Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Bob Hasan Tutup Usia

Bob Hasan Tutup Usia, Kisah Masa Persahabatannya dengan Soeharto, Pernah Jadi Menteri

Bob Hasan dikabarkan meninggal dunia di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Selasa (31/03/2020).

Editor: Alexander Pattyranie
Tribunnews/Abdul Majid
Mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Indonesia pada Kabinet Pembangunan VII, Bob Hasan 

Tahun 1959, dia mendirikan beberapa perusahaan patungan antara Kodam Diponegoro dengan pengusaha China di Palembang, untuk mengatur jalur pelayaran, perusahaan pergudangan, dan beberapa usaha dagang lainnya.

Bob Hasan semakin dekat dengan Soeharto, saat Pangdam Diponegoro ini terancam diberhentikan karir militernya karena terlibat perdagangan illegal antara Semarang dengan Singapura.

Bapak angkat dialah yang mampu membujuk Jendral Nasution untuk mengurungkan pemecatan Soeharto, yang akhirnya dipindahkan ke Seskoad dan bahkan diangkat sebagai Brigadir Jenderal untuk memimpin bagian intel.

Saat Soeharto naik sebagai Presiden, jalan bisnis Bob Hasan semakin terang benderang.

Istimewa

Dia kemudian dipercaya untuk menjadi mitra bagi perusahaan asing  yang ingin berbisnis kayu di Indonesia.

Bob Hasan merupakan pemegang saham terbesar di perusahaan patungan PT Georgia Pacific Indonesia.

Saat Georgia Pacific hengkang dari Indonesia, perusahaan peninggalan tersebut sepenuhnya menjadi milik Bob Hasan.

Bahkan Kalimanis Group milik Bob Hasan, menurut catatan Forest Watch Indonesia dan Global Forest Watch dalam buku berjudul Keadaan Hutan Indonesia (2001), menguasai lebih dari 2 juta ha hutan.

Karir Bob Hasan di bisnis perkayuan semakin gemilang saat pemerintah menghentikan ekspor kayu bulat, dan mulai mendorong industri pengolahan kayu.

Dirinya ditunjuk sebagai Ketua Asosiasi Panel Kayu Indonesia (APKINDO) yang diberikan mandat khusus oleh Soeharto untuk melakukan kontrol atas ekspor, pemasaran, penetapan harga, pengaturan kontrak perdagangan anggotanya.

Di bawah komando Bob Hasan, akhir dekade 1980-an Indonesia menguasai 80% pasar dunia untuk kayu lapis tropis.

Hal ini dikarenakan harga kayu lapis Indonesia relatif rendah, dikarenakan subsidi input kayu murah yang dihasilkan perusahaan konsesi logging.

Ahmad Maryudi dalam tulisan berjudul “The political economy of forest land-use, the timber sector, and forest certification” memaparkan bahwa politik dumping ini menghancurkan industri kayu lapis Malaysia, karena tidak mampu bersaing dengan kayu lapis Indonesia yang dipatok dengan harga yang jauh lebih murah.

Kontrol atas industri perkayuan nasional ini juga didukung oleh kepiawaian dalam menjalin kerjasama dengan perusahaan asing.

Paul Gellert dalam tulisan berjudul “Extractive Regimes: Toward a Better Understanding of Indonesian Development”, Bob Hasan membangun aliansi dengan sebuah perusahaan import Jepang (tujuan utama ekspor produk kayu Indonesia saat itu) untuk memonopoli distribusi dan pemasaran.

Halaman
1234
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved