Tips Mencegah Virus Corona
HARUS TAHU, Apa Itu Rapid Test, PCR dan Swab Tenggorokan hingga Istilah Hasil Pemeriksaan Covid-19
Apakah rapid test dan pemeriksaan swab tenggorokan itu sama? Rapid test dan pemeriksaan swab adalah pemeriksaan yang berbeda.
Bagaimana pemeriksaan swab dilakukan?
Berikut ini tahapannya:
Pasien akan diminta untuk duduk di kursi. Lalu, tenaga kesehatan akan sedikit mendorong kepala pasien ke arah atas dan memasukkan alat yang berbentuk seperti cotton bud, tapi dengan ukuran yang jauh lebih panjang, ke dalam lubang hidung.
Alat itu akan dimasukkan hingga mentok ke bagian belakang hidung. Lalu, teknik swab dilakukanlah untuk menyapukan alat tersebut ke area belakang hidung.
Alat tersebut memiliki bagian ujung yang dapat menyerap cairan atau lendir yang terdapat di area tersebut.
Alat akan berada di dalam area tersebut selama beberapa detik agar cairan bisa terserap sempurna.
Setelah selesai, alat swab langsung akan dimasukkan ke tabung khusus dan ditutup.
Lalu, tabung tersebut akan dimasukkan ke dalam wadah khusus dan selanjutnya dikirim ke laboratorium untuk diperiksa menggunakan teknik PCR.
Jika swab di hidung tidak memungkinkan, maka swab juga bisa dilakukan melalui tenggorokan.
Setelah proses pengambilan sampel dengan teknik swab selesai, maka saatnya sampel tersebut diperiksa dengan teknik PCR.
Jadi, PCR intinya adalah pemeriksaan untuk mencocokkan DNA atau RNA yang dipunyai virus. Ibaratnya seperti tes DNA, tapi untuk virus.
Dengan teknik PCR, DNA atau RNA yang ada pada sampel dari swab tadi akan direplikasi atau digandakan sebanyak mungkin.
Lalu setelah digandakan, DNA atau RNA dari sampel tersebut akan dicocokkan dengan susunan DNA SARS-COV2 yang sebelumnya sudah ada.
Jika ternyata cocok, maka DNA yang ada di sampel tersebut adalah benar DNA SARS COV-2. Artinya, orang tersebut positif terinfeksi Covid-19.
Sebaliknya, jika ternyata tidak cocok, tandanya orang tersebut negatif terinfeksi Covid-19.
Jadi, sudah terlihat cukup jelas bukan perbedaan antara rapid test dengan pemeriksaan swab? Sehingga, jangan sampai Anda kemudian salah mengira dan ingin melakukan rapid test secara mandiri.
Sebaiknya, ikuti pemeriksaan menggunakan rapid test yang disediakan oleh pemerintah maupun fasilitas kesehatan tepercaya, agar alur pemeriksaannya bisa jelas dan terdata dengan baik.
Sehingga, Anda tidak akan kesulitan masuk antrean pemeriksaan, jika memang perlu menjalani pemeriksaan lebih lanjut dengan swab.
Menurutnya perbedaan yang mendasar dari pemeriksaan rapid test dan PCR seperti berikut:
1. Rapid Test
Rapid test Covid-19 yang banyak beredar saat ini memiliki kemampuan mendeteksi antibodi, suatu sistem pertahanan tubuh yang secara umum dihasilkan bila terjadi infeksi akibat patogen (virus, bakteri, jamur, dan lain-lain) dan pemeriksaannya menggunakan spesimen dari darah, bukan dari sekret saluran pernapasan yang menjadi target infeksi.
Pembentukan antibodi membutuhkan waktu rata-rata >7 hari setelah virus masuk sehingga bila pasien diperiksa rapid test pada fase awal, kemungkinan hasil rapid test non reaktif walaupun pasien sudah terinfeksi.
Rapid test juga memiliki kelemahan lain yaitu kemungkinan reaksi silang dengan infeksi virus lainnya sehingga bila hasil reaktif belum tentu disebabkan infeksi Covid-19 namun bisa disebabkan infeksi virus lainnya.
2. Metode PCR
Sebaliknya deteksi menggunakan metode PCR (polymerase chain reaction) mendeteksi gen virus dari spesimen sekret saluran pernapasan yang menjadi target infeksi covid-19.
Tentunya akurasi pemeriksaan PCR lebih baik dibandingkan deteksi antibodi namun pemeriksaan PCR ini juga memiliki kekurangan karena ketersediaan alat serta SDM terlatih yang terbatas.
