Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Virus Corona Mematikan

Mengerikan, Ahli Prediksi Virus Corona Tidak Akan Hilang, Begini 3 Kemungkinan Bakal Terjadi

Mematikan dan sulit dideteksi, itulah virus Corona yang berawal di Provinsi Wuhan, China dan menyebar hingga beberapa negara.

Editor: Aswin_Lumintang
(Hubei Daily) (Hubei Daily)
Pasien laki-laki positif virus corona tengah asyik membaca buku saat dirawat. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Mematikan dan sulit dideteksi, itulah virus Corona yang berawal di Provinsi Wuhan, China dan menyebar hingga beberapa negara.

Wabah virus Corona telah menewaskan 1.019 orang hingga Selasa (11/02/2020).

Sebanyak 43.182 orang telah terinfeksi dan 4.043 orang sembuh.

Chen Quishi, jurnalis yang ditahan karena beritakan virus Corona
Chen Quishi, jurnalis yang ditahan karena beritakan virus Corona (YOUTUBE/Coronavirus Live Archive)

Dilansir Business Insider, para ahli kesehatan masyarakat mengatakan, wabah virus Corona kini menjadi pandemi ringan.

Mereka mengemukakan, hanya ada tiga kemungkinan wabah dari Wuhan, China, itu akan berakhir.

Berikut tiga kemungkinan yang diungkapkan para medis.

Kemungkinan 1: Virus Corona tidak akan pernah hilang

Penumpang kereta bawah tanah di Shanghai mengenakan masker pada hari pertama kerja, Senin (10/2/2020).

Begini Suasana Hari Pertama Kerja di China Sejak Merebaknya Wabah Virus Corona
Begini Suasana Hari Pertama Kerja di China Sejak Merebaknya Wabah Virus Corona (kolasetribunmanado/istimewa)

Menurut peneliti di WHO, rata-rata orang yang terkena virus Corona menularkannya ke 1-2 orang lainnya.

Virus Corona telah dianggap sebagai darurat kesehatan masyarakat internasional pada 30 Januari 2020 silam.

"Ada penyebaran berkelanjutan dari manusia ke manusia sekarang, sebagian besar di Cina," kata Amesh Adalja, seorang ahli penyakit menular di Johns Hopkins’ Center for Health Security.

Adalja menyebut, virus Corona baru atau 2019-nCoV merupakan pandemi ringan.

Sementara itu, empat virus Corona lainnya--OC43, 229E, HKU1, dan NL63--bersifat endemik.

Itu berarti, mereka dapat bertahan secara permanen pada populasi global.

Virus Corona lama dapat menyebabkan flu hingga pneumonia dan kematian, meskipun kasusnya jarang terjadi.

Terkait Usulan Pansus Jiwasraya, Wakil Ketua DPR: Saya Sudah Disposisi. Jangan suudzon

Jika Ada Reshuffle Kabinet, PSI Usulkan Pergantian Menteri Agama Fachrul Razi

Terekam Jelas Wanita ini Meludahi Tombol Lift Berkali-kali di China, Apa Maksud dari Wanita Tersebut

Lucinta Luna Tertangkap Bersama Pasangan Lagi Konsumsi Narkoba, Polisi Bingung Identitas LL

Meskipun begitu, virus Corona baru bisa bersifat endemik jika terus menyebar.

"Kita harus siap jika virus Corona baru bisa menjadi virus kelima yang endemik," ujarnya.

Itu berarti, wabah ini tidak akan pernah benar-benar berakhir.

Namun, Adalja memiliki pandangan lain jika virus Corona tidak benar-benar hilang.

Ia berpendapat, virus Corona tidak akan hilang, tetapi menjadi penyakit musiman atau memiliki risiko yang lebih ringan.

Dalam hal ini, 2019-nCoV dapat hilang pada musim panas.

Namun, virus tersebut akan kembali pada musim gugur dan musim dingin setiap tahun.

“Jika Anda melihat lintasan virus dan bagaimana penyebarannya di masyarakat, ditambah dengan fakta bahwa kita berurusan dengan virus Corona setiap tahun ketika musim dingin, faktor-faktor tersebut menunjukkan bahwa virus ini menjadi virus musiman,” kata Adalja.

Adalja menambahkan, keempat virus Corona lainnya juga bersifat musiman.

Oleh karena itu, virus Corona baru memiliki kemungkinan untuk mereda usai musim semi dan memasuki musim panas.

Di sisi lain, ahli epidemiologi di Columbia University, Stephen Morse, mengungkapkan kemungkinan bahwa virus Corona akan menjadi lebih ringan dan mirip dengan empat virus pendahulunya.

Namun, Morse berkata, dia akan terkejut jika itu terjadi.

"Saya tidak cukup optimis untuk berpikir bahwa virus yang satu ini akan seperti yang lainnya (empat virus Corona sebelumnya)," ujar Morse.

"Mungkin itu bisa terjadi, tetapi itu akan memakan waktu," imbuhnya.

Kemungkinan 2 : Wabah dikendalikan melalui campur tangan medis dan menghilang dengan sendirinya

Seorang pekerja dari dinas kebersihan dan desinfeksi menyemprotkan desinfektan di kereta sebagai bagian dari upaya untuk mencegah penyebaran virus baru yang berasal dari kota Wuhan di Cina di stasiun kereta api Suseo di Seoul pada 24 Januari 2020. Korea Selatan pada 24 Januari mengkonfirmasi kasus kedua dari virus seperti SARS yang telah menewaskan sedikitnya 26 di Cina, karena kekhawatiran meningkat tentang wabah yang lebih luas. (Hong Yoon-gi/AFP)
Virus 2019-nCoV disebut mirip dengan wabah SARS pada 2003 silam.

Keduanya adalah virus Corona yang berasal dari kelelawar.

Semua korban tewas akibat virus corona akhirnya semua dikremasi demi menghindari penyebaran penyakit.
Semua korban tewas akibat virus corona akhirnya semua dikremasi demi menghindari penyebaran penyakit. (Chinatopix via AP)

Selain itu, kedua virus tersebut kemungkinan berasal dari hewan yang ditularkan ke manusia di pasar basah Cina.

Kedua virus memiliki 80 persen kecocokan DNA.

Oleh karena itu, dampak dari wabah Corona baru bisa mirip dengan SARS.

SARS menewaskan 774 orang dan menginfeksi lebih dari 8.000 orang dari November 2022 hingga Juli 2003.

Namun, wabah ini menghilang pada 2004.

"Para pakar kesehatan masyarakat dan pihak berwenang bekerja keras untuk melacak, mendiagnosis, dan mengisolasi orang yang terkena virus hingga virus menghilang dengan sendirinya," kata Morse.

Morse menyebut, SARS dapat mengilang karena adanya pembatasan melalui karantina, pembatasan untuk bepergian, dan kampanye informasi publik.

Itu merupakan cara yang sama dengan yang dilakukan pemerintah China dan negara-negara lain sekarang.

"Jika upaya-upaya itu menyebabkan jumlah orang yang rentan terhadap virus Corona baru turun di bawah ambang batas tertentu, wabah akan mereda," ujarnya.

Dalam skenario itu, virus akan menghilang dan berakhir seperti Zika atau H1N1.

Kemungkinan 3 : Perusahaan obat membuat vaksin
Morse dan Adalja mengatakan, vaksin sangat penting untuk mengendalikan 2019-nCoV.

Vaksin dianggap akan mengurangi jumlah orang yang rentan terhadap virus Corona dan menciptakan 'dinding penghalang' penyebaran lebih lanjut.

Kapal pesiar, Diamond Princess, terlihat berlabuh di Pelabuhan Yokohama, setelah 10 orang di dalamnya positif terinfeksi virus corona.
Kapal pesiar, Diamond Princess, terlihat berlabuh di Pelabuhan Yokohama, setelah 10 orang di dalamnya positif terinfeksi virus corona. (Kim Kyung-Hoon/Reuters)

Opsi ini dianggap yang paling mungkin bisa mengakhiri wabah.

"Kita perlu bertindak untuk menghentikan penyebaran virus dalam jangka pendek sampai kita mendapatkan vaksin," kata Morse.

Lima perusahaan obat terkemuka--Johnson & Johnson, Regeneron Pharmaceuticals, GlaxoSmithKline, Moderna, dan Gilead Science--telah mengumumkan rencana untuk meneliti dan menangani virus baru ini.

Beberapa di antaranya sedang mengembangkan vaksin berdasarkan kode genetik virus Corona.

Sementara itu, yang lainnya sedang menguji obat untuk menentukan efektivitas dalam mengobati virus Corona baru.

Membuat vaksin adalah proses yang sulit dan membutuhkan waktu bertahun-tahun.

Seperti vaksin Ebola, yang membutuhkan waktu 20 tahun untuk membuatnya.

Namun, Anthony Fauci, direktur pusat penyakit menular di National Institutes of Health, mengatakan bahwa agensinya bekerja sama dengan perusahaan obat Moderna untuk mengembangkan vaksin virus Corona dengan cepat.

"Jika tidak ada kendala, kami akan menerapkan uji coba fase-pertama kepada beberapa orang dalam 2,5 bulan ke depan," ujar Fauci. (Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved