Update Virus Corona Dunia
Menteri Kesehatan Israel Ancam Undur dari Jabatan, Padahal Negara Ini Disebut Aman dari Corona
Menteri Kesehatan Israel Yaakov Litzman mengaku tidak sanggup lagi menangani krisis virus corona.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Israel dinobatkan sebagai negara paling aman saat pandemi Covid-19 berlangsung, menurut survei yang dilakukan Deep Knowledge Ventures.
Israel berada di urutan 1 dari 40 negara dengan total skor 632.32 dari 76 kriteria penilaian yang diterapkan.
Beberapa parameter data itu di antaranya jumlah kasus virus corona, angka kematian, ukuran geografis dan demografi, kapasitas rumah sakit, dan keahlian medis.
Walau begitu, Menteri Kesehatan Israel Yaakov Litzman mengaku tidak sanggup lagi menangani krisis virus corona.
Bahkan dilansir dari dailysabah.com pada Selasa (28/4/2020), Yaakov Litzman mengatakan dia akan mundur dari posisinya sebagai Menteri Kesehatan Israel.
Ini dikarenakan krisis dan penanganan virus corona di negaranya.
Rencana ini bahkan sudah Menteri Yaakov Litzman sampaikan kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Padahal dia telah menjadi Menteri Kesehatan Israel dalam beberapa dekade terakhir.
Tapi karena virus corona, dia memutuskan untuk tidak kembali ke Kementerian Kesehatan untuk keempat kalinya.
Sebaliknya, dia lebih memilih untuk memimpin pengembangan untuk menyelesaikan krisis perumahan di Israel di Kementerian Perumahan.
Sebelumnya, Menteri Yaakov Litzman mendapat kecaman karena terlihat tidak siap menghadapi pandemi virus corona.
Bahkan dia menolak proposal lockdown dengan alasan memperketat tindakan penguncian akan memengaruhi komunitas keagamaan negara itu.
Tak hanya itu, pada awal bulan ini, Litzman dikonfirmasi positif Covid-19.
Diduga dia terinfeksi karena mengabaikan perintah kementeriannya sendiri untuk menghindari doa bersama di tempat-tempat umum.
Tapi kini dia telah pulih.
Dengan rencana pengunduruan diri Menteri Yaakov Litzman, maka pemerintah Israel akan mengumumkan langkah-langkah pelonggaran baru pada Minggu depan.
Misalnya membuka kembali sejumlah sektor seperti usaha kecil dan restoran yang tutup selama 2 bulan.
Hanya saja harus menggunakan layanan delivery atau take out.
Pekan lalu, beberapa toko diizinkan untuk membuka juga.
Namun, mal dan pasar luar ruang tetap ditutup karena kekhawatiran akan pandemi masih menyebar.
Sementara karena lockdown, dikabarkan jumlah pengangguran di Israel melonjak lebih dari 25% sejak awal Maret.
Mengenal Iron Dome, Sistem Pertahanan Israel dari Ancaman Rudal, Benarkah Tak Bisa Ditembus?
Negara Israel didirikan pada 14 Mei 1948 setelah hampir dua ribu tahun bangsa Yahudi berada dalam diaspora.
72 tahun sejak kemerdekaan Israel telah ditandai dengan konflik dengan negara-negara Arab dan Palestina.
Tak sedikit gesekan berupa perang terjadi antara Israel dengan negara-negara timur tengah lainnya.
Palestina tentu saja menjadi negara yang paling seling terlibat konflik dengan Israel.
Namun, dalam upaya untuk melindungi negaranya dari serangan via udara, Israel sangat percaya diri.

Mereka mengandalkan sistem pertahanan udara yang disebut Iron Dome alias Kubah Besi.
Alat ini bukan berbentuk selayaknya wujud kubah, bahkan tidak terlihat wujud kubah pada umumnya.
Istilah ini dipakai untuk menggambarkan sistem pertahanan udara yang benar-benar melindungi seluruh wilayah Israel seperti halnya kubah.
Sebagaimana dilansir NBCNews, sistem pertahanan rudal tersebut berfungsi sebagai penangkal rudal yang diluncurkan ke arah Israel.
Akun Twitter resmi militer Israel mengklaim bahwa sejauh ini alat tersebut telah berhasil melumpuhkan roket–roket yang diluncurkan ke wilayah mereka.
Adapun, Iron Dome sendiri merupakan kependekan dari Dual Mission Counter Rocket, Artillery and Mortar and Very Short Range Air Defense System.
Alat tersebut dikembangkan Rafael Advanced Defense System terhitung sejak tahun 2007 silam sejak ekskalasi konflik meningkat.
Piranti pertahanan udara Iron Dome.
Menggunakan rudal bertenaga baterai, alat ini digadang–gadang sanggup melumpuhkan serangan roket udara.
Hal itu lantaran alat ini memiliki sensor sensitif yang mampu mengenali dan melumpuhkan ancaman roket jarak dekat dan jarak menengah.
Setidaknya terdapat tiga bagian inti sistem pertahanan rudal yang dipasang secara portable.
Pertama, sistem radar yang dipasang di tiap truk pengendali masing-masing terus mengawasi kawasan udara dengan jangkauan hingga radius 150 km persegi.
Segala benda tak dikenal yang melewati kawasan tersebut akan ditangkap oleh radar.
Di sini, semua informasi diolah, untuk menentukan apakah akan melakukan penangkalan ataupun sebaliknya.
Jika keputusan pencegatan diambil, data ini akan segera dikirimkan ke unit interceptor alias pencegat.
Mereka akan meneruskan perintah untuk meluncurkan misil penangkal rudal yang sudah diprogram sedemikian rupa sehingga sanggup mengenali ancaman tersebut.