Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Update Virus Corona Dunia

UPDATE Data Terkini Virus Corona Dunia, Kamis 7 Mei 2020: Pasien Sembuh Capai 1.238.250 Jiwa

Kamis (7/5/2020) pukul 06.00 WIB hari ini juga menyebut virus corona telah menyebar ke 187 negara di dunia.

Editor:
Freepik
ilustrasi virus corona 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Update data terbaru pasien virus corona (Covid-19) di seluruh dunia untuk hari ini, Kamis 7 Mei 2020.

Menurut data yang ada, saat ini virus corona (Covid-19) telah mencapai 3.744.585 kasus.

Bahkan saat ini jumlah korban yang meninggal dunia akibat Covid-19 sudah mencapai 263.068 orang

Kabar terbaru ini sejalan dengan meningkatnya angka jumlah pasien sembuh yang mencapai 1.238.250 orang.

Pantauan dari data John Hopkins University, Kamis (7/5/2020) pukul 06.00 WIB hari ini juga menyebut virus corona telah menyebar ke 187 negara di dunia.

Demonstran berkumpul di depan gedung Colorado State Capitol untuk memprotes kebijakan penanganan coronavirus yang memaksa orang tinggal di rumah, selama rapat umum
Demonstran berkumpul di depan gedung Colorado State Capitol untuk memprotes kebijakan penanganan coronavirus yang memaksa orang tinggal di rumah, selama rapat umum "ReOpen Colorado" di Denver, Colorado, pada 19 April 2020. (Jason Connolly / AFP)

Hotel Gratis Tersedia bagi Tunawisma di Swiss

Negara Swiss hingga hari Selasa (21/4) telah melaporkan hampir 28.000 kasus positif infeksi COVID-19 dengan lebih dari 1.100 kematian.

Negara ini dinilai tidak mempunyai kebijakan nasional spesifik untuk para tuna wisma, sehingga membuat 26 wilayahnya melakukan penanganan masing-masing.

Di Jenewa, organisasi sosial Salvation Army bersama organisasi nirlaba lainnya telah sejak lama menyediakan tempat tidur darurat dengan beberapa lusin kasur.

Namun layanan mereka tidak pernah buka 24 jam seperti saat adanya wabah pandemi corona.

Direktur Hotel Bel Esperance, Alain Meuwly mengatakan bahwa proses perubahan itu cukup sederhana.

 

Sejak pandemi COVID-19, para tunawisma di Swiss dapat merasakan tinggal di hotel bintang tiga dan mendapat makanan gratis, FOTO: Diambil pada 16 April 2020, Hafida Marsli, seorang perempuan berusia 42 tahun di kamarnya di Bel Esperance bintang tiga. Imigran ini melakukan perjalanan dari Maroko ke Swiss satu dekade lalu untuk mencari kehidupan yang lebih baik.
Sejak pandemi COVID-19, para tunawisma di Swiss dapat merasakan tinggal di hotel bintang tiga dan mendapat makanan gratis, FOTO: Diambil pada 16 April 2020, Hafida Marsli, seorang perempuan berusia 42 tahun di kamarnya di Bel Esperance bintang tiga. Imigran ini melakukan perjalanan dari Maroko ke Swiss satu dekade lalu untuk mencari kehidupan yang lebih baik. (Fabrice COFFRINI / AFP)

Ia menjelaskan bahwa seluruh staf hotel untuk sementara waktu diliburkan, dan para tim pekerja sosial dibawa ke hotel untuk melayani para penghuni baru, yaitu para imigran dan gelandangan.

Mereka diizinkan untuk tinggal di Hotel Bel Esperance hingga 1 Juni 2020.

Ruang makan dikosongkan, masker dan disinfektan disediakan.

Untuk satu kamar hanya diizinkan ditinggali satu orang.

"Karena tamu hotelnya sedikit berbeda, kami mengeluarkan beberapa gawai yang biasanya Anda temukan di kamar hotel bintang tiga, seperti tablet dan mesin pembuat kopi," kata Meuwly sembari meyakinkan bahwa "tingkat kenyamanan dibuat sama".

