Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Wawancara Eksklusif Sekretaris Jenderal Partai Hanura: Akhirnya Ada Sekjen Orang Bali

I Gede Pasek Suardika tidak langsung menerima tawaran untuk menjabat sebagai sekretaris jenderal Partai Hanura periode 2019-2024.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
KOMPAS.com/Nabilla Tashandra
Sekjen Partai Hanura I Gede Pasek Suardika 

Memang sebelumnya saya mau dipecat, di PAW tapi tidak jadi. Kemudian saya merasa kalau saya maju lagi ke DPR waktu itu, atmosfer saat itu sudah kurang pas. Ya sudah saya maju perorangan saja, seberapa kuat si kapasitas saja, ya syukur lolos ke DPD.

Nah, ketika di DPD berulang kali, perdebatan di parlemen, saya pernah walk out, saya pernah debat dengan teman-teman DPR soal kewenangan DPD terkait legislasi. Jadi Undang-Undang MD3 ada berapa, kami debat terus. Saya berpikir DPD harus dikuatkan juga, sehingga saya memilih menguatkan DPD dengan membantu dia lewat parlemen.

Banyak mantan kader Demokrat pindah ke partai-partai lain. Kenapa Anda memilih Hanura?

Saya suka tantangan karena waktu itu Hanura paling bawah, tapi kalau waktu itu desainnya berjalan dengan mulus. Itu sebenarnya prospektif sekali. Kemarin kami yakin Hanura bisa partai tengah, hitungan jelas. Kami punya 16 incumbent, 40 anggota DPD berencana maju lewar Hanura, tambah beberapa kepala daerah mau maju lewat Hanura. Jadi sudah berjalan konsolidasi ini, tiba-tiba terjadi konflik jadi bubar semua, beberapa lolos juga.

Konflik internal seperti kemarin kan bisa muncul lagi ke depan, bagaimana cara Anda sebagai sekjen Hanura untuk meredamnya?

Kayaknya tidak karena tahapan fase itu sudah lewat. Ibarat gelombang, itu sekarang sudah fase semakin tenang, kontraksi sudah tidak ada lagi. Kalau toh muncul lagi, ya paling dinamika. Partai harus ada dinamika, tapi terkontrol. Ya saya mengontrol dinamika itu agar tidak keluar atau melebar.

Jadi saya punya keyakinan tidak terjadi lagi konflik seperti kemarin. Yang penting dikomunikasikan dengan baik, diredam hal yang tidak penting. Kan ini masih panjang 2024. Kalau partai politik ada dinamika tinggipun, satu tahun mau pemilu, itu bisa disehatkan tengah-tengah dan bertanding itu sehat. Tapi kalau di tahapan pemilu ada konflik, nah itu susah.

Ada pesan untuk anak muda Bali yang terjun ke dunia politik?

Bagi yang di Bali harus percaya diri juga aktif di politik secara serius karena ruang politik di Nusantara ini terbuka untuk siapapun, dari agama manapun, suku apapun, provinsi manapun. Asal punya integritas, keseriusan dan selama punya itu, yakinlah akan berjalan dan di mana-mana akan diterima. Kalau daerah bangkit, pusat akan lebih ringan karena suara kan ada di daerah.

Kenapa sekarang terjun ke sepakbola dan bagaimana bisa terpilih jadi anggota Komisi Banding PSSI?

Ya itu kan hobi sekaligus pengabdian sekaligus pembelajaran. Kebetulan saya suka dunia peradilan, kan saya advokat juga saya memimpin sidang di parlemen. Di sisi lain ada mimpi juga ikut mebantu PSSI dan saya lihat ada harapan dari Pak Iwan (Mochamad Iriawan, red) untuk menata apa yang sebelumnya jadi masalah.

Publik juga sudah tahu dan kita masuk untuk membenahi itu. Kita kan masuk juga nothing to lose. Dengan kita ada di komite banding, bisa menjaga bagaimana peradilan dijaga betul. Kadang-kadang kan tidak rasional, publik jadi kecewa. Kita jaga betul itu. Semua putusan dari mana harus ada argumen yang kuat, tidak sekadar pro ini dan pro itu. Putusan itu dibaca karena setiap putusan ada yang senang ada yang tidak.

Seperti apa latar belakang masuk PSSI?

Ya saya dipilih, ada beberpa teman-teman PSSI yang diskusi dengan saya memminta. Belia mau tidak ikut bantu di PSSI, saya dengan Pak Iwan kan sempat dekat waktu saya jadi ketua Komisi III.

Mungkin dia tahu saya, integritas saya, kerja saya, jadi ya sama-sama punya keinginan mengawal ini menjadi lebih baik. Karena saya lihat nuansanya pengabdian jadi saya ikutlah. Dan ini baru juga buat saya, waluapun di komisi X sempat mengurusi PSSI zamannya Nurdin Halid ramai. Artinya sempat tahu problem-problem di PSSI seperti apa. Mudah-mudahan ke depan kan ada Piala Dunia, semangat kita lebih untuk membenahi prestasi.

Berkaca dari sebelumnya, banyak klub-klub yang merasa keberatan dengan besaran sanksi yang diterima. Ke depan bagaimana Anda memecahkan masalah itu?

Ya nanti saya akan baca semuaya dulu. Ada dasar, ada alasan ada aturan, kan itu semua sudah dibuat PSSI, Exco dan semua juga sudah disepakati bersama. Tugas kita nanti tinggal menegakkan aturan. Kalau nanti metodologinya ada aturan denda jumlah angka yang sudah ditetapkan, ya sudah. Sama dengan pidana, ada maksimal sekian, minimal sekian.

Berarti akan ada perubahan di Komisi Banding PSSI?

Kita rasionalkan. Kan ada kesan PSSI cari duit. Kira-kira begitulah dan kita akan hilangkan anggapan itu.

Piala Dunia U-20 2021. Bagaimana pandangan Anda yang kini berada di PSSI?

Saya kira ini peluang yang luar biasa untuk mengenalkan Indonesia dan ini cara singkat Indonesia bertanding di Piala Dunia. Saya percaya usia muda kita itu bisa. Banyak kejutan kan selama ini? Hanya yang saya lihat sekarang ini kendalanya nutrisi pemain, itu masih belum bagus.

Kalau di Kroasia saya dengar anak-anak yang mau jadi pemain bola nutrisi itu benar-benar ada takarannya yang benar. Untuk otot, tulang dan apapun. Kalau stadion tidak terlalu bagus, masih lebih bagus kita. (*)

Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved