Gelombang II Covid-19 Bakal Serang AS: Ada 9 WNI Meninggal di Amerika
Amerika Serikat (AS) bakal menghadapi gelombang kedua wabah Covid-19 pada musim dingin mendatang.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) bakal menghadapi gelombang kedua wabah Covid-19 pada musim dingin mendatang. Dalam gelombang kedua itu kemungkinan akan lebih parah dibandingkan gelombang pertama sebab muncul di awal musim influenza.
• Kasus Demam Berdarah Lebih 45 Ribu
Hingga Rabu (23/4), korban meninggal di AS akibat Covid-19 mencapai 45 ribu orang. "Ada kemungkinan serangan virus di AS pada musim dingin mendatang akan lebih sulit ketimbang yang kita lalui sekarang," kata Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), Robert Redfield, kepada Washington Post, Selasa (21/4) wktu setempat atau Rabu WIB.
Ketika wabah saat ini terus mereda, seperti yang ditunjukkan melalui penurunan tingkat rawat inap baru-baru ini dan indikator lainnya, otoritas perlu mengantisipasi potensi gelombang kedua dalam beberapa bulan ke depan.
"AS akan mengalami epidemi flu dan epidemi virus corona secara bersamaan," katanya. Menurutnya, kombinasi tersebut akan memberikan tekanan lebih besar terhadap sistem kesehatan negara dibandingkan wabah sebelumnya.
Covid-19 muncul di China tengah pada Desember lalu. Infeksi pertama AS didiagnosis pada 20 Januari di Washington, dekat Seatle. Hingga saat ini hampir 810.000 orang di Amerika Serikat positif Covid-19.
Redfield dan otoritas kesehatan lainnya memuji kebijakan tetap berada di rumah dan penutupan bisnis serta sekolah di negara tersebut demi memperlambat penyebaran infeksi. Namun, pembatasan itu juga menghambat perekonomian AS serta mengakibatkan 22 juta orang kehilangan pekerjaan dalam empat pekan terakhir.
• Pembeli dari 4 Benua Pesan APD Corona Buatan Indonesia
Saat karantina wilayah berangsur dilonggarkan, Redfield menekankan pentingnya individu tetap menjaga jarak fisik satu sama lain. Pada saat yang sama, katanya, otoritas kesehatan masyarakat harus meningkatkan sistem pengujian untuk mengidentifikasi mereka yang terinfeksi dan menemukan interaksi pribadinya melalui penelusuran kontak.
WNI meninggal
Korban meninggal di AS akibat Covid-19 di antaranya terdapat sembilan 19 warga negara Indonesia (WNI). “Jumlah terbesar WNI yang meninggal dunia karena Covid-19 memang di AS,” kata Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha saat menyampaikan keterangan pers secara virtual dari Jakarta, Rabu.
Dari total jumlah korban meninggal dunia, delapan orang di antaranya di Negara Bagian New York, sedangkan seorang lainnya merupakan anak buah kapal Oasis of the Seas yang berlabuh di Miami, Negara Bagian Florida.
WNI yang diketahui bernama I Putu Sugiartha, menurut laporan Miami Herald, meninggal dunia pada Senin (20/4) setelah menjalani perawatan kesehatan. “Almarhum sudah menjalani proses perawatan di sebuah rumah sakit yang ada di Florida, namun tidak tertolong,” kata Judha.
Hingga 22 April 2020, tercatat 38 WNI positif terinfeksi Ccovid-19 di AS, dua orang sembuh, 27 orang dalam kondisi stabil, serta sembilan meninggal dunia.
Untuk mengatasi penyebaran Covid-19, Quest Diagnostics Inc, sebuah perusahaan di AS, Selasa, mengatakan mulai melakukan pengujian menggunakan sampel darah untuk mendeteksi antibodi Covid-19. Quest mengatakan pihaknya sedang menggunakan pengujian yang dilakukan oleh Abbott Laboratories dan Euroimmun PerkinElmer Inc.
Pengujian keduanya menggunakan spesimen serum darah untuk menemukan keberadaan antibodi immunoglobulin class G (IgG). Respons antibodi IgG biasanya berkembang hingga 14 hari setelah gejala muncul.
• Konser Amal Kompas TV Bersama Didi Kempot Sukses Hasilkan Donasi untuk Warga Terdampak Covid-19
Tes antibodi dianggap sebagai cara baru potensial dalam perang mencegah infeksi dan memberikan peluang untuk mengembalikan perekonomian ke jalurnya, dengan mengidentifikasi orang-orang, yang mungkin memiliki imunitas terhadap virus dan dapat melanjutkan pekerjaan mereka.