Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Letusan Gunung Merapi Getarkan Tanah Jawa, Dulu Kuburkan Candi Sambisari

Meletusnya Gunung Merapi memberikan trauma besar kepada sebagian besar masyarakat di tanah Jawa. Hal ini karena gunung ini

Editor: Aswin_Lumintang
Tangkapan Layar
Video Gunung Merapi Erupsi, Terekam Detik-detik Kilat Menyambar Usai Letusan Abu dan Lahar 

Setelah Gunung Bibi hancur, tumbuh gunung baru di sebelah baratnya pada sekitar 60 ribu tahun lalu. Inilah fase Merapi Tua atau Purba. Lava basaltik (endapan batuan dari pembekuan magma) gunung ini membentuk dua bukit yang kemudian dikenal sebagai Turgo dan Plawangan (terletak di Sleman, Yogyakarta).

Lelehan lava dari Merapi pada tahap ini membentuk Bukit Batulawang dan Bukit Gajahmungkur di sisi utara dari puncak. Selama sesi ini, Merapi sudah melelehkan lava dan mengeluarkan awan panas. Diperkirakan juga sempat terjadi letusan eksplosif, meskipun erupsi Merapi amat jarang bertipe seperti ini.

Area kawah yang dinamakan Kawah Pasarbubar juga terbentuk pada periode ini. Tahap terakhir oleh Berthommier disebut fase Merapi Baru yang dimulai sejak 2 ribu tahun lalu. Kawah Pasarbubar yang terbentuk di periode ketiga membentuk kerucut di puncak Merapi.

Sedangkan batuan dasar yang menyusunnya diperkirakan masih berasal dari fase Merapi Tua. Mengubur Candi Sambisari Dari penelitian yang dilakukan, diperkirakan pernah terjadi beberapa kali letusan selama fase Merapi Baru ini.

Salah satunya adalah erupsi yang dampaknya mengubur Candi Sambisari, terletak sekitar 23 km di sebelah selatan Merapi (kini daerah Kalasan), tidak jauh dari Candi Prambanan, atau hanya 12 km di timur Kota Yogyakarta.

Awan panas guguran Gunung Merapi.
Awan panas guguran Gunung Merapi. (Twitter BPPTKG)

Riset bertajuk “Menelusuri Kebenaran Letusan Gunung Merapi 1006” (1999) yang dilakukan Supriati Dwi Andreastuti, Chris Newhall, dan Joko Dwiyanto, memperkirakan erupsi ini terjadi pada 1006 M. Candi Sambisari, kompleks candi umat Hindu yang dibangun pada era Rakai Garung dari Kerajaan Mataram Kuno, ditemukan pertamakali pada 1966 dan berada 6,5 meter di bawah tanah yang tidak lain adalah timbunan lahar dingin Merapi.

Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan, korban tewas dalam bencana ini tercatat 341 orang tewas, termasuk sang juru kunci, Mbah Maridjan. Pada pertengahan 2018 tahun lalu, Merapi menunjukkan peningkatan aktivitas lagi dan masih berlangsung hingga akhir Januari 2019 ini.

Gunung yang kerap dikait-kaitkan dengan mitologi Kraton Yogyakarta ini puluhan kali mengeluarkan guguran lava. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) pada Selasa (29/1/2019) menyatakan tingkat status Gunung Merapi adalah waspada atau level 2. Pemantauan terhadap aktivitas Merapi yang cenderung meningkat masih terus dilakukan.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved