Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tips Hadapi Virus Corona

Social Distancing Diperlukan Hingga Tahun 2022, Menurut Peneliti, Begini Penjelasannya

Pembatasan sosial seperti menutup sekolah, larangan berkumpul di area umum, dan tetap berada di rumah, bisa diperlukan hingga beberapa tahun mendatang

(freepik)
Poster social distancing 1 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Sampai kapankah dunia akan berlakukan pembatasan sosial atau social distancing untuk melawan covid 19 atau virus corona?

Ada penelitian yang dilakukan untuk menjawab hal tersebut. 

Jika tidak ada obatnya maka kemungkinan social distancing akan bertahan beberapa tahun lagi.

Hasil penelitian di Harvard T.H. Chan's School of Public Health menyebutkan bahwa langkah pembatasan sosial ( social distancing) akan diperlukan hingga tahun 2022.

Hal itu diramalkan bakal terjadi jika masih tidak ada vaksin atau pun perawatan yang efektif terhadap mereka yang terjangkit virus corona.

Pada sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Science, Selasa (14/4/2020), tim ahli epidemiologi di Harvard juga menilai apa yang diketahui tentang Covid-19 -dan virus corona lain, untuk memprediksi kemungkinan skenario krisis kesehatan global saat ini.

Studi itu mencatat, langkah pembatasan sosial seperti menutup sekolah, larangan berkumpul di area umum, dan tetap berada di rumah, bisa diperlukan hingga beberapa tahun mendatang.

"Tidak ada intervensi lain, metrik kunci untuk keberhasilan pembatasan sosial adalah apakah kapasitas perawatan kritis telah dilampaui," demikian diungkapkan peneliti dalam laporan tersebut.

"Untuk menghindari ini, pembatasan sosial yang lama mungkin diperlukan hingga tahun 2022."

Para peneliti mengatakan sangat penting untuk menemukan apakah virus corona bisa hilang setelah gelombang pandemi awal ini, seperti wabah SARS di tahun 2003.

Jika bukan ini masalahnya, tim Harvard mengatakan kemungkinan Covid-19 akan muncul kembali setiap musim dingin, seperti virus corona lain yang lebih umum.

"Bahkan jika terjadi eliminasi yang jelas, pengawasan SARS-CoV-2 harus dipertahankan karena kebangkitan penularan bisa memungkinkan hingga tahun 2024," tulis mereka dalam laporan yang sama.

Konsekuensi negatif

Pandemi virus corona memaksa negara-negara di seluruh dunia secara efektif melakukan lockdown, dan banyak Pemerintah membatasi kehidupan miliaran orang.

Tindakan lockdown telah dilaksanakan di 187 negara, atau wilayah dalam upaya memperlambat penyebaran wabah global.

Beberapa negara di Eropa telah bergerak secara perlahan dan berhati-hati untuk keluar dari masa lockdown, setelah menjalani beberapa minggu pembatasan sosial dan ekonomi yang ketat.

Amerika Serikat, pusat pandemi global wabah virus corona, telah memberi isyarat 1 Mei sebagai tanggal potensial untuk mengendurkan pembatasan sosial.

Para peneliti di Harvard mengatakan, mereka sadar jarak sosial yang berkepanjangan, bahkan jika berselang, kemungkinan memiliki konsekuensi ekonomi, sosial, dan pendidikan yang sangat negatif.

Peneliti menekankan, tujuan mereka bukan mendukung kebijakan pemerintah, namun memacu ide-ide inovatif, dan memperluas daftar pilihan untuk mengendalikan pandemi dalam jangka panjang.

Studi juga menyebut, penting untuk memahami apakah orang dapat menjadi kebal terhadap virus corona setelah mereka terinfeksi, dan hal ini belum diketahui.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, bukti dari sejumlah negara di dunia memberi mereka gambaran lebih jelas tentang virus corona, bagaimana perilakunya, cara menghentikannya serta cara mengobatinya.

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus memberikan komentar pada konferensi pers awal pekan ini.

"Keterkaitan global kita berarti risiko pengenalan kembali virus dan kebangkitan penyakit akan terus berlanjut."

"Pada akhirnya, pengembangan, dan pengiriman vaksin yang aman dan efektif akan diperlukan untuk sepenuhnya menghentikan penularan," kata Tedros.

Sampai hari Rabu (15/4/2020), hampir dua juta orang di seluruh dunia telah terinfeksi Covid-19, dan sebanyak 127.590 di antaranya meninggal dunia, menurut data dari Johns Hopkins University. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Akankah "Social Distancing" Berlangsung hingga Tahun 2022?"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved