Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Update Virus Corona Dunia

Donald Trump: Wabah Virus Corona Lebih Parah dari Tragedi Pearl Harbor dan Serangan 11 September

Trump terus mengkritik China dalam beberapa pekan terakhir, di tengah terus meningkatnya kasus maupun korban meninggal karena virus corona di AS

Editor: Finneke Wolajan
Photograph: Bloomberg
Presiden AS Donald Trump 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Presiden AS Donald Trump menganggap wabah virus corona lebih buruk dari tragedi Pearl Harbor, atau serangan 11 September 2001 (9/11).

Tak hanya menyebut lebih buruk, sang presiden juga kembali menyerang China.

Di mana dia menyebut seharusnya mereka bisa bertindak lebih cepat menghentikan pandemi.

Trump terus mengkritik China dalam beberapa pekan terakhir, di tengah terus meningkatnya kasus maupun korban meninggal karena virus corona di AS.

Sementara di sisi lain, presi den yang berasal dari Partai Republik itu begitu gencar untuk membuka kembali perekonomian negara.

Sementara sejumlah negara di Asia dan Eropa mulai melonggarkan lockdown, pakar kesehatan menekankan agar mereka mempertahankan pembatasan sosial hingga vaksin ditemukan.

Secara keseluruhan, wabah Covid-19 itu sudah menjangkiti 3,7 juta dan membunuh lebih dari 260.000 orang di seluruh dunia, dengan seperempatnya tercatat di AS.

"Tidak seharusnya (wabah) ini terjadi," kata sang presiden mengomentari penyakit yang mulai terdeteksi di Wuhan, China, pada akhir Desember 2019.

Dilansir AFP Kamis (7/5/2020), dia menyayangkan patogen dengan nama resmi SARS-Cov-2 seharusnya bisa dihentikan oleh pemerintah China.

"Ini adalah serangan terburuk yang kami hadapi. Lebih buruk dari Pearl Harbor. Lebih buruk dari World Trade Center," keluh Trump.

Dia merujuk kepada serangan pasukan Kekaisaran Jepang ke markas AS di Samudera Pasifik, tepatnya Hawaii, saat Perang Dunia II berkecamuk.

Kemudian pada 11 September 2001, serangan yang didalangi oleh Al Qaeda menabrak bangunan World Trade Center, membunuh 3.000 orang, dan dikenal sebagai 9/11.

Sejauh ini, AS sudah mencatatkan 73.000 orang meninggal karena virus corona, dengan jumlah warga yang tertular mencapai 1,2 juta.

Tom Frieden, mantan Direktur Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), memprediksi 100.000 orang akan terbunuh karena wabah pada akhir Mei.

"Hingga kita mendapatkan virus yang efektif, atau sesuatu tak terduga terjadi, musuh ini akan terus bersama kami hingga bertahun-tahun," paparnya.

Wabah ini sudah menghantam layanan kesehatan di sejumlah tempat di AS, termasuk New York City, dengan dampaknya terasa di lokasi khusus, seperti migran yang tak punya dokumen resmi.

Kebanyakan dari mereka mengaku takut dideportasi, atau terpaksa berobat dan menghancurkan upaya mereka mendapatkan legalitas menjadi warga AS.

Karena itu, banyak dari mereka yang dilaporkan tertular dan meninggal karena virus.

Seperti suami Victoria, nenek asal Meksiko di New York.

"Dia sangat sakit tapi tak mau berobat," kata Victoria mengomentari sang suami, berusia 69 tahun yang punya penyakit ginjal dan diabetes.

Setelah dua pekan tidak bisa berjalan dan kesulitan bernapas, putri mereka mengambil risiko dengan membawanya ke rumah sakit, di mana dia meninggal tiga pekan kemudian.

Terjangkit Covid-19 Saat di Rumah Saja Dominasi Kasus Baru di New York, Gubernur Andrew Cuomo Syok

Mayoritas kasus baru Covid-19 yang dirawat di rumah sakit di NewYork berasal dari warga yang tinggal di rumah.

