Banjir DKI Jakarta
Ide Anies Baswedan Informasikan Banjir Pakai Toa Kalah dari Gong Pendeteksi Bencana Buatan Anak SMK
Kini justru toa tersebut dibandingkan dengan gong, alat pendeteksi bencana karya siswa SMK.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Program Gubernur Anies Baswedan untuk penanganan banjir terkait informasi jika banjir akan terjadi menggunakan Toa (Loud Speaker) kembali dikritik.
DPRD DKI Jakarta menilai alat deteksi bencana, gong karya siswa SMK di Gowa, Sulawesi Selatan lebih rasional dibanding toa pilihan Pemprov DKI.
Seperti yang diberitakan, Pemrov DKI Jakarta berencana untuk menambah penggunaan toa alias pengeras suara buatan Jepang untuk sistem peringatan dini kebencanaan yang dioperasikan oleh petugas.
Sebelumnya alat tersebut sudah ada untuk mendeteksi banjir jika terjadi di Jakarta.
Namun rupanya banyak toa yang tidak berfungsi. Kini, rencananya akan ditambah toa lagi.
Rencana tersebut menjadi sorotan DPRD DKI. DPRD DKI Jakarta khawatir alat itu tidak bekerja.

Terlebih jika petugas yang mengoperasikannya justru kena banjir.
Kini justru toa tersebut dibandingkan dengan gong, alat pendeteksi bencana karya siswa SMK.
Ketua Komisi D DPRD DKI Ida Mahmudah menilai, gong karya siswa SMK 3 Gowa yang diinisiasi mantan Kepala Dinas Pendidikan Sulawesi Selatan Irman Yasin Limpo, lebih rasional dibanding toa pilihan Pemprov DKI.
Gong tersebut berfungsi sebagai alat pendeteksi tsunami, dan diklaim lebih unggul mendeteksi bencana, khususnya banjir.
"Ya karya siswa itu lebih rasional. Kalau pakai TOA itu kan dilakukan petugas."
"Nah, kalau petugasnya sendiri kena banjir gimana?" ucap Ida Mahmudah, Kamis (23/1/2020).
Ida sendiri mengaku pernah mengusulkan alat karya anak bangsa ini ke Pemprov DKI sebagai alat pendeteksi banjir.
Tapi usulan itu tidak mendapat respons Pemprov DKI. Alasannya, karena alat yang punya fungsi serupa sudah dimiliki.
"Kami usul itu ketika terjadi tsunami di Pandeglang, Banten, beberapa waktu lalu," ungkapnya.