Fasilitas yang diberikan sama nyamannya dengan biasanya, yaitu "tempat tidur yang sama, TV, dan terutama Wifi" katanya.

"Itu adalah sesuatu yang tampaknya sangat dihargai semua orang," tambahnya,

Namun demikian, bangunan gedung hotel yang telah berfungsi lebih dari 60 tahun sebagai tempat perlindungan bagi para perempuan yang rentan ini, pada tahun 1996 diubah menjadi sebuah hotel.

Lebih jauh lagi, selain menampung tunawisma, hotel ini juga menawarkan kamar-kamar mewah yang elegan yang satu kamarnya bisa mencapai hingga 600 franc Swiss (setara 9,7 juta rupiah) semalam.

Meuwly mengatakan ia tidak khawatir bahwa tempat bagi tunawisma ini dapat membahayakan bisnisnya begitu krisis berakhir.

"Tidak sama sekali," katanya sambil menambahkan bahwa ia telah menerima banyak pesanan kamar dari para pelanggan reguler yang memberi selamat kepadanya atas inisiatif sosialnya.

Para pelanggan regulernya ini justru ingin membantunya bersama-sama melawan pandemi.

"Saya pikir itu bisa menjadi aset bagi bisnis," katanya.

 

Bangunan Salvation Army di Jenewa yang menjalankan bisnis Hotel Bel Esperance bintang tiga di Jenewa di tengah pandemi COVID-19 menampung para imigran ilegal agar tidak menularkan dan tertular wabah corona.
Bangunan Salvation Army di Jenewa yang menjalankan bisnis Hotel Bel Esperance bintang tiga di Jenewa di tengah pandemi COVID-19 menampung para imigran ilegal agar tidak menularkan dan tertular wabah corona. (Fabrice COFFRINI / AFP)

Kisah Imigran asal Maroko

Hafida Marsli, seorang perempuan berusia 42 tahun menceritakan kisahnya sebelum akhirnya bisa dengan nyaman tinggal di Hotel Bel Esperance.

Ia mengaku melakukan perjalanan dari negara asalnya, Maroko pergi ke Swiss pada satu dekade lalu untuk mencari kehidupan yang lebih baik.

Melihat ada kebijakan di sejumlah hotel, termasuk di Bel Esperance, ia mengaku sangat setuju.

"Ini sangat bagus di sini," katanya kepada AFP sembari membetulkan jilbabnya.

"Semuanya baik," kata Hafida.

Kisah Sofiane Rahmani

Sejak mewabahnya virus corona / COVID-19 di dunia, sejumlah tunawisma mendapatkan perlakukan yang istimewa di Swiss.

Orang-orang yang tidak punya rumah yang biasanya tidur di sembarang tempat ini sengaja diambil dari jalanan agar tidak tertular dan menularkan wabah.

Satu diantaranya adalah Sofiane Rahmani yang bercerita kepada AFP ihwal apa yang dialaminya selama pandemi.

Sofiane mengaku sulit percaya atas apa yang didapatkannya selama pandemi corona.

Setelah beberapa tahun tinggal di jalan dan berpindah-pindah dari shelter satu ke shelter lain di tempat penampungan imigran, ia kini tinggal di sebuah kamar hotelnya sendiri.

Fasilitas yang disediakan begitu komplit, mulai dari kamar mandi pribadi, dan makanan gratis yang disediakan.

"Ini benar-benar kemewahan," kata imigran ilegal asal Aljazair berusia 16 tahun di Hotel Bel Esperance, hotel bintang tiga di Jenewa, Swiss, dilansir AFP, Selasa (21/4/2020).

FOTO: Imigran di bawah umur tanpa pendamping (dari kiri) Sofiane, Marouen, Elaa-Eddin dan Younes berpose pada 16 April 2020 di pintu masuk Hotel Bel Esperance bintang tiga di Jenewa di tengah pandemi COVID-19
FOTO: Imigran di bawah umur tanpa pendamping (dari kiri) Sofiane, Marouen, Elaa-Eddin dan Younes berpose pada 16 April 2020 di pintu masuk Hotel Bel Esperance bintang tiga di Jenewa di tengah pandemi COVID-19 (Fabrice COFFRINI / AFP)

Rahmani tentu senang dengan segala fasilitas yang diberikan.

