Amalan dan Doa
Zikir Taubat Nasuha yang Menenangkan Hati dan Meredakan Amarah
Beribadah dengan cara berzikir adalah dengan cara mengulang-ulang kalimat-kalimat thoyibah atau puji-pujian kepada Sang Pencipta.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Zikir adalah salah satu cara umat Muslim untuk mengingat Allah.
Beribadah dengan cara berzikir adalah dengan cara mengulang-ulang kalimat-kalimat thoyibah atau puji-pujian kepada Sang Pencipta.
Zikir tak mengenal waktu dan tempat, bisa dilantunkan dengan menyebut dengan lisan atau lewat ucapan di dalam hati.
Di dalam Al-Qur'an surah Al-Imran (190-191): Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda dari orang yang berakal. Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksaan neraka
Surah An Nisaa (103): Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah diwaktu berdiri, diwaktu duduk dan diwaktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguh-nya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.
Nah di bawah ini ada zikir taubatan nasuha, yang biasa dilafalkan dengan kalimat Astaghfirullah robbal baroya, Astaghfirullah minal khataya.
Secara bahasa, taubat atau at-taubah adalah “kembali”
Namun secara istilah dalam Islam, taubat memiliki makna meninggalkan dosa karena takut kepada Allah swt, menganggap dosa itu buruk lalu menyesali perbuatan maksiat dan bertekad kuat untuk tidak lagi mengulanginya serta memperbaiki apa yang mungkin bisa diperbaiki dari amalnya.
Syarat-syarat Taubat
Dalam kitab Majalis Syahri Ramadhan, setelah membawakan banyak dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah yang mendorong kaum Muslimin untuk senantiasa bertaubat dan beberapa hal lain tentang taubat, Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin t mengatakan, “Taubat yang diperintahkan Allâh Azza wa Jalla adalah taubat nasuha (yang tulus) yang mencakup lima syarat:
Hendaknya taubat itu dilakukan dengan ikhlas.
Segera berhenti dari perbuatan maksiat yang dia lakukan.
Bertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut di masa yang akan datang.
Taubat itu dilakukan bukan pada saat masa penerimaan taubat telah habis.
Menyesali serta merasa sedih atas dosa yang pernah dilakukan, sebagai bukti penyesalan yang sesungguhnya kepada Allâh dan luluh dihadapan-Nya serta murka pada hawa nafsunya sendiri yang terus membujuknya untuk melakukan keburukan.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/manado/foto/bank/originals/dzikir-usai-sholat-subuh-3-keutamaanya-346734734.jpg)