Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

HUT ke 12 Gerindra

Prabowo Sengaja Tak Undang Jokowi pada HUT ke-12 Gerindra, Ini Alasannya

Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto membenarkan bahwa ia tak mengundang Presiden Joko Widodo ke acara HUT Gerindra ke-12

Editor: Aldi Ponge
KOMPAS.com/ACHMAD NASRUDIN YAHYA
Ketua Umum Prabowo Subianto saat memasuki lokasi perayaan HUT ke-12 Partai Gerindra, Kamis (6/2/2020). 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto membenarkan bahwa ia tak mengundang Presiden Joko Widodo ke acara HUT Gerindra ke-12

Diketahui HUT Geribdra digelar di kantor DPP, Ragunan, Jakarta Selatan, Kamis (6/2/2020).

Prabowo beralasan acara HUT Gerindra tersebut hanya acara kecil-kecilan sehingga ia malu mengundang Jokowi.

"(Acara) kecil-kecilan, malu (mau mengundang). Kecil-kecilan, intern," ujar Prabowo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (6/2/2020).

Perayaan tahunan tersebut menggelar syukuran, pengobatan gratis, donasi darah, dan santunan anak yatim.

Prabowo menghadiri acara tersebut. Kemudian, terlihat juga Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad.

Selain itu, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon tiba di lokasi dengan berjalan kaki saat melintasi gerbang kantor DPP Partai Gerindra.

Setelah Fadli Zon, menyusul pula kehadiran Ketua DPP Partai Gerindra Desmond J Mahesa yang menggunakan kemeja putih dan celana coklat.

Perayaan tersebut juga dihadiri pengurus DPP Partai Gerindra, Dewan Pembina, Dewan Penasihat, hingga Dewan Pakar Gerindra.

 Sejarah Partai Gerindra

Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) didirikan oleh mantan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat Letjem Prabowo Subianto dan orang-orang di lingkarannya.

Pada Pilpres 2009, Prabowo maju sebagai calon wakil presiden bersama Megawati Soekarnoputri.

Pasangan ini kalah dari Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono.

Pada Pilpres 2014, Prabowo mencalonkan diri sebagai presiden bersama Hatta Rajasa. Lagi-lagi, ia harus mengakui kemenangan pesaingnya, Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Dua kali Prabowo menelan kekalahan, dan Gerindra bertahan menjadi partai oposisi.

Pemilu 2019, Partai Gerindra berhasil menjadi partai politik kedua terbesar di Indonesia dan menempati 78 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat setelah meraih 17.594.839 suara (13,57%).

Dikutip dari partaigerindra.or.id, ide lahirnya Gerindra didorong rasa keprihatinan atas kondisi bangsa.

Pada November 2007, dalam sebuah perjalanan menuju Bandara Soekarno-Hatta, terjadi obrolan antara Fadli Zon dan pengusaha yang juga adik Prabowo, Hashim Djojohadikusumo.

Keduanya sepakat bahwa harus lahir sebuah partai baru untuk mengubah kondisi di Indonesia.

Gagasan pendirian partai kemudian diwacanakan di lingkaran orang-orang Hashim dan Prabowo.

Namun, tidak semua setuju. Ada yang menolak. Alasannya, jika ingin ikut terlibat dalam proses politik, sebaiknya ikut saja pada partai politik yang ada.

Kebetulan, Prabowo saat itu adalah anggota Dewan Penasihat Partai Golkar, sehingga bisa mencalonkan diri maju menjadi ketua umum. 

Namun, saat itu, Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla adalah wakil presiden yang mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

"Mana mau Jusuf Kalla memberikan jabatan Ketua Umum Golkar kepada Prabowo?" kata Fadli.

Setelah perdebatan cukup panjang dan alot, akhirnya disepakati perlu ada partai baru yang benar-benar memiliki manifesto perjuangan demi kesejahteraan rakyat.

Untuk mematangkan konsep partai, pada Desember 2007, di sebuah rumah, yang menjadi markas IPS (Institute for Policy Studies) di Bendungan Hilir, berkumpullah sejumlah nama.

Selain Fadli Zon, hadir pula Ahmad Muzani, M. Asrian Mirza, Amran Nasution, Halida Hatta, Tanya Alwi, dan Haris Bobihoe.