Dikatakan dr Suryarini bahwa seseorang disebut positif Covid-19 berdasarkan uji PCR karena prinsip pemeriksaan PCR seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya mendeteksi gen virus penyebab Covid-19 sehingga bila terdeteksi dapat dipastikan pasien terinfeksi virus, istilahnya positif.
• Selangkah Lagi Pemain Sulut United Ini Sandang Sarjana Ilmu Pemerintahan
Istilah Hasil Pemeriksaan: Reaktif, Nonreaktif, Positif, dan Negatif
1. Reaktif dan Nonreaktif
Istilah reaktif dan non reaktif digunakan pada pemeriksaan rapid test karena prinsip pemeriksaan ini melihat reaksi yang ditimbulkan antara antigen dan antibodi.
Antigen pada kaset rapid test akan menimbulkan reaksi bila bertemu dengan antibodi dalam spesimen darah yang diteteskan pada kaset dan reaksi tersebut dapat dilihat dari warna pita yang muncul.
Bukan berarti bila pasien reaktif sudah pasti terinfeksi dan sebaliknya bila non reaktif bukan berarti pasien bebas dari kemungkinan infeksi.
Sehingga pemeriksaan ini perlu dikonfirmasi dengan pemeriksaan lanjutan untuk memastikan kemungkinan infeksi.
Bisa saja laboratorium menggunakan istilah positif atau negatif untuk interpretasi hasil rapid test namun awam dapat salah mengartikan bahwa seseorang sudah terinfeksi atau tidak terinfeksi dari penggunaan istilah positif atau negatif tersebut.
2. Positif dan Negatif
Istilah positif dan negatif digunakan pada pemeriksaan PCR karena prinsip pemeriksaan mendeteksi gen virus yang menjadi target.
Bila positif artinya ada gen virus yang ditemukan dan hal ini erat kaitannya dengan infeksi pada pasien.
Hasil negatif berarti tidak ditemukan gen virus pada spesimen pasien. Hasil negatif tidak semerta-merta menunjukkan pasien tidak terinfeksi.
Perlu diingat bahwa positivity rate spesimen swab nasal dan orofaring tidak mencapai 100% jadi ada kemungkinan virus tidak ditemukan pada pasien terinfeksi.
Diagnosis pasien tetap harus melihat secara keseluruhan mulai riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang (laboratorium atau radiologi).
Istilah OTG, ODP, PDP, Terkonfirmasi dan Sembuh
Berdasarkan pedoman pencegahan dan pengendalian covid-19 edisi ke-4 yang dikeluarkan kementerian kesehatan RI maret 2020, status pasien dibagi menjadi orang tanpa gejala (OTG), orang dalam pengawasan (ODP), dan pasien dalam pemantauan (PDP).
1. OTG berarti seseorang yang tidak bergejala namun memiliki risiko tertular dari orang yang sudah terinfeksi covid-19 karena merupakan kontak erat dengan kasus terkonfirmasi.
2. ODP adalah orang yang mengalami demam ≥38oC atau riwayat demam atau gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit tenggorokan/batuk DAN tidak ada penyebab lain DAN dalam 14 hari sebelum timbul gejala ada riwayat perjalanan/tinggal di wilayah yang menjadi transmisi atau riwayat kontak dengan kasus konfirmasi covid-19
3. PDP adalah orang dengan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yaitu demam ≥38 derajat celcius atau riwayat demam disertai gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit tenggorokan/batuk/sesak nafas/pneumonia dan tidak ada penyebab lain.
Serta dalam 14 hari sebelum timbul gejala ada riwayat perjalanan/tinggal di wilayah yang menjadi transmisi atau riwayat kontak dengan kasus konfirmasi Covid-19, jadi pasien PDP memiliki gejala klinis lebih berat dibandingkan ODP.
4. Kasus konfirmasi berarti pasien terinfeksi Covid-19 dengan hasil pemeriksaan PCR positif.
5. Kasus sembuh berarti pasien terinfeksi covid-19 telah sembuh dibuktikan dengan hasil pemeriksaan PCR swab dua kali berturut-turut negatif.
Hasil rapid test tidak dapat digunakan untuk menilai kesembuhan pasien karena antibodi dapat tetap bertahan dalam darah dalam jangka waktu lama hingga bertahun-tahun.
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Apa Perbedaan Rapid Test dan Swab Tenggorokan? Begini Kelebihan dan Kekurangannya