Prediksi Sri Mulyani Meleset: Pertumbuhan Ekonomi hanya Tumbuh 2,97 Persen
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I tahun 2020 hanya sebesar 2,97 persen
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I tahun 2020 hanya sebesar 2,97 persen atau lebih rendah dari perkiraan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Prediksi Sri Mulyani yang mengatakan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2020 akan tumbuh sebesar 4,5 persen hingga 4,7 persen pun meleset.
• Petani Terima Bantuan Rp 600 Ribu: Bantuan Diberikan dalam Bentuk Pupuk dan Bibit Tanam
"Kalau kita bandingkan dengan posisi pada kuartal I tahun 2019 maka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal 1 2020 ini tumbuh 2,97 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto saat teleconference di Jakarta, Selasa (5/5).
Suhariyanto mengatakan, jika dibandingkan dengan kuartal IV 2019 (quartal to quartal/qtq) maka pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi sebesar 2,41 persen.
"Kalau qtq itu hal yang biasa karena sangat dipengaruhi oleh seasonality. Qtq kita bisa lihat memang kuartal 1 2020 ini seperti dialami oleh negara-negara lain mengalami perlambatan yang cukup dalam," katanya.
Ia membandingkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2019 itu masih sebesar 5,07 persen, sehingga juga mengalami penurunan tajam."Kalau kita bandingkan dengan pola sebelumnya memang kontraksinya agak dalam," pungkasnya.
• Sejarah Masjid Lautze Bernuansa Klenteng: 1.531 Orang Etnis Tionghoa Jadi Mualaf
Menanggapi hasil data BPS, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal pertama masih terbilang positif.
"Kemudian berdasarkan rilis BPS kemaren ada beberapa hal yang jadi catatan, yaitu pertumbuhan ekonomi kita yaitu kuartal pertama seperti diperkirakan akibat pandemi covid kita masih positif di Q1, 2,97 persen," kata Airlangga.
Menurut Airlangga pertumbuhan ekonomi yang menurun tersebut sama seperti negara lainnya yang menghadapi pandemi corona. Terjadi demand shock (anjloknya permintaan) yang dapat dilihat dari turunnya permintaan rumah tangga.
"Kegiatan ekspor impor juga menurun karena memang banyak negara yang dalam tanda petik shut down," katanya.
Airlangga berharap ada strategi keluar menghadapi kondisi tersebut. Salah satunya dengan tetap memperboleh pabrik beroperasi namun dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19.
• Pilkada Ditunda Desember, Jokowi Sebut Penyelenggaraannya Setelah Bencana Non Alam Berakhir
"Kemudian persiapan untuk relaksasi menggunakan masker dan yang lain sesuai standar covid dan ini sedang disiapkan oleh BPNB," pungkasnya. (Tribun Network/fik/van/wly)