Mereka membicarakan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) partai yang akan dibentuk.

"Pembahasan dilakukan siang dan malam," kenang Fadli.

Pasca pertemuan itu, pembentukan partai terus dilakukan secara maraton hingga sampai pada pemilihan nama dan lambang partai.

Sempat muncul nama "Partai Indonesia Raya". Namun, nama tersebut batal dipakai karena pernah digunakan di masa lalu, yakni PIR (Partai Indonesia Raya) dan Parindra. 

"Kalau begitu pakai kata GERAKAN, jadi Gerakan Indonesia Raya," ujar Hashim.

Peserta rapat kemudian menyetujuinya. Selain gampang diucapkan, juga mudah diingat dan disingkat menjadi: Gerindra. 

Lalu, saat memilih lambang partai, muncul ide untuk menggunakan burung garuda. Namun, lambang ini sudah banyak digunakan partai lain.

Apalagi, simbol Pancasila yang tergantung di dada Garuda, mulai dari bintang, padi kapas, rantai, sampai kepala banteng dan pohon beringin, sudah digunakan oleh partai yang telah ada lebih dulu.

Kemudian, Prabowo mengusulkan untuk tetap menggunakan lambang burung Garuda, tetapi hanya kepalanya. Gagasan itu disetujui oleh pendiri lainnya.

Kepala burung Garuda yang menghadap ke kanan melambangkan keberanian dalam bersikap dan bertindak.

Sisik di leher berjumlah 17, jengger dan jambul 8 buah, bulu telinga 4 buah, dan bingkai gambar segi lima yang seluruhnya mengandung arti hari kemerdekaan, 17-8-1945.

Perjalanan

Pembentukan Partai Gerindra terbilang mendesak karena dideklarasikan berdekatan dengan waktu pendaftaran dan masa kampanye pemilihan umum, 6 Februari 2008.

Pada Pemilihan Legislatif 2009, Gerindra berhasil meraih 4.646.406 suara (4,5 persen).

Hasil tersebut membuat partai ini mendapat 26 kursi (4,64 persen) di Dewan Perwakilan Rakyat.

Dengan modal tersebut, Prabowo Subianto percaya diri mencalonkan diri pada Pemilihan Presiden 2009.

Gerindra berkoalisi dengan PDI-P mengusung Megawati Soekarnoputri sebagai capres dan Prabowo sebagai cawapresnya. 

Namun, pasangan ini kalah dari Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono yang diusung Partai Demokrat.

Kalah di Pilpres, Gerindra bersama PDI-P menjadi parpol oposisi selama masa pemerintahan SBY-Boediono.

Berada di luar pemerintahan membawa suara Gerindra meningkat pesat.

Pada Pemilu 2014, Gerindra menjadi partai politik ketiga terbesar di Indonesia, hanya kalah dari PDI-P dan Golkar.

Gerindra mendapatkan 73 kursi di DPR RI setelah meraih 14.760.371 suara (11,81 persen).

Mendapat modal lebih besar pada Pemilu 2014, Gerindra percaya diri mengusung Prabowo Subianto sebagai calon Presiden. Prabowo berpasangan dengan Ketua Umum PAN Hatta Rajasa, dengan tambahan dukungan dari PKS dan PPP.

Namun, Prabowo kembali menelan pil pahit karena kalah dari pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang diusung PDI-P, Nasdem, PKB, dan Hanura.

Gerindra kini

Partai Gerindra menjadi partai politik kedua terbesar di Indonesia dan menempati 78 kursi di DPR RI.

Saat itu Gerindra mengusung Prabowo dan Sandiaga Uni di Pilpres 2019.

Prabowo kembali kalah dari Joko Widodo.

Namun, kali ini Gerindra tak lagi beroposisi tapi memilih bergabung di pemerintahan. 

Ada dua menteri asal Gerindra di Pemerintahan Jokowi saat ini yakni Menhan Prabowo dan Menteri Kelautan Edi Prabowo.

SUMBER: https://nasional.kompas.com/read/2020/02/06/17412621/ini-alasan-prabowo-tak-undang-jokowi-pada-hut-gerindra

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved