Nasional
Bertemu dan Dengar Cerita ABK Indonesia, Kepala BP2MI Benny Rhamdani Menangis
Benny mengaku sedih menyaksikan anak-anak muda tersebut harus menghadapi 'perbudakan modern' yang dilakukan kapal China Long Xing.
KR (19), asal Manado, menambahkan, "Mereka makan enak-enak, kalau kami sering kali makan ikan yang biasanya buat umpan itu."
Kenangan Pahit Melarung Jenazah
Tak hanya kenangan soal makanan yang getir, mereka pun ingat betul bagaimana detik-detik pelarungan jenazah kawan senasib mereka.
Pengalaman pahit yang sulit mereka lupakan adalah ketika harus melarung empat jenazah rekannya ke lautan lepas.
Upaya mereka agar jenazah "disimpan" di ruang berpendingin, dan kelak dikubur "secara layak" di daratan, ditolak kapten kapal.
Mereka berulang-ulang meminta kepada kapten kapal agar jenazah rekannya itu dikubur saat kapal berlabuh.
"Kami sudah ngotot, tapi kami tidak bisa memaksa, wewenang dari dia [kapten kapal] semua," kata NA.
"Mereka beralasan, kalau mayat dibawa ke daratan, semua negara akan menolaknya," ujar NA menirukan jawaban kapten kapal.
Dihadapkan kenyataan pahit seperti itu, NA dan rekan-rekannya yang beragama Islam akhirnya hanya bisa memandikan dan menshalati jenazah rekan-rekannya.
"Kami mandikan, shalati dan baru 'dibuang'," ungkapnya.
MY mengatakan, hal itu melanggar kontrak ABK karena di perjanjian awal "(jenazah) ABK bisa dipulangkan."
(Kompas.com/ Ade Miranti Karunia) (TribunMataram.com/ Salma Fenty)
Artikel ini telah tayang di:
Kompas.com dengan judul "Kepala BP2MI Menangis Saat Dengar Cerita ABK WNI, Mengapa?".