Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Twitter Vs Donald Trump

Bos Besar Facebook, Mark Zuckerberg Turut Mengomentari Perselisihan Twitter dan Donald Trump

Dalam sebuah wawancara bersama Daily Briefing, Zuckerberg mengatakan bahwa Facebook memiliki kebijakan yang berbeda dibanding Twitter.

Editor: Rizali Posumah
NET/Kolase Tribun Manado
Presiden Donald Trump, Mark Zuckerberg, dan CEO Twitter Jack Dorsey 

TRIBUNMANADO.CO.ID -  Bos besar Facebook, Mark Zuckerberg, ikut mengomentari masalah Twitter dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Diketahui sebelumnya Perusahaan mikroblogging Twitter sengaja menyenggol orang terkuat atau orang nomor 1 di Amerika Serikat, Presiden Donald Trump lantaran kebijakan Twitter yang idealis dengan mengimplementasikan fitur fact checking barunya.

Dalam sebuah wawancara bersama Daily Briefing, Zuckerberg mengatakan bahwa Facebook memiliki kebijakan yang berbeda dibanding Twitter.

"Saya sangat yakin bahwa Facebook tidak seharusnya menajdi 'wasit kebenaran' untuk apapun yang dikatakan orang-orang secara online," kata Zuckerberg, dilansir dari Fox News, Minggu (31/5/2020).

"Perusahaan swasta, khususnya perusahaan-perusahaan paltform (digital) tidak seharusnya berada di posisi itu," imbuhnya, yang secara tersirat merujuk pada fitur fact checking Twitter.

Pernyataan Zuckerberg akhirnya ditanggapi CEO Twitter Jack Dorsey dalam sebuah utas.

"Ini (fitur fact checking) tidak membuat kami menjadi 'wasit kebenaran'," tulis Dorsey.

Ia menjelaskan bahwa fitur fact checking bertujuan untuk menghubungkan pernyataan-pernyataan yang sedang diperdebatkan. Sehingga, orang lain bisa menilai sendiri bagaimana konflik tersebut.

Secara umum, Dorsey menegaskan bahwa Twitter akan tetap melanjutkan kebijakannya untuk menyaring informasi tentang pemilu secara global.

Jikapun ada kesalahan, Twitter akan mengakui dan menyelesaikannya.

"(Fitur) fact check: jika ada orang yang bertanggung jawab untuk tindakan perusahaan kami, orangnya adalah saya. Jadi mohon tinggalkan karyawan kami untuk urusan ini," tulis Dorsey.

Meskipun alasan terbitnya section 230 berasal dari Twitter, namun, aturan ini akan berdampak ke platform lain seperti Facebook, Google, dan perusahaan Silicon Valley lainnya.

Mereka berpotensi tertekan secara politik dan keuangan. Belum lagi, aturan ini mempelebar peluang mereka digugat secara hukum dan menjalani peninjauan dari regulator.

Dengan demikian, "Twitter do your magic" dari warganet saja tidak akan mampu menolong Twitter dari aturan yang terlanjur disahkan Trump.

Senggol Orang Terkuat di Amerika Serikat.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved