Menguak Prostitusi Online di Kotamobagu (1), Sehari Dapat 3 Juta, Lilis Sulit Berhenti
Tribun Manado melakukan penelusuran bisnis "basah" ini dengan memakai jasa seorang pria yang tahu seluk beluk prostitusi online di kotamobagu.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Maickel Karundeng
TRIBUNMANADO.CO.ID - Prostitusi online marak di kota Kotamobagu.
Transaksinya mudah. Tinggal pencet.
Tak sampai lima menit, barang datang.
Mirip go pay.
Tribun Manado melakukan penelusuran bisnis "basah" ini dengan memakai jasa seorang pria yang tahu seluk beluk prostitusi online di Kotamobagu.
Lewat aplikasi, sang pria mencari wanita BO. Yang dicari langsung terpampang.
Akun wanita muda bernama Lilis.
Ia cantik, berlesung pipit dengan rambut dicat pirang.
Para profilnya tertulis no hoax.
Chatting pun terjadi antara si pria dan LilisLilis buka harga.
Satu juta full service.
Tawar menawar terjadi. Mentok 500 ribu. Ditawar lagi. Turun 400 ribu.
Kemudian dibahas tempat bertemu.
Lilis mengusulkan di sebuah hotel.
Namun pria itu meminta Lilis datang dulu di sebuah cafe.
Disanalah wawancara terjadi dengan Tribun.
Sempat merasa dijebak, ia akhirnya mau diwawancarai setelah tambah biaya. Bayar dimuka.
Saat wawancara Lilis tak canggung merokok.
Dia juga pesan dua botol bir.
Ia minum paling banyak.
Kami hanya dua teguk.
Tak beda dengan di foto, paras Lilis memang cantik.
Wajahnya oriental.
Kulitnya putih mulus. Tubuhnya bagus, bak gitar.
"Ini nama samaran, kamu tak perlu tahu siapa saya," kata dia.
Ia bercerita secara kronologis. Dimulai dari awalnya masuk ke dunia hitam itu.
Lilis menikah muda. Cerai juga muda.
Sendirian ia harus mengongkosi dua anaknya.
"Saya dari Dumoga, cari kerja di Kotamobagu. Bekerja sebagai penjaga konter," kata dia.
Dengan gaji hanya 750 ribu perbulan, ia kesulitan memenuhi kebutuhan keluarga.
Suatu kali anaknya sakit.
Perlu uang banyak untuk biaya pengobatan.
Seorang teman mengajaknya jadi wanita BO.
Dengan berat hati ia menyanggupi.
Dipatoknya syarat.
Akan berhenti jika uang pengobatan sudah ada.
Pengalaman pertamanya tak terlupakan.
"Klien pertama seorang pria pekerja swasta, tubuhnya besar, saya sangat ketakutan, meski itu bukan pengalaman pertama saya melakukan seks tapi sangat membekas, saya tak akan melupakan itu" kata dia.
Rupanya performa Lilis cukup moncer.
Kliennya banyak. "Mami" nya minta ia bertahan.
"Dia bilang saya cantik dan punya daya tarik, ia minta saya tetap jadi wanita BO," kata dia.
Silau dengan uang banyak, Lilis pun lanjut.
Dalam sehari ia bisa kencan dengan 3 hingga 4 pria.
Sekali main paling minimal 500 ribu pendapatannya sehari berkisar 2 hingga 3 jutaan.
"Sebagian besar saya kirim ke anak-anak, lainnya saya pakai biaya perawatan serta entertaiment," katanya.
Awalnya hidup di ketiak mami, kini ia bersolo karir.
Tempat mainnya di kos.
"Dulu waktu ada mami kami main di hotel, uang harus setor mami, tapi kini uang seluruhnya untuk saya," kata dia.
Momen pulang kampung adalah momen indah sekaligus sedih.
Indah karena bertemu anak serta orang tuanya.
Sedih karena harus menipu.
"Mereka mengira saya karyawan sukses," kata dia.
Masa penuh suka itu ia menfaatkan sebaik baiknya.
Ia bermain dengan anak-anak, berbelaja kebutuhan mereka, masuk gereja bersama keluarga.
"Kemudian saya balik lagi ke dunia hitam, uang, minuman dan seks, sering saya bersedih, tapi orang yang saya cintai tak perlu tahu derita saya," kata dia.
Sejatinya ia ingin berhenti.
"Setiap malam saya selalu mengatakan ini yang terakhir, tapi esoknya lanjut lagi, inginnya berhenti tapi sulit, ini lingkaran setan, sulit keluar dari sini," kata dia.
Apakah ia sudah lupa Tuhan ?.
"Saya percaya Tuhan, saya tahu anak-anak saya selalu berdoa pada Tuhan agar ibunya dilindungi, tapi untuk datang kepadanya sulit, saya sudah tercemar oleh
dosa. Saya terlalu najis dihadapannya," kata dia. (*)