Bedah Buku di STFSP, Mahasiswa dan Dosen Harus Berpikir Kritis
Ia mengatakan perlu berpikir kritis di era post truth. Akademisi harus bermartabat dan tahu berpikir mana yang baik dan mana yang tidak baik.
Penulis: | Editor: Maickel Karundeng
Walau begitu, ia menemukan bahwa buku ini bukan merupakan reproduksi, dekonstruksi, atau rekonstruksi karya-karya Pastor Yong. Karya-karya bungai rampai dari Pastor Dr. Johanis Joseph Montolalu, Paulina Kuntag S.Fils, Pastor Timoteus Ata Leuehaq SS, MA, Pastor Antonius Baju Nujartanto SS, MA, Dr. Barnabas Ohoiwutun, Anselmus Jamlean, SS, M.Hum, dan Dr. Valentino Lumowa. Artikel-artikel ini berisi pemikiran filsafati yang selama ini digumuli oleh Pastor Yong.
Sementara itu, Ulaen mengatakan belum banyak buku yang bercerita soal Minahasa sebagus "Matuari Wo Tonaas". Bahasanya baginya mudah dimengerti. Skema berpikirnya mirip dengan beberapa tokoh antropologi terkenal.
Wakil Ketua I Bidang Akademik Dr. Stenly Viany Pondaag, S.S., M.Th membuka kegiatan ini.
Ia mewakili Ketua STFSP Pastor Dr. Gregorius Hertanto, SS. M.Th yang sementara bertugas di tempat lain.
Acara ini dihadiri uskup emeritus Keuskupan Manado Mgr. Joseph Suwatan MSC.
Hadir pula pembimas Katolik Kemenag Sulut Joula Makarawung.
Joula juga merupakan alumnus STFSP.
Beberapa penulis bunga Rampai seperti Pastor Bayu dan Valen Lumowa juga hadir.
Selain mahasiswa dan mahasiswi kegiatan memang diikuti ikatan alumni.
Terlihat pula Maxi Paat dari komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI)
• Pohon Tumbang di Molibagu Akibatkan Listrik Padam hingga 2 Jam
Subscribe YouTube Channel Tribun Manado: