Internasional
Pengunduran Diri Mahathir Dikatakan sebagai Taktik Agar Suksesi Anwar Ibrahim Gagal
Pengunduran diri Mahathir Mohamad sebagai Perdana Menteri Malaysia diduga sebagai taktik agar suksesi Anwar Ibrahim gagal.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Saat ini kondisi politik Malaysia tengah memanas, Senin (24/2/2020).
Kabarnya Perdana Menteri Mahathir Mohammad mengirim surat pengunduran dirinya kepada Raja pada pukul satu siang waktu setempat.
Berita mengejutkan itu dikeluarkan oleh kantor pemerintahannya dalam sebuah pernyataan singkat.
Namun seorang sumber The Straits Times membisikkan, langkah yang mengejutkan itu kemungkinan akan diikuti oleh deklarasi dukungan agar dia terus berkuasa sampai akhir masa parlementer saat ini.
Ada sejumlah sinyal yang mendukung hal tersebut.
Partai Pribumi Bersatu Malaysia (PPBM) mengumumkan hari ini bahwa mereka telah meninggalkan koalisi Pakatan Harapan (PH) yang berkuasa.
Sementara itu, 11 anggota parlemen dari Partai Keadilan Rakyat (PKR) dari Datuk Seri Anwar Ibrahim juga telah keluar dari partai untuk membentuk blok independen.
Keluarnya anggota parlemen ini telah membuat Pakatan Harapan kekurangan suara mayoritas di Parlemen, yang berarti pemerintah saat ini telah gagal secara efektif.
Langkah pengunduran diri itu kemungkinan bersifat taktis, dengan pandangan untuk membatalkan perjanjian transisi Pakatan Harapan di mana Anwar seharusnya menggantikan Dr Mahathir yang berusia 94 tahun sebelum pemilihan berikutnya yang jatuh tempo pada 2023.
"Tidak, Agong akan menolak pengunduran diri dengan mengatakan Mahathir mendapat dukungan dari mayoritas Parlemen," kata seorang sumber kepada The Straits Times, merujuk pada Raja Malaysia.
Namun, tidak ada kepastian apakah Raja, yang akan bertemu dengan Anwar pada pukul 2.30 sore, akan menerima pengunduran diri atau meminta Dr Mahathir untuk tetap menjabat.
Sebelumnya, Reuters memberitakan isu pengunduran diri Mahathir Mohammad.
Kabar tersebut diungkapkan oleh dua orang sumber yang mengetahui langsung tentang masalah ini.
Isu ini muncul di tengah pembicaraan pembentukan koalisi baru untuk memerintah Malaysia.
Mahathir, 94 tahun, menjabat pada Mei 2018 untuk kedua kalinya sebagai perdana menteri.