Nasional
Ciri-ciri Fisik Nyamuk DBD, Cari Tahu dan Waspada Penyakit Demam Berdarah Dengue
Salah satu penyakit yang jamak muncul di musim penghujan adalah demam berdarah dengue (DBD). Kenali ciri-ciri nyamuk DBD.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Bukan hanya covid 19 atau virus corona yang berbahaya saat ini di Indonesia.
Demam berdarah dengue (DBD) juga adalah penyakit yang berbahaya.
Kemenkes mencatat, ada 17.820 kasus penularan DBD di seluruh Indonesia. Data hingga Maret 2020.
Jangan main-main dengan penyakit ini.
Salah satu penyakit yang jamak muncul di musim penghujan adalah demam berdarah dengue (DBD).
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan infeksi virus dengue.
Virus ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina dan Aedes albopictus, yang terinfeksi virus dengue dari penderita DBD lainnya.
Di Indonesia, vektor atau pembawa virusnya kebanyakan nyamuk Aedes aegypti betina.
Musim penghujan merupakan salah satu momentum nyamuk DBD berkembang biak.
Agar tidak tertular penyakit DBD, ada baiknya kita mengenali ciri-ciri nyamuk demam berdarah (DBD).
Ciri fisik nyamuk DBD
Melansir buku Demam Berdarah (2007) oleh dr. Genis Ginanjar, nyamuk Aedes aegypti betina atau nyamuk DBD punya ciri fisik khas. Antara lain:
- Tubuh nyamuk berwarna cokelat kehitaman
- Ukuran tubuhnya tiga sampai empat centimeter
- Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik bergaris putih keperakan
- Di bagian punggungnya terdapat dua garis vertikal di sisi kiri dan kanan
- Sisik tubuh nyamuk terkadang rontok pada nyamuk betina yang sudah tua
Selain itu, ukuran dan warna tubuh nyamuk DBD dapat bervariasi, tergantung kondisi lingkungan dan nutrisinya.
Nyamuk DBD betina dan jantan tidak banyak perbedaan. Hal yang membedakan hanya keberadaan rambut di antena nyamuk jantan.
Peredaran nyamuk DBD
Melansir buku Cara Mudah Mengalahkan Demam Berdarah (2007) oleh Dr. Handrawan Nadesul, nyamuk DBD atau Aedes aegypti biasanya beredar di tempat tertentu.
Jika nyamuk Aedes albopictus jamak ditemui di kebun atau pekarangan rumah.
Nyamuk Aedes aegypti lebih suka tinggal di tempat yang sejuk dan lembab.
Salah satu tempat favoritnya adalah menyelinap di sela-sela barang yang bergelantungan di kamar.
Sedangkan jarak terbang nyamuk Aedes aegypti bisa mencapai 100 meter.
Untuk itu, saat penyemprotan untuk pencegahan penularan DBD, disarankan untuk menjangkau area 100 meter dari lokasi pasien DBD.
Siklus nyamuk DBD
Selain tingal di tempat yang sejuk dan lembab, nyamuk DBD juga enggan bertelur di tempat yang kotor.
Betina nyamuk Aedes aegypti lebih memilih bertelur di genangan air yang jernih dan tidak mudah terusik untuk bertelur.
Misalkan wadah barang bekas di pekarangan, talang atau tempat penampungan air, tempayan, sampai baki penampungan air di dalam kulkas.
Sekali bertelur, nyamuk ini bisa menghasilkan 200-400 bakal anakan.
Nyamuk DBD kebanyakan umurnya hanya bertahan sepuluh hari. Paling lama dua sampai tiga minggu.
Kapan nyamuk DBD menggigit?
Tidak seperti kebanyakan nyamuk yang menggigit sewaktu-waktu, nyamuk DBD tidak rakus.
Nyamuk ini disebut memiliki pola aktivitas yang diurnal, atau aktif pada pagi sampai siang hari.
Nyamuk Aedes aegypti betina menggigit atau menghisap darah manusia untuk mendapatkan protein sebagai bekal bertelur.
Nyamuk DBD biasanya "beroperasi" pada pukul 06.00 WIB-09.00 WIB dan 15.00 WIB-17.00 WIB.
Di luar jam tersebut, nyamuk DBD disebut hinggap di genangan air jernih untuk bertelur.
Namun, studi baru menyebut pola aktivitas nyamuk DBD hanya pagi dan sore hari disebut mulai bergeser.
Studi dari Universitas Hasanuddin, Makassar, pada 2012 lalu, menemukan nyamuk DBD ternyata juga menghisap darah manusia pada malam hari.
Riset yang dipublikasikan di Jurnal Ekologi Kesehatan itu mengamati 15 rumah penduduk di Makassar pada pukul 06.00 WITA sampai 03.00 WITA.
Hasil penelitian menunjukkan, aktivitas menghisap darah nyamuk Aedes aegypti tertinggi pukul 17.00-18.00 WITA.
Aktivitas Aedes aegypti dan Aedes albopictus terendah terjadi pada pukul 12.00-14.00 WITA.
Selain itu, ditemukan fakta nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus menghisap darah pada malam hari antara pukul 18.00-20.00 WITA. (*)
Jumlah Kasus DBD di Indonesia
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan data 17.820 kasus penularan DBD di seluruh Indonesia berdasarkan pemantauan sejak Januari hingga 11 Maret 2020.
Dari data tersebut, Kemenkes mencatat 104 kasus kematian akibat penularan DBD.
Mayoritas kematian akibat penularan DBD terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Saat ini kasus penularan kita di angka 17.820. Angka kematian (akibat DBD) tercatat 104 kejadian. Untuk angka kematian di NTT tertinggi, yakni dengan 32 orang meninggal," ujar Siti di Kantor Kemenkes, Kuningan, Jakarta Pusat, Rabu (11/3/2020).
Siti juga mengungkapkan, ada empat provinsi lain dengan kasus kematian akibat DBD yang juga tinggi.
Keempatnya yakni Jawa Barat (15 kematian), Jawa Timur (13 kematian), Lampung (11 kematian) dan Jawa Tengah (4 kematian).
Menurut Siti, jika dibandingkan tahun 2019, jumlah kasus kematian saat ini tercatat lebih rendah.
Pada periode Januari-Maret 2019, jumlah kasus pasien meninggal akibat DBD mencapai 439 kejadian. "Sementara itu di periode yang sama kalau tahun ini 104 pasien meninggal akibat DBD," ucap Siti.
Siti juga merinci, ada 10 provinsi dengan kasus penularan DBD tertinggi.
Secara berurutan, ke-10 provinsi dengan penularan tertinggi tersebut adalah Lampung (3.423 kasus), NTT (2.711 kasus), Jawa Timur (1.761 kasus), Jawa Barat (1.420 kasus), Jambi (703 kasus), Jawa Tengah (648 kasus), Riau (602 kasus), Sumatera Selatan (593 kasus), DKI Jakarta (583 kasus) dan NTB (558 kasus).
Kemudian, tercatat pula 10 kabupaten/kota dengan kasus penularan DBD tertinggi, yakni Kabupaten Sikka (1.216 kasus), Kabupaten Lampung Selatan (664 kasus), Kabupaten Pringsewu (591 kasus).
Kemudian, Kabupaten Lampung Tengah (490 kasus), Kabupaten Lampung Timur (378 kasus), Lampung Utara 270, Kota Bandar Lampung (270 kasus), Kabupaten Belitung (256 kasus), Kota Bandung (218 kasus), dan Malang (2018 kasus). (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ciri-ciri Nyamuk Demam Berdarah (DBD)" dan di Kompas.com dengan judul "Ada 17.820 Kasus DBD Se-Indonesia, Kemenkes: Penularannya Cepat"