Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Spanduk 'No Chinese' Pada Pintu Masuk Toko di Jepang, Menuai Kontroversi

Sejumlah toko atau tempat bisnis di Jepang sudah Sejak 29 Januari 2020 lalu mulai memasang pengumuman "No Chinese" pada tiap-tiap pintu masuk tokonya

Editor:
(Chugoku Gambare).
Foto Kansai TV Sebuah pengumuman dipasang di toko Ramen di Osaka yang menolak masuk warga China karena takut terinfeksi virus corona, tetapi paling bawah pengumuman juga menyebutkan "Semangat China" 

TRIBUNAMANADO.CO.ID - Warga Jepang, Khawatir dengan penyebaran virus corona.

Sejumlah toko atau tempat bisnis di Jepang sudah Sejak 29 Januari 2020 lalu mulai memasang pengumuman "No Chinese" pada tiap-tiap pintu masuk tokonya.

"Di Osaka ada toko Ramen yang sejak 29 Januari lalu sudah memasang papan pengumuman menolak masuk warga China ke tokonya karena takut terinfeksi virus corona," kata Katayama seorang warga Osaka kepada Tribunnews.com, Selasa (18/2/2020).

Namun menurutnya, dalam pengumuman tersebut, bukan hanya menolak warga China.

Pada bagian paling bawah pengumuman itu menambahkan agar warga China tetap bersemangat menghadapi virus tersebut sehingga menuliskan "Chugoku Gambare" atau China Semangat!

Mulai banyaknya pengumuman menolak tamu China membuat kesalahpahaman dan diskriminasi di Jepang.

"Hal ini bisa terjadi karena orang Jepang sulit bahasa asing, termasuk tidak bisa bahasa Inggris, sehingga mengungkap sangat sederhana hanya No Chinese membuat mis-understanding bagi banyak orang," ungkap Nakamur, seorang profesor sebuah universitas di Jepang kepada Tribunnews.com, Selasa (18/2/2020).

Profesor Yoshiaki Hashimoto (Psikologi Sosial Informasi) dari Sekolah Pascasarjana Informatika dan Informasi Interdisipliner di Universitas Tokyo menjelaskan bahwa di dalam masyarakat internet modern saat ini "informasi yang salah" menyebar dengan cepat.

"Foto-foto dampak rumah sakit dan jalan-jalan di mana lalu lintas menghilang diposting di SNS dalam kalimat pendek. Beberapa tidak berdasar atau tidak akurat, tetapi karena sifat internet, mereka mudah percaya," kata dia.

"Biasanya, perasaan diskriminasi yang tercakup oleh kebenaran politik (keadilan politik) yang tidak boleh didiskriminasi muncul dalam keadaan darurat," kata Yoshiaki Katsuta, profesor Universitas Kesejahteraan Sosial Kansai.

Kali ini, poster-poster restoran dan toko "Menolak China" di Jepang telah menimbulkan kontroversi.

Jadi, adakah cara untuk menghentikan ini?

"Untuk menolak dan memprotes sebaliknya, buat pesan positif. Buat dalam bentuk gambar "terinfeksi "→" diimunisasi "→" orang aman" yang mudah dimengerti semua orang," ungkap Profesor Katsuta.

Lalu seorang pengacara Kikuchi mengungkapkan, "Toko memiliki kebebasan untuk memilih pelanggan, tetapi kalau terlalu jauh bisa jadi ilegal."

Di masa lalu, ada sebuah toko yang menuliskan "Orang asing ditolak" dan itu diperdebatkan dalam persidangan.

Pada waktu itu, perhatian diberikan pada Pasal 2 Konvensi Penghapusan Diskriminasi Rasial yang disetujui oleh pemerintah Jepang.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved