Dampak Virus Corona
Nilai Tukar Rupiah Anjlok Terburuk Sejak 22 Tahun Terakhir, Ini Kata Kadin Sulut
Anjloknya rupiah terhadap dollar Amerika Serikat adalah tekanan yang sangat berat untuk ekonomi Indonesia
Penulis: Fistel Mukuan | Editor: David_Kusuma
TRIBUNMANADO.CO.ID - Anjloknya rupiah terhadap dollar Amerika Serikat adalah tekanan yang sangat berat untuk ekonomi Indonesia. Rupiah hampir menyentuh sampai Rp 16.000.
Jemmy Tumimomor ST MT Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Sulawesi Utara (Sulut) saat dikonfirmasi mengatakan, ini semua karena persoalan adanya covid-19.
"Persoalan covid 19 memang perlu kerja semua pihak secara komprehensif dan terintegrasi," kata Jemmy.
• BREAKING NEWS, Satu Anggota Polres Bolsel Terindikasi Covid-19, Kapolres: Dia Masih Berstatus PDP
Menurutnya, sosial distancing agak sulit di terapkan di kawasan padat penduduk tinggi atau ruang publik tertentu sangat dibutuhkan supporting growth.
"Untuk kondisi ekonomi memang mengalami tekanan yang sangat berat, nilai tukar rupiah anjlok terburuk sejak 22 tahun terakhir dengan kisaran hampir menyentuh Rp 16.000, masih berpotensi untuk bergerak lebih terkoreksi lagi," tambahnya.
Ia juga menyebut semua harus menyadari bahwa kondisi terjadi akibat pendemi virus corona yang mengakibatkan krisis ekonomi global melanda dunia, ekonomi makro sangat mengalami turbulensi besar sehingga solusi konstruktif kita perlu menguatkan ekonomi mikro.
• Pasca-Longsor, Warga Mulai Angkat Kendaraan Roda Dua Lewati Longsor Banggele
"Khusus untuk Sulut sangat penting untuk meningkatkan sebanyak mungkin produk home industri, karena saat ini peluang besar bagi kita yang mengurangi kegiatan luar rumah dengan membuat kegiatan produktif di rumah," ungkapnya.
Baginya, kegiatan ekomomi lain adalah dengan perdagangan antar-pulau, banyak produk pertanian kita yang dapat diperdagangkan luar pulau, misalnya Papua yang memang sangat membutuhkan produk hasil Pertanian Sulut.
"Akan sangat mendongkrak perekonomian daerah Sulut yang saat ini kesulitan dengan memasarkan produk ekspor akibat kebijakan "lockdown" negara lain,"tutupnya.(fis)
• Hand Sanitizer Berbahan Cap Tikus Buatan FMIPA Unima Sudah Sesuai Standard WHO