Matahari Lockdown
Fenomena Matahari 'Lockdown' Benarkah Timbulkan Gempa Bumi & Kelaparan? Ini Penjelasan LAPAN RI
Para ahli percaya bahwa akan terjadi periode terdalam dari resesi sinar matahari yang pernah tercatat sebagai bintik matahari yang telah menghilang.
Fenomena tersebut membuat musim dingin berkepanjangan, susah panen, kelaparan, hingga letusan gunung api yang kuat.
Bahkan suhu anjlok hingga 2 derajat celcius selama 20 tahun.
Hal ini membuat produksi pangan duni hancur.
Sementara itu, mengutip dari Daily Mail, fase lockdown matahari ini dapat menyebabkan ledakan "sprite".
Ledakan tersebut seperti cahaya oranye dan merah yang melesat keluar dari puncak badai seperti pohon-pohon setinggi 60 mil di langit.
Met Office dan anggota Royal Astronomical Society meminta masyarakat untuk tidak panik terhadap fenomena tersebut.
Hal ini lantaran fenomena yang terjadi merupakan sifat alami.
Seperti yang diketahui, matahari merupakan salah satu bintang yang membuat bumi tetap hidup.
Maka segala aktivitasnya mungkin akan menimbulkan konsekuensi.
Ilmuwan Met Office Jeff Knigt menegaskan, kemungkinannya sangat kecil untuk menimbulkan musim dingin berkepanjangan.
Jeff memprediksi, penurunan suhu tak akan mencapai 20 derajat.
"Minimum matahari kemungkinan akan mempengaruhi suhu rata-rata global, menjadikannya lebih dingin, tetapi hampir tidak mencapai 20 derajat," katanya.
Meski bumi akan mengalami penuruan suhu, hal ini tidak berarti bahwa masalah pemanasan global telah selesai.
"Hanya karena kita dalam jumlah minimum, itu tidak berarti pemanasan global akan ditangkap atau dibalik - ini memiliki efek yang jauh lebih halus daripada itu," katanya.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Republik Indonesia (LAPAN RI) juga turut menyinggung soal fase minimum matahari ini.