normal yang mulai diwacanakan oleh pemerintah, maka Aktivis Gerakan New Normal (AGENN) menggelar Serial Diskusi Publik II dengan thema ‘’Mengukur Protokol Kesehatan Era New Normal’’ dengan pembicara Dr Theofransus Litaay; Tenaga Ahli Utama KSP/Kantor Staf Presiden dan DPP PIKI, Pdt Dr Leny Matoke; Gbl Gereja Bethany Wanea (Tokoh Agama), Dr Roy Massie PhD; BaLitbangKes Kementerian Kesehatan RI, Prof Dr Dr Grace Kandouw; Guru Besar (Pakar Epidemology).

Diskusi yang digelar secara online ini berlangsung, Senin (01/06/2020), pukul 19.00 Witta – pukul 22.00 Witta dengan moderator Audy Wuisang STh, MSi dan penanggap Aswin D Lumintang; Editor Senior Tribun Manado dan Sandra Rondonuwu STh SH, anggota DPRD Sulut.
Acara ini diawali oleh Joice Worotikan; Koordinator AGENN yang memperkenalkan para pembicara, penanggap dan moderator acara.
Prof Dr Dr Grace Kandouw yang menjadi pembicara pertama membeberkan data warga yang terpapar di dunia, kemudian Indonesia dan Sulawesi Utara secara khusus.
Berdasarkan data yang diutarakannya, Prof Grace mengatakan, jika melihat data bahwa angka-angka penyebaran Covid-19 masih terus meningkat, maka New Normal belum bisa diadakan di Sulut.
‘’Memang sesuai data yang dikeluarkan Gugus tugas Covid-19 baru 102 kabupaten kota yang bisa mengadakan new normal dengan sangat hati-hati, ‘’ ujarnya.

Sedangkan Dr Roy Massie PhD mengulas imbas dari Covid19 yang bukan hanya faktor kesehatan melainkan merembet ke faktor ekonomi. ‘’Jadi pemerintah tetap berusaha menggerakkan perekonomian, meski pun Covid-19 masih signifikan, ‘’ ujarnya.
Hal lainnya yang tidak bisa diabaikan adalah faktor psikologis. ‘’Masyarakat yang terkurung lama di rumah akan dipenuhi perasaan takut dan cemas untuk beraktivitas lagi, ‘’ ujarnya.
‘’ Pemerintah harus memberikan edukasi ke masyarakat terkait new normal dan tahapannya. Ingat new normal bukanlah normal. Ini hanya cara untuk menyampaikan bahwa kita harus menjalani kehidupan, terus bergerak dengan mengikuti protap Covid-19. Yaitu memakai masker, menjaga jarak, sering cuci tangan, makan makanan yang sehat dan bergizi dan olahraga, ‘’ ujar Dr Roy saat itu.
Sementara itu, Dr Theofransus Litaay mengatakan, pelaksanaan new normal akan dilakukan secara hati-hati oleh pemerintah. ‘’Tapi ingat sekarang belum ada new normal. Itu baru berupa wacana yang mulai didengungkan oleh pemerintah, ‘’ ujar Dr Theo sapaan akrab Tenaga Ahli Utama KSP ini.

Dr Theo menjelaskan keadaan dan penanganan Covid-19 di beberapa Negara secara singkat, kemudian membandingkan dengan kebijakan yang dilakukan pemerintah menghadapi penyebaran virus Corona ini.
Dia menambahkan yang harus dilakukan saat ini adalah mengedukasi masyarakat bagaimana ‘hidup berdampingan dengan Corona Virus’. ‘’Intinya saat ini kita masih tetap mengikuti Protap yang dianjurkan oleh WHO dan pemerintah yaitu; memakai masker, cuci tangan dan menjaga jarak dalam beraktivitas, ‘’ ujarnya.
Theo menyentil soal turunnya Surat Edaran (SE) Nomor 15/2020 yang mewajibkan rumah ibadah yang menggelar ibadah memiliki surat keterangan aman dari virus Corona.
‘’Sebenarnya surat edaran kemenag itu substansinya belum mengizinkan menggelar ibadah di rumah ibadah. Hanya karena ada desakan ke pemerintah supaya membolehkan beribadah. Khusus kita yang bergereja sudah diminta kalau bisa jangan dulu membuka ibadah di gereja, ‘’ ujarnya.
Terkait hal ini Pdt Dr Leny Matoke mengatakan, pihaknya akan mengikuti protokol Covid-19 dari pemerintah. ‘’Kami saat ini masih beribadah melalui fasilitas online sambil menunggu situasi kondusif, ‘’ ujar Pendeta Leny.