Trump Provokasi Demonstran Iran: Demo soal Penembakan Pesawat Ukraina
Iran kembali diguncang demonstrasi besar, Sabtu (11/1). Itu terjadi setelah pemerintah Iran mengakui menembak jatuh secara tak sengaja
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, TEHERAN – Iran kembali diguncang demonstrasi besar, Sabtu (11/1). Itu terjadi setelah pemerintah Iran mengakui menembak jatuh secara tak sengaja pesawat komersiil Ukraine International Airlines yang membawa 176 orang.
Unjuk rasa itu menjadi sorotan internasional ketika polisi menangkap Duta Besar (Dubes) Inggris untuk Iran, Rob Macaire, Sabtu malam waktu setempat, dengan tuduhan memberi dukungan kepada gerakan radikal. Rob Macaire kemudian dibebaskan setelah ditahan selama sekira satu jam.
• Mega Beri Sinyal untuk Gibran: Ini 9 Rekomendasi Rakernas PDIP
Tak pelak Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab, mengecam Iran dan menyebut negara itu melakukan pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional. "Penangkapan Duta Besar kami di Teheran tanpa alasan atau penjelasan merupakan pelanggaran mencolok hukum internasional.
Pemerintah Iran sedang berada di persimpangan," kata Dominic Raab.
Sebelum ditangkap, Duta Besar Rob Macaire tampak berada di tengah para pengunjukrasa. Akibatnya, diplomat karier yang punya pengalaman selama 30 tahun itu dituduh mengorganisir, memprovokasi, dan mengarahkan tindakan radikal.
Ribuan pengunjukrasa berkumpul di luar gerbang Universitas Amir Kabir, dekat bekas Kedutaan Besar AS di Teheran. Mereka mengecam salah tembak terhadap pesawat penumpang Ukraina yang terjadi Rabu (8/1) lalu.
Pesawat nomor penerbangan 752 itu jatuh berkeping-keping setelah lepas landas dari Bandara Imam Khomeini, Teheran, beberapa jam setelah Iran menembakkan belasan rudal ke pangkalan militer Amerika Serikat (AS) Irak.
Iran menyerang markas militer AS sebagai balasan atas pembunuhan terhadap Mayor Jenderal Qassem Soleimani, Komandan Pasukan Quds, di kompleks Bandara Internasional Baghdad, Jumat (3/1) dini.
Para pengunjuk rasa meneriakkan yel-yel agar Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei turun dari jabatannya sebagai bentuk tanggung jawab terhadap kasus salah tembak pesawat Ukraina. "Matilah diktator," teriak pengunjuk rasa.
Seorang demonstran bahkan berani meneriakkan, "Khamenei memalukan. Tinggalkan negara iniI" Kantor Berita FARS melaporkan polisi Iran membubarkan unjuk rasa yang dipelopori para mahasiswa itu dan memblokir jalan utama.
• Hadapi Pilkada, Megawati Sebut Para Calon Jangan Seperti Kacang yang Lupa pada Kulitnya
Terkait kasus salah tembak, Iran berdalih pada saat itu terjadi peningkatan penerbangan pesawat militer AS di sekitar perbatasan. Tak pelak pesawat Ukraine International Airlines yang baru saja take off dari Bandara Imam Khomeini dikira pesawat militer AS atau rudal musuh.
"Pesawat itu mendekati pusat militer IRGC (Garda Revolusi Iran) yang sensitif dan kondisi penerbangan menyerupai musuh. Dalam kondisi tersebut pesawat tidak sengaja tertembak, mengakibatkan kematian banyak warga Iran dan warga asing," ujar sebuah pernyataan yang dikeluarkan pemerintah Iran.
Para korban tewas yaitu 82 warga Iran, 63 warga Kanada, 11 warga Ukraina, 10 warga Swedia, empat warga Afghanistan, tiga warga Jerman, dan tiga warga negara Inggris.
Saran ditolak
Komandan Angkatan Udara, Garda Revolusi Islam, Brigadir Jenderal Amir-Ali Hajizadeh, mengaku sempat menyarankan agar semua penerbangan komersiil di Iran dihentikan hingga ketegangan dengan AS mereda. Tetapi Angkatan Bersenjata Iran, pemerintah, serta otoritas penerbangan, memilih untuk tidak melakukannya.
Hajizadeh mengatakan operator pertahanan udara tidak sempat menghubungi pusat komando pertahanan udara untuk mengonfirmasi keberadaan pesawat Ukraina. Hajizadeh menambahkan operator pertahanan udara hanya punya 10 detik untuk memilih antara menembak jatuh atau tidak.