Gubernur New York, Andrew Cuomo, mengaku syok karena hal itu.

Cuomo menerangkan, temuan itu terjadi setelah pihaknya mengambil data awal data dari 100 rumah sakit, dan melibatkan 1.000 pasien.

Gubernur New York Andrew Cuomo
Gubernur New York Andrew Cuomo ((Monica Schipper / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / AFP ))

Hasil penelitian itu menunjukkan, sebanyak 66 persen kasus baru Covid-19 berasal dari warga yang tinggal di rumah dan tidak banyak beraktivitas di luar.

Dilansir CNBC Rabu (6/5/2020), terbanyak kedua kasus baru virus corona yang mendapat perawatan adalah panti jompo dengan 18 persen.

Dalam konferensi pers, Andrew Cuomo menerangkan selain dua terbesar, kurang dari satu persen datang dari penjara, kemudian dua persen dari gelandangan.

Lalu dua persen lagi dari kelompok masyarakat lain.

"Tapi 66 persen berasal dari mereka yang di rumah saja. Jelas ini membuat kami syok," kata dia.

Gubernur New York dari Partai Demokrat itu mengatakan, awalnya dia mengira para pasien baru itu terinfeksi ketika menaiki transportasi umum.

"Namun, tidak. Karena faktanya, mereka benar-benar berada di rumah," ujar Cuomo keheranan ketika memberikan pernyataannya.

Dia melanjutkan, hampir 84 persen pasien yang dirawat di rumah sakit tidak bekerja menggunakan mobil pribadi, transportasi publik atau berjalan.

Dia menjelaskan bahwa sebagian besar dari kasus tersebut statusnya pengangguran atau mereka yang sudah pensiun.

Keseluruhan, 73 persen di antaranya berumur 51 tahun ke atas,

Cuomo menuturkan, berbekal data itu, dia memaparkan para penderita dari sekitar New York City bukanlah pelancong atau tengah bekerja.

Dia juga menuturkan kasus di Big Apple, julukan kota itu, adalah minoritas, di mana setengahnya adalah Afro-Amerika atau Hispanik.

Lagi-lagi, data tersebut mengejutkannya.

Sebab, selama ini pihaknya berpikir mereka yang tertular adalah pekerja esensial seperti tenaga medis atau pegawai pemerintah kota.

"(Data) ini sudah cukup memberi gambaran bagaimana Anda melindungi diri. Pemerintah sudah berbuat yang terbaik, masyarakat juga. Kini, tinggal giliran Anda," ujar dia.

Cuomo melanjutkan, rerata pasien yang dirawat di rumah sakit terus mengalami penurunan, meski dia mengatakan tren-nya cukup lambat.

Dia memaparkan sekitar 600 orang yang terinfeksi masih terlihat berjalan di rumah sakit, meski jumlah tersebut dia klaim juga menurun.

Sementara data menunjukkan angka Covid-19 menurun di New York, survei terbaru nampaknya menunjukkan kontradiksi jaminan Cuomo bahwa isolasi bisa mengurangi infeksi.

Dalam jumpa pers 13 April, dia sempat mengungkapkan takut jika menulari keluarganya meski dia sudah menerapkan serangkaian langkah pencegahan.

Meski begitu, Cuomo berusaha menekankan bahwa selama mereka memerhatikan peraturan pembatasan sosial yang berlaku, keluarga mereka aman.

Sementara itu, angka korban meninggal karena virus corona bisa jadi lebih tinggi dari yang sudah dipaparkan oleh pemerintah.

Cuomo berkata pemerintahannya belum mencatat mereka yang meninggal di rumah, dan dihitung sebagai kematian karena wabah.

Dalam data Selasa (5/5/2020), New York melaporkan 232 orang mengembuskan napas terakhir.

"Saya kira realitasnya bakal lebih buruk."

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gubernur New York Syok Mayoritas Kasus Baru Covid-19 dari Warga yang Tinggal di Rumah"

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Trump: Virus Corona Lebih Buruk dari Tragedi Pearl Harbor, 9/11"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved