Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Update Virus Corona Sulut

Kesaksian Pendeta Sugeng B Susanto Sembuh dari Covid-19

Pendeta Sugeng B Susanto menceritakan perjuangannya untuk sembuh menghadapi penyakit Covid-19 yang mengguncang dunia ini

Penulis: Fistel Mukuan | Editor: David_Kusuma
Istimewa
Pendeta Sugeng B Susanto 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Pendeta Sugeng B Susanto menceritakan perjuangannya untuk sembuh menghadapi penyakit Covid-19 yang mengguncang dunia ini, Jumat (1/5/2020).

Kesaksian ini Pendeta Sugeng sampaikan melalui siaran langsung "Manado Berdoa" yang disiarkan langsung dari Facebook Pemerintah Kota Manado dan Youtube MyHome Manado Vidio Confrence (Vidcon).

Yang hadir dalam Vidcon ini adalah Wakil Wali Kota Manado Mor Bastiaan, Gembala Teddy Batasina, Pendeta Roy Lengkong, Pastor Kristianus Ludong Pr, Pendeta Glend Langi, Penatua Pricillia Tangel, Pendeta Lenny Matoke dan moderator Donny Saroinsong.

Pendeta Sugeng menceritakan awalmula dirinya terkena Covid-19, kemungkinan dirinya terpapar kalau tidak di bandara saat di pesawat.

ODP dan PDP Covid-19 di Bolmong Meningkat

"Tanggal 20 Maret saya pulang ke Manado, hari ke hari kesehatan semakin menurun batuk semakin tidak terkendali, rasa sesak mulai datang, dan pada 26 Maret puncaknya tubuh saya mendadak lemas mata mulai kabur dada nyeri dan nafas semakin berat," kata Pendeta dalam kesaksiannya.

Pendeta juga jelaskan, mulai berpikir jantungnya bermasalah sehingga minta istri bawa ke klinik Siloam yang tidak jauh dari tempatnya.

"Setelah di foto jantung saya normal, setelah di foto ternyata pneumonia ada di dalam paru-paru saya," ucapnya.

Mulai dari situ ia melihat karena tanda-tandanya mengarak ke Covid-19, pada akhirnya tim medis di Siloam langsung membuat protap Covid-19.

Kisah Studio Baby Foto Newborn, Beromzet Belasan Juta Per Bulan

Pada akhirnya malam itu pada 26 maret dirinya dibawa ke Sumah Sakit Prof Kandou Malalayang, Manado dan langsung dimasukkan ke dalam ruang isolasi.

"Dalam ruang isolasi tanpa AC panas, itulah awal peperangan saya untuk mengalahkan virus corona dan itu membuat begitu sakit di dada saya setiap kali bernafas nyeri luar biasa," tambahnya.

Tapi baginya yang lebih menakutkan adalah roh intimidasi, yang membuat beberapa orang bahkan menyerah di ruang isolasi di beberapa rumah sakit di seluruh Indonesia.

"Pada waktu itu pikiran saya campur aduk, ketika istri saya pulang diberitahukan kepada saya sepanjang perjalanan dia tidak menyangka suaminya harus di isolasi seorang diri, dalam kondisi sesak dan berat dalam pernapasan," curhatnya.

Spot Area Hutan Mangrove Kotabunan Selatan Jadi Pilihan Warga untuk Ngabuburit

Setiap kali ia bernafas dadanya begitu nyeri, sakitnya luar biasa sehingga sampai takut untuk bernafas tapi berpikir kalau berhenti bernafas pasti akan mati jadi mau tak mau harus bernafas.

"Nyeri yang luar biasa saat bernafas berlangsung dari hari pertama sampai dengan hari keenam puncaknya hari kelima dan keenam,dimana sudah tidak sanggup infus antibiotik dan oksigen yang ada di hidung seolah-olah tidak mampu menolong dan mengurangi rasa sakit yang dialami pada saat itu," tegasnya.

Itulah saat-saat dirinya menyerah kepada Tuhan, dan mengatakan tidak mau mati di ruang isolasi ini, karena dia melihat satu pasien yang meninggal kemudian dibungkus plastik dan dimasukan ke dalam ambulans dan tentu keluarga tidak bisa memakamkan sesuai dengan apa yang selama ini di pemakaman.

Sumber: Tribun Manado
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved