New Normal di Indonesia
Terkait Keputusan New Normal, Ali Ngabalin Sebut Presiden Gak Mau Rakyatnya Kelaparan
Ali Ngabalin mengungkap alasan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan untuk segera menerapkan tatanan kehidupan baru atau New Normal.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Presiden Republik Indonesia Joko Widodo mencanangkan New Normal dengan membuka transportasi umum serta pusat perbelanjaan di awal Juni 2020 mendatang.
Hal ini pun memicu kekhawatiran masyarakat.
Keputusan ini bukan tanpa pertimbangan, ada berbagai kesiapan, terutama rumah sakit untuk melakukan tes spesimen terhadap vaksin virus corona yang beredar beberapa tahun lagi.
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Ngabalin mengungkap alasan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan untuk segera menerapkan tatanan kehidupan baru atau New Normal.
Hal itu diungkapkan Ali Ngabalin saat menjadi narasumber di acara Dua Sisi tvOne pada Jumat (29/5/2020).
Ali Ngabalin menjelaskan bahwa pemerintah mengambil keputusan tersebut berdasarkan dengan banyak pertimbangan, termasuk masalah kesiapan rumah sakit.
"Yang pasti begini saya pastikan bahwa tidak mungkin satu kebijakan yang diambil oleh pemerintah itu tanpa ada pertimbangan, baik dari pertimbangan penelitian, para ahli, dan lain-lain termasuk di antaranya adalah kesiapan rumah sakit," ujar Ngabalin.
Selain itu, pemerintah juga fokus mengawasi kemampuan tes spesimen.
"Kemudian tadi survaillance-nya kekuatan seberapa jauh kemampuan pemerintah dalam melakukan tes spesimen," ungkap dia.
Ngabalin menjelaskan, satu di antara alasan New Normal akan segera diberlakukan lantaran vaksin juga baru bisa digunakan dalam beberapa tahun ke depan.
"Kemudian juga ada hal yang paling terpenting itu, kan kita mendapatkan pengumuman informasi yang disampaikan oleh organisasi kesehatan dunia terhadap vaksin dan obat yang kemungkinan itu tidak dalam satu dua minggu atau tidak dalam satu dua bulan ditemukan."
"Tapi dua tahun sampai dua tahun delapan bulan begitu informasinya," katanya.
Sehingga, Jokowi ingin selama menunggu vaksin itu masyarakat tetap bisa produktif tanpa melupakan protokol kesehatan.
Ngabalin mengatakan, Jokowi juga tak ingin masyarakatnya kelaparan akibat ekonomi terhenti selama pandemi Covid-19.
"Artinya apa dalam keseharian kita ini bergelut dengan virus ya kan? Itu sebabnya kenapa Bapak Presiden mengatakan harus produktif dan aman."
"Presiden itu juga tak mau rakyatnya terpapar Corona juga tak mau lapar ini, rakyatnya tidak boleh lapar," tegas Ngabalin.
Ngabalin menegaskan Pemerintah Pusat juga mengambil keputusan itu dengan pertimbangan Pemerintah Daerah (Pemda).
"Pemerintah tidak akan mungkin mengambil satu keputusan sendiri sepihak tanpa melakukan dialog dan bicara dengan Pemda itu satu," ungkap dia.
Saat ditanya bagaimana dengan daerah yang penyebaran Virus Coronanya masih tinggi, Ngabalin justru menegaskan bahwa New Normal itu bukan berarti tak ada protokol kesehatan.
Dalam New Normal masyarakat tetap harus menerapkan protokol kesehatan.
"Yang kedua New Normal itu diberlakukan pun tidak berarti kita bebas daripada protokol kesehatan, tetap kita harus memegang teguh protokol."
"Jaga jarak, pakai masker, cuci tangan dan lain-lain sebagainya, karena kenapa begitu, karena virus itu masih ada di sekitar kita, hari-hari bersama dengan kita," ungkapnya.
Ekonom Nilai New Normal Justru Buat Ekonomi Memburuk
Tatanan hidup baru atau New Normal disebut-sebut sebagai usaha untuk menyelamatkan ekonomi di tengah pandemi Covid-19.
Namun, di sisi lain, Ekonom INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara tidak berpikiran demikian.
Di acara Indonesia Business Forum tvOne pada Rabu (27/5/2020), Bhima Yudhistira menilai bahwa kinerja yang dikira akan berdampak positif pada ekonomi itu bersifat semu.
"Di sisi yang lain kita tidak bisa berbangga dengan adanya kinerja yang sebenarnya positif tapi semu," ujar Bhima.
Bhima mengatakan New Normal justru berdampak buruk pada segi ekspor.
Bhima menduga akan terjadi penurunan pada segi ekspor.
"Karena dari sisi ekspor, ekspor pakaian jadi, ekspor kemudian bahan-bahan olahan, ekspor motor itu sebagian besar mengalami penurunan."
"Nah sehingga kalau ini terus berlanjut maka kualitas dari neraca perdagangan secara statistik dianggap bagus padahal ini merupakan tanda-tanda yang kurang bagus," ungkap Bhima.
Bhima menduga akan ada penurunan tajam pada segi industri manufaktur beberapa bulan ke depan.
"Ini adalah tanda bahwa beberapa bulan ke depan akan terjadi penurunan pada sektor industri manufaktur yang cukup tajam."
"Biasanya kalau impor bahan baku itu mengalami penurunan akibat permintaan dari industri itu juga terganggu maka tiga sampai lima bulan kemudian akan tercermin dari industri manufaktur," duganya.
Lalu ia mengungkit di mana industri manufaktur saja pada kuartal 2020 sudah dianggapnya buruk.
"Yang kita sudah melihat kuartal pertama industri manufaktur sangat-sangat buruk," katanya.
Lihat videonya mulai menit ke-15:15:
(TribunWow.com/Mariah Gipty)
• Empat Calon Dirut PDAM Jalani Fit and Proper Tes
• Marah, Kematian Akibat Corona AS Tembus 100.000, Trump Sebut Arahkan Dana ke Seluruh Dunia
• Total Denda Pelanggaran PSBB di Jakarta Capai Hampir Rp 600 Juta dari Belasan Ribu Orang Pelanggar
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Keputusan Presiden Jokowi untuk New Normal, Ali Ngabalin: Gak Mau Rakyatnya Kelaparan.