Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Krisis Coronavirus

AS Harus Siap Hadapi Gelombang Kedua Pandemi Covid-19, Lebih Dahsyat, Begini Prediksi WHO

Berlangsung lama dan belum diketahui kapan berakhir. Itulah prediksi pakar kesehatan WHO terkait Coronavirus yang terus menghantui

Editor: Aswin_Lumintang
AFP/FABRICE COFFRINI
Sekretaris Jenderal Badan Kesehatan Dunia (WHO) Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers di Jenewa pada 30 Januari 2020. 

Bahkan, beberapa peserta yang menggunakan Kaletra memiliki efek samping gastrointestinal yang lebih buruk dibandingkan dengan kelompok terkontrol.

Studi lain tentang Kaletra, obat HIV yang diproduksi oleh AbbVie, yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine pada Maret, juga menyimpulkan obat itu tidak efektif.

Meski penelitian menyebut obat itu tidak efektif, pasar gelap untuk obat ini telah muncul di seluruh dunia, termasuk di Rusia, NY Times mengabarkan.

Meskipun kecil, penelitian ini mendepak dua dari perawatan virus corona yang sebelumnya dinilai potensial.

Menurut FDA, hingga saat ini, tidak ada obat yang disetujui untuk mengobati COVID-19.

Kaletra, obat HIV yang diproduksi oleh AbbVie, pertama kali direkomendasikan oleh pemerintah China untuk pengobatan virus corona pada Januari lalu.

Obat itu menghentikan replikasi virus HIV.

Para pejabat berharap Kaletra dapat melakukan hal yang serupa terhadap virus corona.

Kaletra kini masih sedang dipelajari dalam setidaknya 10 uji klinis aktif di seluruh dunia, menurut ClinicalTrials.gov.

Sementara itu Arbidol, obat yang dibuat di Rusia, bekerja melawan influenza dengan cara mencegah virus menyatu dengan sel-sel di dalam tubuh.

Meskipun telah menunjukkan beberapa kemanjuran terhadap influenza dan penyakit lain termasuk virus Zika, FDA belum menyetujui penggunaan Arbidol di AS.

Meskipun ada banyak jenis obat yang diteliti dan diujicoba untuk perawatan Covid-19, belum ada obat yang mampu melawan virus corona.

Sebuah studi pracetak baru (bukan peer-review) yang diposting hari ini menunjukkan, hydroxychloroquine (hidroksiklorokuin), obat antimalaria yang digembar-gemborkan oleh Presiden Trump, juga tidak menunjukkan manfaat bagi pasien virus corona.

Bahkan hidroksiklorokuin malah membuat beberapa di antaranya makin memburuk.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: Tribunnews
Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved