Info Kesehatan
BENARKAH Kunyit dan Temulawak Bikin Enzim ACE2 Meningkat Hingga Memudahkan Covid-19 Masuk ke Tubuh?
Ya Curcumin dalam rimpang kunyit dan temulawak disebut mampu meningkatkan ekspresi enzim ACE2 yang merupakan reseptor dari Covid-19.
Mekanisme ini menjelaskan peran curcumin dalam mencegah terjadinya badai sitokin pada infeksi virus (Sordillo and Helson, 2015).

Curcumin dapat menghambat proses pertumbuhan virus
Curcumin juga memiliki efek menghambat proses pertumbuhan virus, baik secara langsung dengan cara merusak fisik virus maupun melalui penekanan jalur pensinyalan seluler yang penting dalam proses replikasi virus. (Mathieu and Hsu, 2018).
Curcumin merupakan senyawa golongan polifenol yang merupakan senyawa utama rimpang kunyit dan temulawak.
Curcumin juga terkandung dalam rimpang beberapa spesies Curcuma dari family Zingiberaceae.
Kunyit dan temulawak adalah tanaman obat yang sangat umum dikenal masyarakat Indonesia dan menjadi bahan minuman kesehatan hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Hasil Riset Tumbuhan Obat dan Jamu yang dilaksanakan oleh Kemenkes pada 2012, 2015 dan 2017, mengungkap bahwa kunyit dan temulawak masuk dalam 10 jenis tanaman obat yang paling banyak digunakan oleh pengobat tradisional dari berbagai suku di Tanah Air.
Kunyit dan temulawak secara ilmiah sudah diteliti baik secara in vitro maupun in vivo pada tahap pra klinik serta riset klinik dan terbukti memiliki banyak manfaat terhadap kesehatan (Cundell and Wilkinson, 2014).
Di Amerika Serikat, kunyit telah diakui aman (Generally Recognized as Safe) sebagai aditif makanan oleh FDA (US FDA, 2013).
Efek samping yang serius pada manusia yang menggunakan curcumin dosis tinggi belum pernah dilaporkan.
Percobaan peningkatan dosis oral tunggal curcumin hingga 12 g/hari yang diberikan pada 24 orang dewasa dinyatakan aman, terjadinya efek samping, termasuk diare, sakit kepala, ruam, tinja kuning, tidak terkait dengan dosis (Lao et al., 2006).
Dalam uji klinik fase I di Taiwan, suplementasi curcumin hingga 8 g/hari selama tiga bulan dilaporkan dapat ditoleransi dengan baik pada pasien dengan kondisi prakanker atau kanker noninvasif (Cheng et al., 2001).
Percobaan klinis lain di Inggris menemukan bahwa suplementasi curcumin mulai dari 0,45 hingga 3,6 g/hari selama empat bulan umumnya ditoleransi dengan baik oleh orang-orang dengan kanker kolorektal lanjut, walaupun dilaporkan ada dua partisipan mengalami diare dan mual (Sharma et al., 2004).
Kunyit dan temulawak dapat meningkatkan kebugaran
Penggunaan curcumin sebagai senyawa tunggal tentu berbeda dengan penelitian penggunaan kunyit atau temulawak sebagai bahan herbal atau jamu.
Dalam saintifikasi jamu dan di Rumah Riset Jamu Hortus Medicus B2P2TOOT Tawangmangu, temulawak, kunyit, dan meniran merupakan tanaman obat yang mampu meningkatkan kebugaran.