Krisis Coronavirus
AS Harus Siap Hadapi Gelombang Kedua Pandemi Covid-19, Lebih Dahsyat, Begini Prediksi WHO
Berlangsung lama dan belum diketahui kapan berakhir. Itulah prediksi pakar kesehatan WHO terkait Coronavirus yang terus menghantui
TRIBUNMANADO.CO.ID, AMERIKA - Berlangsung lama dan belum diketahui kapan berakhir. Itulah prediksi pakar kesehatan WHO terkait Coronavirus yang terus menghantui seluruh penduduk dunia.
Krisis global virus corona tidak akan berakhir dalam waktu dekat, dengan banyaknya negara yang masih dalam tahap awal pertarungan, ujar pakar kesehatan WHO.

Pandemi Covid-19 telah membunuh lebih dari 180.000 orang dan menginfeksi lebih dari 2,6 juta orang di dunia.
Negara-negara berjuang untuk menekan penyebaran virus dengan langkah-langkah seperti social distancing dan lockdown, sambil terus mencoba untuk memperbaiki ekonomi mereka.
Beberapa negara mulai secara perlahan mengendorkan pembatasan ketika pemerintah mendapat tekanan dari berbagai sektor ekonomi yang macet gara-gara pembatasan atau penguncian.
Namun, seperti yang dilansir Arab News, kepala Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus pada hari Rabu (22/4/2020) memperingatkan bahwa perjuangan dunia masih jauh dari selesai.
• Apakah Seseorang Akan Berdosa Jika Mudik di Tengah Wabah Covid-19? Ini Jawaban Ustaz
• Bill Gates Dituding Jadi Dalang Pembuat Virus Corona, Berawal dari Soal Prediksi Tahun 2015
• Apa Hukumnya Jika Seorang Muslim Tak Menunaikan Ibadah Puasa Ramadan? Ini Jawaban Ustaz
"Jangan salah: kita masih harus menempuh jalan panjang," ujar Ghebreyesus.
"Virus ini akan bersama kita untuk waktu yang lama."
"Sebagian besar negara masih dalam tahap awal epidemi mereka."
"Dan beberapa negara yang terdampak lebih awal, mulai pelahan bangkit."
Komentar itu muncul setelah direktur Pusat Pengendalian Penyakit AS (CDC) meminta warga Amerika untuk bersiap menghadapi gelombang kedua infeksi virus corona yang mungkin lebih dahsyat lagi.
Amerika Serikat adalah negara yang paling banyak jumlah kasus positif Covid-19 di seluruh dunia.
Tercatat lebih dari 46.500 kematian akibat virus corona dengan hampir 840.000 orang terinfeksi.
Para peneliti mengungkapkan bahwa kematian akibat Covid-19 pertama di negara itu terjadi beberapa minggu lebih awal dari yang diperkirakan.
Artinya, penghitungan AS saat ini meleset.