Virus Corona
WHO Pertemukan Amerika Serikat dan China, Khawatir dengan Ancaman Trump untuk Xi Jinping Soal Corona
WHO akan dikabarkan akan melakukan pertemuan secara virtual dengan Amerika Serikat dan China.
TRIBUNMANADO.CO.ID - World Health Organisatiton (WHO) pada Senin (18/5/2020) dikabarkan akan mengadakan pertemuan secara virtual antar negara.
Akan tetapi ada kekhawatiran karena Amerika Serikat dan China tak ingin bergabung.
Diketahui, pertemuan virtual tersebut akan membahas soal krisis Virus Corona di dunia.
Majelis Kesehatan Dunia (WHA) diharapkan fokus pada Covid-19 yang telah menginfeksi lebih dari 4 juta orang di dunia.
Dikutip TribunWow.com dari channelnewsasia, Ketua WHO Tedros Adhanom mengatakan sejumlah kepala negara, kepala pemerintahan, menteri kesehatan akan menghadiri pertemuan virtual itu.
Tetapi, peluang untuk mencapai kesepakatan tentang langkah-langkah global untuk atasi krisis mendapat ancaman dari Amerika Serikat dan China.
Diketahui pada pekan lalu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah mengeluarkan ancaman akan memutus hubungan dengan China yang dipimpin oleh Xi Jinping .

AS berulang kali menuding China sengaja membuat virus tersebut melalui laboratorium mereka.
Meskipun ada ketegangan, negara-negara lain berharap akan pertemuan tersebut.
Mereka semua akan berkonsultasi soal pandemi Virus Corona di masing-masing negara.
Setelahnya diharapkan ada kesepakatan untuk kemungkinan pembuatan vaksin. (TribunWoW.com/ Tiffany Marantika)
Trump Ancam Putuskan Hubungan dengan China
Belum lama ini Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyampaikan ultimatumnya kepada negara China.
Hal tersebut menyusul pernyataan dari para pejabat AS yang kini semakin meningkat dalam beberapa hari terakhir terkait penyebaran virus corona atau Covid-19.
Bahkan saat ini para pejabat negeri paman sam mengancam akan menjatuhkan sanksi.

Sanksi tersebut untuk menuntut atau menetapkan tarif baru untuk China yang diduga melakukan kesalahan penanganan terhadap krisis virus corona.
Dikutip dari laman Sputnik News, Jumat (15/5/2020), China pun langsung bereaksi, negara yang dipimpin Presiden Xi Jinping itu telah memperingatkan bahwa mereka akan membalas tindakan AS yang lebih dulu mengibarkan bendera perang.
Trump menegaskan bahwa AS bisa saja sepenuhnya memutuskan hubungan diplomatik dengan China karena krisis ini, dan menghemat setengah triliun dolar AS.
"Ada banyak hal yang bisa kita lakukan, kita bisa memutus seluruh hubungan kita dengan China. Sekarang jika anda melakukannya, apa yang akan terjadi? Anda akan menghemat 500 miliar dolar AS, ini terjadi tentunya jika anda memutuskan seluruh hubungan," ujar Trump, saat berbicara kepada Fox News pada Kamis pagi waktu setempat.
Bahkan ia menyampaikan hal ini kepada negara lainnya dan menyebut ada negara lain yang juga memiliki 'pola' seperti China.
"Lihat pada titik apa dan saya sudah mengatakan ini selama bertahun-tahun, saya mengatakannya dengan negara-negara lain juga. Anda tahu, China bukan satu-satunya negara yang menipu kita," tegas Trump.
Angka 500 miliar dolar AS merupakan referensi yang jelas untuk ukuran defisit perdagangan AS dengan negara Asia.
Saat ditanya apakah ia telah berbicara dengan Xi Jinping baru-baru ini, Trump mengatakan bahwa belum ada perbincangan dengan orang nomor 1 di China itu.
"Saya memiliki hubungan yang sangat baik (dengan Xi), tetapi saat ini saya tidak ingin berbicara dengannya," papar Trump.
Trump juga membidik NATO, menuduh mitra Eropa-Amerika mengambil keuntungan dari AS pada sektor perdagangan.
Bahkan ketika AS memikul bagian terbesar dari beban pertahanan terhadap pandemi ini.
"Di NATO, di mana kami membela Eropa dengan cara apapun, pada dasarnya tidak ada kontribusi mereka, saya bisa membuat mereka membayar ratusan miliar dolar lebih," tutur Trump.
Ia pun menyebut Sekretaris NATO Jens Stoltenberg sebagai penggemar baris terdepannya dan menyebut Eropa mengambik keuntungan dari AS.
"Anda tahu siapa penggemar terbesar saya di dunia? Sekretaris (NATO) Stoltenberg. Jadi kami membela Eropa, dan mereka (Eropa) mengambil keuntungan dari kami dalam perdagangan ini. Semuanya satu arah dan semuanya berbalik," jelas Trump.
Perlu diketahui, pernyataan Trump tentang China muncul dua hari setelah terungkap bahwa pemerintahannya memerintahkan para pensiunan federal untuk tidak berinvestasi di ekuitas China.
Ultimatumnya itu juga muncul di tengah semakin banyaknya klaim dan pernyataan yang agresif dari anggota parlemen senior dan gubernur dari partai Republik yang menuntut adanya tuntutan hukum serta sanksi terhadap China terkait penanganannya terhadap virus corona.
Para pejabat AS juga melayangkan gagasan agar negara itu menerapkan tarif hukuman yang baru terhadap produk impor China.
Selanjutnya, mereka meminta AS untuk mempertimbangkan hukuman bagi negara tersebut karena penyebaran virus corona, dengan tidak membayar kembali sebagian dari utang multi-triliun dolar ke China.
Menanggapi tudingan dan ancaman AS, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China pun mengecam anggota parlemen AS terkait pembahasan Rancangan Undang-undang (RUU) sanksi untuk mereka pada Rabu lalu.
China menuding AS berusaha memulai penyelidikan dengan 'anggapan bersalah' terhadap China.
Selain itu, China menilai apa yang dilakukan AS saat ini hanya untuk mengalihkan tanggung jawab mereka atas kegagalan dalam perang melawan pandemi global ini.
Sementara itu, surat kabar Global Times China melaporkan pada Kamis waktu setempat bahwa negara itu mungkin akan mengambil tindakan tegas bagi anggota parlemen AS yang mempromosikan RUU sanksi terhadap China.
Pernyataan 'saling lempar' yang semakin gencar antara AS dan China ini muncul di tengah kelanjutan terjadinya penurunan ekonomi secara global setelah meluasnya pandemi corona.
Pandemi ini memang telah menyebar pada hampir tiap negara dan wilayah di belahan bumi lainnya serta menyebabkan hampir 300.000 kasus kematian selama empat bulan terakhir. (*)
• Tak Mau Disaingi China, Donald Trump Kembali Bantu Pendanaan WHO Tangani Pandemi Covid-19