Gara-gara Virus Corona, Jadwal Operasional Pembangkit Terganggu, Ini Tanggapan PLN
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, keterlambatan berpotensi terjadi akibat terhambatnya pasokan dan bahan baku komponen pembangkit.
Namun, sudah ada beberapa proyek pembangkit dari pengembang swasta alias Independent Power Producer (IPP) yang sudah berkirim kabar ke PLN, baik secara resmi maupun informal.
"Ada yang sudah menyampaikan surat bahwa proyeksi terdampak, nanti kita hitung. Dalam pasal kontrak kan ada force majeure, yang tidak diharapkan oleh para pihak, seperti kondisi saat ini" terang Djoko.
Adapun, berdasarkan data yang diperoleh Kontan.co.id, ada tiga kategori pengelompokan pembangkit yang terdampak wabah Corona, khususnya proyek dari IPP:
- Kategori 1, pengembang IPP yang sudah menyampaikan notifikasi force majeure terkait dampak Corona, yakni: PLTU Jawa-1 (1.000 MW), PLTU Jawa-7 (2 x 1.000 MW), PLTU Bengkulu (2x100 MW), PLTU Meulaboh 3&4 (2x200 MW), PLTU Mulut Tambang Sumsel-1 (2x300 MW) dan PLTU Mulut Tambang Sumsel-8 (2x600 MW)
- Kategori 2. pengembang IPP yang menyampaikan indikasi akan terdampak KLB secara informal, yakni: PLTGU Jawa-1 (2x800 MW), PLTU Jawa-4 (2x1.000 MW), PLTU Kalbar-1 (2x100 MW), PLTU Kalbar-2 (2x100 MW), PLTU Kalteng-1 (2x100 MW), PLTU Sulbagut-1 (2x50 MW), dan PLTU Sulut-3 (2x50 MW).
- Kategori 3, pengembang IPP yang menyampaikan indikasi tidak akan terdampak secara informal, yakni: PLTU Jawa Tengah (2x1.000 MW), PLTU Jawa 9&10 (2x1.000 MW), PLTGU Riau (275 MW), PLTU Kaltim-2 (2x100 MW), PLTU Kaltim-4 (2x100 MW), PLTGU Senipah Exp. (35 MW), PLTU Jawa-3 (2x660 MW), PLTU Mulut Tambang Sumbangsel-1 (2x150 MW).
Mengenai potensi terganggunya sejumlah pembangkit ini, Djoko memastikan bahwa hal itu tidak akan mengganggu pasokan listrik PLN maupun jumlah cadangan daya alias reserve margin kelistrikan nasional.
Menurutnya, reserve margin listrik sudah berada di angka 30% ke atas sehingga aman untuk menjamin keandalan pasokan listrik. Selain itu, dampak dari Corona ini ikut membuat ekonomi dan industri lesu.
Alhasil, kebutuhan energi, terutama listrik juga diproyeksikan akan stagnan atau menurun.
Artinya, kata Djoko, sekali pun ada sejumlah pembangkit yang meleset dari target, hal itu tidak akan mengganggu neraca daya listrik. "Jadi jangan hanya melihat pembangkit saja.
Beban dan supply-demand nya juga bagaimana? kan menyeimbangkan itu. Reserve margin kita juga terjaga, jadi no problem," terangnya.
Adapun, merujuk pada data dari Kementerian ESDM, dari megaproyek 35.000 MW, pada tahun ini ditargetkan akan ada tambahan sebanyak 8.722 MW.
Jumlah itu terdiri dari 8.171 MW pembangkit yang berasal dari energi fosil dan 551 MW sisanya berasal dari energi terbarukan.
Dari program 35.000 MW itu, sekitar 33.800 MW atau 96% telah dieksekusi baik yang sudah beroperasi maupun konstruksi.
Sementara sekitar 1.600 MW atau 4% sisanya masih dalam tahap perencanaan dan pengadaan.
Pemerintah mengklaim, penyelesaian megaproyek 35.000 MW ini disesuaikan dengan pertumbuhan kebutuhan listrik.
SUBSCRIBE YOUTUBE TRIBUNMANADO OFFICIAL:
KLIK TAUTAN AWAL: https://industri.kontan.co.id/news/jadwal-operasional-pembangkit-terganggu-wabah-corona-ini-tanggapan-pln?page=all