Perjalanannya keluar dari Aljazair begitu tragis saat ia menumpang sebuah kapal boat menyeberangi lautan menuju Spanyol tiga tahun lalu.

Setelah sampai Spanyol, ia kemudian bertahan hidup menelusuri jalanan hingga sampai ke Paris, dan akhirnya tiba di Jenewa pada bulan lalu.

Sejak pandemi corona, ia ditempatkan di hotel bintang tiga di mana semua fasilitasnya telah disediakan gratis. Ia menyebut bahwa kehidupan di hotel adalah "kenyamanan total".

"Kita tidak harus memikirkan apa yang bisa dimakan, kita tak perlu khawatir di mana harus tidur, dan kita tidak akan kedinginan," katanya.

"Aku ingin tinggal di sini selamanya," kata Rahmani.

Kota Jenewa resmi menyediakan tempat bagi para imigran perempuan dan anak di bawah umur dengan ketentuan khusus.

Para imigran ini wajib mendaftarkan diri mereka ke organisasi penampungan yang nantinya akan memberikan akses pada makanan dan tempat tinggal.

Kepala program penampungan imigran di Jenewa dari organisasi Salvation Army, Valerie Spagna menjelaskan bahwa ada sedikit perbedaan sistem untuk tunawisma.

Selain disediakannya tempat bagi imigran agar bisa tinggal di waktu yang cukup lama, terdapat shelter lain yang disediakan dengan sistem di mana orang bisa masuk pada malam hari untuk tidur, dan harus pergi lebih awal pada pagi hari.

"Mereka akhirnya bisa bersantai, merawat diri mereka, tidur dengan nyenyak," katanya.

"Mereka akhirnya bisa merasakan sedikit kehidupan yang lebih baik" tambahnya.

Namun, Valerie cemas lantaran para tunawisma ini akan diminta untuk pergi pada 1 Juni 2020.

"Mereka harus kembali ke kehidupan nyata mereka

Ini akan menyakitkan," tambahnya.

Kebijakan untuk Tunawisma

Pada bulan lalu, saat perhotelan menghadapi instruksi pembatalan pengunjung, bisnis ini kemudian mengalokasikan seluruh bangunannya untuk para wanita dan anak muda tunawisma.

Ini bertujuan untuk membantu mereka agar tidak berkeliaran di jalanan selama pandemi COVID-19.

Di sebuah hotel di pusat kota tua Jenewa, Swiss, setidaknya terdapat 20 kamar yang disediakan untuk para perempuan tunawisma.

Sementara 11 kamar lainnya diberikan kepada anak-anak di bawah umur, termasuk Sofiane RahmanI yang tidak memiliki akses untuk mencari suaka di Swiss.

"Itu terjadi secara wajar," kata Direktur Hotel, Alain Meuwly kepada AFP, sembari duduk di ruang sarapan, di mana meja-meja telah ditempatkan berjauhan dan masing-masing hanya diberikan satu kursi.

Alain menjelaskan semenjak adanya kebijakan larangan kegiatan publik dan penutupan restoran serta toko, bisnis perhotelan juga mendapat imbasnya.

"Lebih dari 90 persen pemesanan (hotel) kami dibatalkan," katanya.

Hotel Bel Esperance, sebuah bisnis yang dijalankan oleh Salvation Army (organisasi sosial berskala internasional dari umat Kristen di Swiss) saat pandemi muncul, kamar-kamar terpantau kosong.

Salvation Army bersama dengan sejumlah badan amal umat Kristen dilaporkan berjuang mencari cara agar dapat menampung sekitar 1.000 orang yang kehilangan tempat tinggal di Jenewa. (*)

Subscribe Youtube Channel Tribun Manado:

 

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved