Pertumbuhan Ekonomi RI Terancam Minus 0,4 Persen
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut situasi pandemi Covid-19 dan ketidakpastian yang tinggi mengharuskan pemerintah
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memproyeksi penjualan eceran pada April 2020 diperkirakan semakin terkontraksi. Hal ini tercermin dari prakiraan pertumbuhan IPR April 2020 sebesar minus 11,8 persen yoy, disebabkan penurunan yang terjadi pada seluruh kelompok komoditas yang disurvei.
Penurunan terdalam terjadi pada kelompok barang lainnya, khususnya subkelompok sandang, yang diprakirakan turun 67,3 persen yoy, lebih dalam dari minus 60,5 persen yoy pada Maret 2020. Hasil survei mengindikasikan tekanan harga di tingkat pedagang eceran akan mengalami penurunan pada 3 dan 6 bulan mendatang atau Juni dan September 2020.
Penurunan tekanan harga tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) 3 dan 6 bulan yang akan datang masing-masing sebesar 160,7 dan 153,0. "Lebih rendah dibandingkan 173,0 pada Mei 2020 dan 153,7 pada Agustus 2020 seiring dengan prakiraan penurunan permintaan," ujar Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko.
Dalam survei BI responden juga memperkirakan penjualan eceran pada Juni 2020 masih menurun. Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) 3 bulan sebesar 130,4 atau lebih rendah dari periode sebelumnya.
• Trump Ngambek Seusai Cekcok dengan Wartawan
Indeks Ekspektasi Harga (IEH) pada periode Juni juga diperkirakan turun seiring dengan turunnya permintaan. IEH berada di posisi 160,7 atau lebih rendah dari proyeksi Mei yang diperkirakan 173,0.
Namun, responden optimis penjualan eceran pada enam bulan mendatang atau periode September 2020 bakal meningkat. IEP-nya pun ada di level 145,5. Optimisme itu sejalan dengan aktivitas ekonomi yang diperkirakan kembali normal usai pandemi corona.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani memproyeksi tingkat konsumsi rumah tangga pada kuartal II 2020 lebih parah ketimbang kuartal sebelumnya. Hal ini dikarenakan banyak pemerintah daerah menerapkan PSBB akibat penyebaran penyakit covid-19.
Berdasarkan data pertumbuhan ekonomi kuartal I 2020 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 2,84 persen terpaut jauh dari periode yang sama tahun lalu, yaitu 5,02 persen.
Padahal, porsi konsumsi rumah tangga ini berkontribusi besar terhadap PDB RI, yakni 58,14 persen. Walhasil, laju ekonomi cuma 2,79 persen per Maret 2020. Posisi ini terendah sejak 2001 silam. (Tribun Network/sen/van/wly)